👙Part 17👙

2.8K 154 1
                                    

Kiww ada yang nungguin enggak?

Happy reading👙

Safa menggandeng tangan putri tirinya memasuki kawasan Taman Kanak-Kanak Pelita Harapan.

"Di dalam tas udah Tante masukin snack punya kamu. Kalau lapar, makan aja. Ini minumnya," ucap Safa seraya menyerahkan ransel serta menggantungkan botol minum di leher Nafis.

Gadis kecil itu berdecak. "Bawel."

"Udah sana masuk!"

"Tante yang bicara terus," gerutunya. Lalu Nafis masuk ke dalam kelas.

Melihat Nafis yang sudah masuk, Safa melangkahkan kakinya ke tempat di mana para ibu berkumpul menunggu anak-anaknya.

"Tantenya Nafis, ya?" tanya wanita berhijab abu. Safa tersenyum menanggapi.

"Kakaknya ke mana, Mbak? Biasanya Nafis suka diantar sama Papanya yang ganteng itu loh."

"Dengar-dengar papanya Nafis duda, ya? Kalau boleh, bisa minta tolong kenalin anak saya ke Masnya nggak, Mbak? Anak saya pramugari, cantik juga loh." Wanita berambut coklat menyala itu meminta Safa untuk mendekatkan suaminya pada wanita lain.

"Nanti saya tanya suami saya dulu ya, Bu? Pengen punya istri lagi apa ngga," balas Safa dengan senyumannya membuat sekumpulan ibu-ibu itu terdiam.

"Eh? Jadi Mbak ini ibunya Nafis?"

Safa mengangguk. "Iya, Bu. Saya Ibu sambungnya."

"Aduh, Mbak. Maafin ya mulut saya lancang. Saya kira Mbak adiknya Mas Ganteng."

"Enggak apa-apa kok, Bu. Emang salah suami saya sih punya wajah ganteng," candanya agar membuat orang yang di sana rileks dan tak merasa bersalah padanya. Lalu orang di sana tertawa mendengar bercandaan Safa.

"Kalau boleh tahu, dari kapan menikahnya, Mbak? Soalnya saya baru lihat Mbak sekarang." Seorang wanita berhijab cream itu bertanya dengan suara lembutnya.

Wajah Safa terlihat berpikir. "Kapan, ya? Lupa lagi saya. Hampir sebulan deh kayaknya."

"Wah masih baru dong, Mbak?" sahut Ibu lainnya. Safa hanya bisa mengangguk.

Ponsel Safa bergetar. Ternyata ada telepon masuk dari suaminya.

"Saya tinggal dulu ya, Ibu-Ibu. Ada telepon," ucap Safa sopan. Ibu-ibu di sana mengangguk mengerti.

"Halo, Mas?"

"Kamu ke kampus jam berapa?"

"Abis dzuhur kayaknya. Kenapa?"

"Saya masih ada urusan di kampus. Jadi saya minta tolong supaya kamu ajak Nafis, ya? Pengasuhnya lagi nggak bisa jaga dia hari ini. Dan saya juga nggak mungkin tinggalin dia di rumah sendirian." Safa terdiam setelah mendengar ucapan panjang dari Kendra yang sangat jarang ia dengar.

"Iya nanti aku bawa Nafis ke kampus."

"Terima kasih." Tanpa mendengar balasan Safa, Kendra langsung menutup panggilannya.

Safa berdecak sebal dengan sikap Kendra yang seperti ini. Menyebalkan.

👙👙👙

"Nafis, kamu tunggu di sini dulu, ya? Tante mau ketemu dosen dulu bentar. Atau kamu mau ikut Tante?"

Nafis menggeleng cepat. "Enggak. Nafis tunggu di sini saja."

"Ya udah. Nanti Tante telepon Papa, oke?"

"Hm."

Setelah memastikan Nafis diam di kantin, Safa langsung pergi meninggalkannya. Ia mendadak dipanggil dosen perihal tugasnya. Sebelumnya ia sudah meminta Mbak Yun untuk mengawasi Nafis. Sekadar informasi, Mbak Yun adalah penjual pecel di kantin kampus.

Safa berlari mencari Pak Ardi, dosen yang mencarinya tadi. Kenapa dosen itu harus memanggilnga di saat-saat seperti ini? Ia merasa khawatir meninggalkan Nafis sendirian. Bagaimana jika Kendra menganggap Safa lepas tanggung jawab?

"Dinda?" panggil Safa pada temannya yang berada tak jauh darinya.

Dinda menolehkan kepalanya menatap Safa.

"Kenapa, Saf?"

"Lo liat Pak Ardi nggak?"

"Pak Ardi?"

Safa mengangguk. "Iya."

"Kalau nggak salah tadi aku liat Pak Ardi masuk kelas deh."

"Serius?"

"Kayaknya iya. Tapi coba kamu cek dulu. Takutnya aku salah lihat."

"Kelas mana?"

"Manajemen."

"Oke. Thanks, yaaaa," ucap Safa seraya meninggalkan Dinda.

Safa langsung melangkahkan kakinya menuju tempat keberadaan Pak Ardi. Sesampainya di depan kelas, Safa melihat dosen itu masih mengajar.

Sembari menunggu kelas Pak Ardi selesai, Safa mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari suaminya.

Pak Kendra
Saya sedang di luar kampus. Jadi mungkin telat jemput Nafis

Aku lagi ada urusan sama Pak Ardi, Mas. Nafis aku tinggal di kantin

Dilihatnya Kendra sudah membaca pesan yang ia kirimkan. Tak lama dari itu, ada telepon dari Kendra.

"Kamu di mana?"

"Aku ada keperluan sama Pak Ardi, Mas."

"Kenapa kamu nggak bilang dari awal?"

"Aku juga dapat info dadakan."

"Harusnya kamu kabari saya kalau kalian sudah sampai. Jadi saya bisa gantikan kamu jaga Nafis." Terdengar suara grasak-grusuk di seberang sana. Sepertinya Kendra sedang membereskan kertas-kertas.

"Aku udah minta Mbak Yun jagain Nafis kok, Mas. Dia nggak sendirian."

"Kamu kan sudah tahu kalau Nafis tidak bisa dekat dengan orang asing."

Menghela napasnya, Safa terpejam sejenak. "Iya-iya. Aku balik ke kantin sekarang," kesal Safa.

Gadis itu langsung melangkahkan kakinya kembali ke kantin, meninggalkan urusannya dengan Pak Ardi. Sudah ia pastikan jika Pak Ardi mungkin akan memarahinya. Tapi masa bodolah, toh ia memang sering kena semprot Pak Ardi.

Safa berlari menuju kantin. Takut jika Nafis meninggalkan tempatnya.

Namun langkahnya memelan ketika ia melihat Nafis masih di tempatnya. Dengan tawa serta raut bahagia di wajahnya.

Di samping Nafis, duduk seorang perempuan dengan rambut sebahu. Tangannya terangkat mengelus-elus kepala Nafis.

Siapa perempuan asing di samping Nafis? Pikirnya.

Tbc👙

Siapa ya cwek yg sama Nafis???? Penasaran?? Yuk tinggalkan jejaknya

See u~

-Queen

Safa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang