Taeyong x Yuta

6.6K 542 12
                                    

Part II

Jadi awalnya aku tuh ga mood gitu kan, trus scroll pinterest dan Nemu pict itu. Ngelihat itu tetiba kayak ngerasa "ini buat taeyong ga mood gegara Sehun bagus nih" gitu.

.


.
.
.

Taeyong

X

Yuta
.
.
.
.

Taeyong melajukan mobilnya tanpa tau kemana ia kan pergi. Hatinya berteriak untuk menarik Yuta dari hadapan Sehun sesegera mungkin. Risau jikalau kehadiran Sehun membuat Yuta berpaling darinya.

Sang rembulan mulai menampakkan dirinya. Diikuti angin malam yang kian dingin. Taeyong melirik Yuta yang tertidur nyenyak. Menepikan mobilnya di area parkir supermarket yang cukup luas dan sangat sepi.

Taeyong berjalan keluar. Membuka pintu mobil dimana Yuta tertidur. Membenarkan kursi mobil agar Yuta lebih nyaman. Melepaskan jas kerjanya yang akan digunakan untuk menyelimuti Yuta.

"Aku tidak tau, tapi rasanya hatiku risau dan sesak melihat dia datang kembali padamu. Mungkin tanpa sadar, aku sudah mencintaimu Yuta." Taeyong mengelus pipi Yuta. Mengangkat sedikit dagu Yuta, mencium belah bibir ranum dengan lembutnya.

Taeyong masuk ke dalam supermarket. Membeli sekotak rokok dan pemantik api tak lupa beberapa kaleng bir dan Snack ringan. Kembali dimana mobilnya terparkir. Mengecek apakah Yuta masih tertidur. Dan syukurlah Yuta masih terlelap.

Mengambil lintingan tembakau. Menghisapnya seolah obat penghilang sesak yang ia rasa sekarang. Mengembuskan asapnya menantang arah angin. Tangannya meraih sekaleng bir dingin yang mulai mengembun. Membukanya dan meminum isinya hampir setengah. Ia suka sensasi panas di tenggorokannya.

"Aku dengan sesumbarnya berkata dengan lantang, tidak akan jatuh dalam pesonamu malah kini tak rela membagimu pada yang lain. Nakamoto, kau benar-benar ajaib." Taeyong kembali menghisap tembakau itu. Sesekali terkekeh dan menggeleng tak percaya dengan perubahan sikapnya.

Tanpa Taeyong sadari, Yuta telah terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa Taeyong sadari, Yuta telah terbangun. Menyenderkan kepalanya pada jendela mobil yg tertutup. Mengawasi Taeyong dari dalam mobil. Dirasa sudah cukup untuk suaminya itu terkena angin malam, barulah Yuta membuka pintu tersebut.

Taeyong hendak menyalakan lagi selinting tembakau, namun seseorang berdiri dihadapannya.

"Taeyong, kenapa mulai minum? Kamu belum makan, nanti sakit gimana?" Tangan Yuta tergerak menyisir rambut Taeyong. Perlakuan Yuta membuat Taeyong nyaman. Tanpa sadar menelusup pada perut Yuta yang berabs tipis. Melingkarkan tangannya pada pinggang Yuta yang ramping tentunya setelah membuang rokok tersebut.

"Nakamoto tidak Lee, kau harus tau. Bajingan ini telah takluk padamu. Kumohon jangan tinggalkan aku. Lelaki brengsek ini membutuhkanmu Yuta." Taeyong memohon dengan tulus, air matanya merembes membasahi baju yang Yuta pakai.

"Ta-taeyong" Yuta tergugup bingung. Yng ia lakukan hanya membiarkan Taeyong menangis sambil mengusap punggung suaminya itu.

"Aku disini, bersamamu aku tidak akan pergi. Tempatku bersamamu Taryong. Aku tidak meninggalkan sisimu barang sedetik. Percayalah."

Taeyong mendongak, menatap Yuta dengan matanya yang masih berair. Tidak peduli image dinginnya hancur. Sorot matanya tulus dan hangat, tentu saja membuat Yuta tersenyum manis.

Yuta sedikit membungkuk. Mengingat posisi awal dimana Yuta berdiri sementara Taeyong terduduk dengan tinggi sebatas perut Yuta. Mengecup bibir Taeyong lembut. Manik bulatnya tertutup. Seolah menikmati kontak fisik yang mereka lakukan.

Tangan kanan Taeyong menahan tengkuk Yuta, sementara tangan kirinya berada di pinggang Yuta. Menekan pelan seraya mendorong Yuta untuk mundur. Kini Yuta terhimpit oleh Taeyong dihadapannya dan mobil Taeyong di belakangnya. Taeyong seolah tak ingin melewatkan sedetik saja mencumbu bibir ranum Yuta.

"Aku mencintaimu Yuta. Sangat mencintaimu." Tepat setelah Taeyong melepaskan cumbuannya. Kembali memeluk Yuta dan bersandar pada bahunya.

"Hey! Setidaknya jawab kalau kau mencintaiku juga. Tidak romantis sekali."

Yuta hanya tertawa melihat tingkah Taeyong yang baru. Mengusap punggung Taeyong dan mengecup bahu suaminya itu.

"Aku mencintaimu Taeyong, semua masih terasa seperti mimpi."

"Ini bukan mimpi, terima kasih telah bersabar menghadapiku selama ini, dengan sifat dan perkataan yang entahlah, kau malaikat Yuta. Malaikat untuk seorang pendosa sepertiku."

End

Na Yuta UkeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang