Haechan x Yuta

550 41 6
                                    

Wish you like my random story (kinda + for the dirty talk)
Btw namanya agak aku hilangkan hurup+tambahkan huruf ya
.....

Diumur berapa kalian menyadari bahwasannya 27 tahun adalah waktu dimana setiap pulang kerja menjadi momentum paling membahagiakan setiap hari. Menjadi budak korporat memang sangat meningkatkan risiko depresi tapi yang paling menakutkan adalah mati tanpa ada uang.

Ya, begitulah pemikiran seorang Yuuta selepas rapat kehadiran acara penting hari ini. Sungguh, seakan dunia seisinya telah menuangkan kekesalannya pada Yuuta. Sehabis dering alarm serta kemacetan di penghujung senja ini, Yuuta hanya berharap bisa tidur hingga esok hari liburnya.

"Para bajingan itu, sialan. Sungguh sialan! Terkutuklah kalian di neraka sana!"

Entah kemana citra pegawai baik hati miliknya. Kini terganti aura galak nan judes yang siap melempar setiap irang ke dalam kawah gunung penuh lahar panas. Tatapan matanya menajam, semakin erat pula ia genggaman tangan itu. Siap meninju siapapun yang semakin memperburuk suasana hatinya.

Pintu lift itu terbuka, bergegas masuk dan kembali memasang topeng sebelum berinteraksi dengan kawan-kawan seperjuangannya mencari upah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu lift itu terbuka, bergegas masuk dan kembali memasang topeng sebelum berinteraksi dengan kawan-kawan seperjuangannya mencari upah.

Tak berapa lama pandangan miliknya tertuju pada satu orang. Sedikit memincing alis, bertanya apa keingingan orang disebrang sana.

"Pergilah, ini bukan waktunya seirang bocah berkeliaran. Pulanglah!"
Kalimat itu tidak menyenangkan siapapun yang mendengar. Cara mengusir yang teramat jelas bukan lagi menggunakan isyarat seperti biasanya.



"Apakah salah aku ingin menemui pacarku sendiri Na Yuuta?" Sebut seseorang melempar pertanyaan. Raut tengilnya amat ketara. Tatapan mengejek serta postur tubuhnya seakan tak bergeming mendengar kalimat penuh pengusiran itu.

"Berkali-kali aku menolakmu. Aku jauh lebih tua darimu, sopanlah sedikit. Dan lagi adikku Jaemin akan benar-benar menghajarmu setiap kali kamu menggangguku!"
Yuuta kembali menegaskan bahwa dirinya lebih tua, harusnya orang di depannya ini sedikit ada tutur kata yag sopan. Tapi seakan nihil yang mengikis sabarnya dipilih saja lintigan tembakau daripada harus menghadapi bocah didepannya.

"Hmm, tenang saja. Beberapa pukulan tidak masalah asalkan nantinya aku bisa kembali padamu Na Yuuta!"

Yuuta tak merespon, mulai menghisap rokoknya. Menikmati kandungan nikotin dan yang lainnya
memasuki paru-paru. Tak merasakan bahwa kini bocah tadi sudah berada dekat disebelahnya. Memutar tubuhnya agar saling berhadapan.

"Sialan, apa maumu bocah! Berhentilah menggangguku dan pergi keluar!"

"Kau tau Yuuta, seberapa bergairahnya aku? Tidakkah kamu menyadari seberapa ingin aku memilikimu? Tingkahmu yang begini saja terus membuat kepalaku pusing. Tapi aku suka, teruslah menghindar sampai aku bisa mendapatkanmu."

"Omong kosong Donghyuk, bocah sepertimu hanya penasaran bukan cinta. Dan cinta itu apa?! Semua omong kosong belaka. Pergilah!"

Donghyuk tidak merespon. Diam mematung saja. Membuat Yuuta dihadapannya tersenyum senang. Kemenangan atas diamnya Donghyuk membuat kepalanya sedikit diatas awan. Usilnya menjadi, dihembuskan kepulan asap bau tembakau itu tepat didepan bibir Donghyuk. 

Donghyuk semakin mempersempit  jaraknya. Satu tangannya telah berada di dalam jas merengkuh pinggang Yuuta. Mengusap dengan ibu jarinya perlahan. Beradu tatap dengan mata tajam Yuuta.

Sementara satu tangannya meraih rokok milik Yuuta. Tentu saja yang lebih tua marah. Rokok itu dibayar dengan uangnya tapi seenak jidat si Donghyuk ini mengambilnya. Lalu, dengan kurang ajar Donghyuk menghisap rokoknya. Sejenak pikiran Yuuta kalang kabut, apa itu artinya mereka sudah berciuman tidak langsung.

"Kau tau kak, berciuman secara langsung itu mengasyikan. Jangan tahan dirimu. Aku tau kamu juga ingin berciuman denganku."

Biarlah apa kata orang, tapi kini Yuuta memang sudah gila. Tergoda tipuan maut berondong yang berstatus teman adiknya. Masa hodoh pendapat orang, toh selagi bisa makan dan cari muka seperlunya saja sudah cukup untuk Yuuta.

"Hmm, cium aku. Lakukan apapun itu, buat aku lupa siapa namaku."

"Apapun untuk sang putri."

Donghyuk menyeret Yuuta ke ruang kebersihan. Ruangan gudang tempat kerdus berada. Tak lupa menginjak putung rokok yang menjadi bara api bagi keduanya. Langkah keduanya tergesa tak ingin menunggu lama untuk saling merengkuh dan memulai aktivitas intim mereka.

Donghyuk duduk terlebih dahulu. Membawa Yuuta dalam pangkuannya. Yang lebih tua hanya menurut, sesekali ia juga ingin dipimpin dan melepas sisi dominannya di ranah kerja. Tangannya yang tergambar tato itu telah melingkar apik pada leher Donghyuk.

"Aku suka wangimu, rokok, sedikit parfum murah dan bau matahari. Ah, Donghyuk pernahkah kamu berfikir untuk melakukannya di siang hari. Melakukannya ditengah keramaian kota?"

"Lihatlah siapa yang gila sekarang. Aku teramat sering memikirkanmu kak. Membuatmu bertelanjang dengan pakaian gadis-gadis, membuatmu menangis ditengah pemandian umum, sampai membuatmu terciprat seluruh spermaku dengan baju kerja dan pakai kacamata. Kamu sangat sialan Na Yuuta. Setidaknya jangan pernah sekalipun kamu tampil dihadapan teman adikmu dengan pakaian setengah terbuka dan bibir seksi habis dicumbu itu. Kamu membuatku gila."


End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Na Yuta UkeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang