Happy reading👙
Sudah sejak satu jam yang lalu, Safa menguap. Bahkan mata gadis itu sudah terasa berat.
"Lo kalau udah ngantuk, pulang aja, Saf," ucap Dahlia, teman sekelompok Safa.
Safa langsung mengerjapkan matanya berkali-kali. "Enggak, kok. Cuma ngantuk dikit aja. Minum kopi juga bakal ilang kantuknya."
Dahlia dan temannya yang lain hanya menggelengkan kepalanya. Tugas mereka memang belum selesai sejak tadi pagi. Pagi-pagi mereka mencari bahan penelitian, lalu sorenya mereka langsung membuat laporan. Dan sampai jam segini, belum selesai juga. Jarum jam memang masih menunjukkan angka 8, tapi entah kenapa Safa sudah mengantuk. Mungkin karena seharian ini ia beraktifitas.
"Kamu pulang aja, Saf. Dari tadi kan kamu yang sibuk selesaikan penelitian, jadi sekarang biar aku, Dahlia, sama yang lainnya buat beresin laporannya." Semuanya menganggukki ucapan Sella.
"Iya, tenang aja. Nama lo bakal gue cantumin di makalah kok," canda Tera.
"Ko, lo anterin pulang Safa sana! Kasian noh udah ngantuk banget," titah Dahlia ketika Miko baru kembali dari toilet.
Mendengar ucapan Dahlia, Miko melirik ke arah Safa. Benar, mata gadis itu sudah berat.
Miko menepuk pundak Safa pelan. "Pulang yuk, Saf! Biar gue anterin."
"Enggak usah, nanti biar gue telepon taksi aja."
"Udah deh, Saf. Biasanya juga lo ke mana-mana sama Miko," ucap Tera.
Tanpa banyak bicara, Miko membereskan barang-barang miliknya dan juga milik Safa ke tas mereka.
"Yuk!" ajak Miko.
Safa menghela napasnya. "Serius nih nggak apa-apa gue pulang duluan?"
Mereka mengangguk. "Iya, Saf. Lagian ini bentar lagi juga beres," jawab Sella.
Akhirnya Safa menuruti ucapan teman-temannya dan pamit pulang serta mengucapkan terima kasih karena membiarkannya pulang lebih dulu.
"Lo tunggu di sini, gue ambil motor gue dulu di parkiran." Safa mengangguk.
Tak sampai 5 menit, motor milik Miko itu sudah terparkir di depannya. Safa langsung naik dan duduk di belakang Miko.
"Kalau lo ngantuk, tidur aja. Nanti gue bangunin kalo udah nyampe."
Setelah menyebutkan alamat rumah Kendra, Safa langsung meletakkan tangannya melingkar; memeluk pinggang Miko dan memejamkan matanya. Ia benar-benar mengantuk. Apalagi semalam ia kurang tidur.
Hanya butuh waktu setengah jam bagi Miko mengendarai motornya menuju rumah Kendra. Miko menatap rumah yang besar namun tidak mewah itu. Ia tersenyum miris ketika teringat kenyataan jika Safa sudah menjadi istri orang lain.
"Saf, udah nyampe," ucap Miko membangunkan Safa. Ia menepuk-nepuk punggung tangan Safa yang masih setia melingkar di pinggangnya.
"Saf?" panggil Miko. Gadis itu memang sedikit sulit dibangunkan.
Setelah berkali-kali Miko coba bangunkan, akhirnya Safa membuka matanya.
"Udah sampe ya, Mik?" tanyanya masih dengan mata setengah terbuka, tak lupa mulutnya yang menguap.
"Udah di korea kita, Saf." Safa menepuk pundak Miko yang masih sempat-sempatnya bercanda.
Safa turun dari motor dan memberikan helm yang ia pakai itu pada Miko.
"Thanks, ya." Miko mengangguk singkat.
Karena sudah mengantuk, Safa langsung masuk ke dalam rumah. Beruntunglah pintu rumah belum dikunci, jadi Safa tidak perlu repot-repot menghubungi Kendra untuk dibukakan pintu. Lelaki itu memang tidak memiliki asisten rumah tangga yang menetap di rumahnya. Bahkan jasa babysitter pun ia pakai ketika dirinya benar-benar sedang tidak bisa menjaga Nafis.
"Mas Kendra belum tidur?" tanya Safa yang melihat keberadaan Kendra. Lelaki itu berjalan menuju dapur.
Kendra hanya membalas dengan gumaman saja tanpa melihat ke arah istrinya.
Rasa kantuk yang tadi dirasakan Safa kini entah pergi ke mana. Matanya kembali segar. Mungkin karena kesal melihat sikap dingin Kendra.
Safa mengikuti langkah lelaki dingin itu.
"Mas, aku mau ngomong."
"Dari tadi kamu sudah bicara," balasnya.
"Mas, serius!" Safa menarik lengan Kendra yang saat itu akan pergi meninggalkannya di dapur. Akhirnya Kendra diam tanpa berniat melepaskan tangan Safa.
"Kamu kenapa sih? Dari kemarin kamu dingin banget sama aku. Aku ada salah?"
Kendra menaikkan sebelah alisnya. "Bukannya sikap saya memang seperti ini?"
Ya Kendra benar. Sikap dingin memang melekat dalam dirinya. Tapi kali ini Safa merasa beda. Lelaki itu seolah tak mengacuhkannya.
"Jangan kekanakkan dan mempersalahkan hal tidak penting seperti ini. Saya tidak suka perempuan yang kekanak-kanakkan," ucapnya seraya melepaskan tangan Safa di lengannya. Lantas ia pergi melangkahkan kakinya menuju kamar, meninggalkan Safa yang terdiam.
"Bajingan, gue juga nggak suka sikap lo yang dingin kayak kulkas delapan pintu!" umpat Safa pelan supaya tidak terdengar oleh lelaki yang sialannya adalah suaminya itu.
"Lo pikir lo Suga?" tambahnya.
"Saya Kendra kalau kamu lupa."
Safa membulatkan matanya. Bagaimana bisa Kendra mendengar ucapannya yang pelan itu? Jangan-jangan Kendra punya kelebihan bisa mendengar dari jarak jauh?
Gadis itu bergidik ngeri membayangkannya.
Tbc👙
Gasuka dicuekin, tpi pgn pnya doi kek Kendraaaa><
Jangan lupa tinggalkan jejaknya, okeiiiiii😚
See u~
-Queen
KAMU SEDANG MEMBACA
Safa [END]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!!!] ||Kendra-Safa|| Tentang Safa yang sudah berada di puncak kestress-annya. Dengan rajukan serta rengekkannya, ia meminta pada Mamanya agar menjodohkannya dengan lelaki yang sesuai kriterianya. Tampan, baik, dan cool. Namun yan...