👙Part 4👙

3.4K 198 5
                                    

Happy reading👙

"Pak, ada yang mau saya bahas," ucap Safa pelan pada Kendra setelah seisi kelas kosong dan hanya menyisakan mereka berdua.

"Tentang materi yang saya ajarkan? Waktunya sudah habis kalau kamu mau bahas itu."

Safa menggeleng. "Bukan. Maksud saya tentang semalam."

Alis Kendra terangkat. "Ini wilayah kampus kalau kamu lupa. Sekarang bukan waktunya membahas hal pribadi. Permisi."

Lelaki itu melengos pergi tanpa mendengarkan apa yang ingin Safa bahas. Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat Safa menggeram kesal.

Tiba-tiba ponselnya yang ia letakkan di saku celana kulotnya itu bergetar. Ada telepon masuk dari Miko.

"Lo masih di kampus?" tanya Miko di seberang sana.

"Menurut lo?"

"Harusnya iya sih."

"Ya lo mikir aja deh sendiri."

"Kok marah? Salah gue apa emang?"

"Berisik ah. Udah ya gue mau ke kantin. Lo seneng-seneng aja di Bali."

"Dih ngambekan. Mau oleh-oleh apa, Cantik? Nanti gue beliin deh."

Raut wajah kesal Safa berubah berseri. "Serius, ya? Awas lo bohong."

"Seriusan lah. Masa cowo ganteng kayak gue bohong. Udah bilang aja mau apa."

Safa langsung menyebutkan apa saja yang ia mau. Mulai dari cokelat, sweater, celana joger, tas rotan sampai kain batiknya.

Bukannya protes karena Safa meminta banyak, Miko malah bertanya lagi. Takut ada lagi yang diinginkan gadis itu.

"Iya itu aja, Mik. Sisanya terserah lo mau beliin gue apa."

"Oke, jumat malem gue balik. Nanti gue anter ke rumah lo, ya."

"Makasih, Mikooo."

Setelah memutuskan panggilannya dengan Miko, Safa langsung menyimpan kembali ponselnya. Sebelumnya ia melihat sejenak jadwal kelasnya hari ini. Hanya tinggal satu mata kuliah saja, dan itu pun jam 1. Gadis itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jarum jam masih menunjukkan pukul 10, masih ada 3 jam lagi untuk kelas kedua.

Seperti hari-hari biasanya ketika ada waktu sebelum kelas selanjutnya, Safa akan berada di kantin. Memakan aneka jenis makanan yang dijual di kantin.

Begitu tiba di kantin, Safa langsung memesan mie ayam dan jus alpukat kesukaannya.

"Mbak Safa nggak bosen udah 3 hari makan mie ayam?" tanya pedagang mie ayam itu tatkala mengantarkan pesanan Safa. Bahkan pedagang itu sudah akrab dengan Safa.

Safa menggeleng. "Engga, Pak. Saya suka banget mie ayam buatan Bapak. Dan juga, mumpung nggak ada Miko, Pak. Tahu sendiri gimana dia kalo ngomel gara-gara tiap hari saya makan mie ayam." Gadis itu tertawa kecil di akhir ucapannya.

Pak Tino, pedagang mie ayam itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap Safa. Pria baya itu senang melihat Safa, karena mengingatkannya pada putri semata wayangnya yang sedang menempuh pendidikan S2 nya di Australia. Safa juga merasa takjub dengan kerja keras Pak Tino. Walau hanya pedagang mie ayam, namun Pak Tino sukses menjadi seorang Ayah.

"Kalau begitu, Bapak permisi dulu ya, Mbak." Safa mengangguk.

Bau harum yang keluar dari aroma mie ayam membuat Safa hampir meneteskan air liurnya. Gadis itu langsung menyantapnya. Benar-benar sedap.

Kehadiran seseorang membuat Safa yang sedang menikmati makanannya itu, kaget. Hampir saja Safa tersedak. Lagipula, kenapa sih lelaki itu harus muncul dan duduk di meja yang berseberangan dengannya.

Ketika mata mereka saling bertemu, Safa buru-buru memalingkan wajahnya. Ia tak mau Kendra kegeeran dan berpikir Safa memandanginya, walaupun tak sepenuhnya salah sih.

Lelaki itu sedang bersama seorang anak perempuan yang Safa masih ingat, anak yang memanggil Kendra dengan sebutan Papa. Ya, anak dari seorang Kendra Adnan Rafardan.

Ponsel yang Safa letakkan di atas meja itu bergetar. Ada panggilan masuk. Tapi Safa tidak menyimpan nomor itu, dan sepertinya baru. Atau mas-mas kurir, ya? Ah, biasanya kan langsung di simpan di teras rumahnya kalau di rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Karena semua ekspedisi sudah Safa coba.

Gadis itu menggeser ikon berwarna hijau. Takutnya memang dari ekspedisi dan mungkin kurir baru.

"Halo ..., mau nganter paket, ya? Langsung simpan di teras rumah aja." Safa langsung menyebut orang itu kurir tanpa bertanya lebih dulu.

"Ini saya."

"Hah?"

"Kendra."

Safa mengerjapkan matanya berkali-kali. Lalu menatap ke depan, tempat di mana Kendra berada. Lelaki itu menatap ke arahnya juga. Bagaimana lelaki itu bisa memiliki nomor ponselnya?

"Setelah kelas kamu selesai, temui saya di parkiran."

"Ngapain?"

"Bahas hal yang ingin kamu bahas sedari tadi."

"Males ah. Saya mau pulang aja. Lagipula-"

"Saya bakal tunggu di parkiran."

Setelah itu Kendra menutup panggilannya sepihak yang membuat Safa menggeram kesal. Memangnya siapa lelaki itu? Berani sekali mengatur dirinya?

Tbc👙

Maaf ya klo pendek, emang udah kebiasaan wkwk. Aku ngetik klo lagi free aja. Jadi mohon dimaklumi ya gengs😘Aku mesti bagi2 waktu juga. Klo ada ide sama mood apalagi waktu, pasti aku ngetik kok. Dan biasanya aku langsung update wkwk

Tinggalkan jejaknya okey?🥰

-Queen

Safa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang