26

274 33 3
                                    

Assalamualaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum

.
.
.
.
.

Setelah tiga hari dari kecelakaan tersebut, Johan sudah di perbolehkan pulang. Karena besok sudah masuk ujian kenaikan kelas.

Guru-guru di sekolah sedang rapat, makanya seluruh murid di perbolehkan pulang. Disinilah Icha, di rumah Johan, karena ibu Johan yang meminta.

"Gue mau mandi" kata Johan bersiap untuk bangun dari ranjang tempat tidur.

Icha yang mendengar itu lantas berteriak. "GAK BISA!" Johan kaget dengan teriakan Icha. Gadis itu menarik Johan untuk duduk di ranjang. "Lu jangan mandi dulu, luka lu juga belum kering benar" lanjutnya.

"Tapi badan gue lengket"

"Enggak bisa bodoh! Kering kan dulu luka lu"

"Jadi gimana ini? Badan lengket dan gue mau mandi"

"Gue yang akan mengelap badan lu dengan handuk basah" cicit Icha malu.

"Lu yakin?"

Icha mengangguk kepala ragu, Johan yang melihat itu mengsmrik.

"Bi-biar gue ba-bantu melepaskan baju lu" dengan sedikit gugup, Icha membantu Johan untuk melepaskan bajunya. Lalu setelah terlepas, gadis itu mengambil handuk kecil dan air di dapur.

Ia kembali ke kamar Johan, dan menaruh baskom kecil di nakas. "Pejamkan mata lu" ujar Icha.

Alis sebelah Johan terangkat. "Kenapa?"

"Turutin saja bangsad!" kesal Icha.

"Iya iya"

Johan menuruti omongan Icha untuk menutup matanya. Bukan apa-apa Icha hanya tidak mau cowok itu melihat semburan di pipi mulusnya.

Gadis itu mengelap wajah Johan terlebih dahulu, lalu turun ke leher, kemudian ke dada bidang Johan.

Glekk....

Icha menelan ludah kasar melihat otot-otot atau ABS cowok itu.

"Napa diam? Apa udah selesai?" tanya Johan ketika tidak ada pergerakan Icha.

Icha mengalihkan pandangannya dari ABS itu. "Berikan tangan lu" titah Icha dan di turuti oleh Johan. Gadis itu berhati-hati agar tidak terkena luka di tangan Johan.

Setelah selesai di bagian tangan, ia beralih ke perut Johan. Dengan sedikit menahan nafas, ia dengan cepat mengelap perut Johan.

"Selesai" seru Icha ketika selesai dengan tugasnya.

"Bagian atas aja?" tanya Johan.

Dahi Icha berkerut. "Maksud lu?"

"Bagian pinggang sampai kaki belum"

"SETAN!!"

"Jangan setengah-setengah njir"

"Kalau bagian itu lu bisa lakukan sendiri"

"Dih"

.
.
.
.
.

"Dari mana kamu" ucap sinis seseorang memberhentikan langkahnya Icha. Ia menoleh ke ruang tamu, disana ada ayahnya.

"Rumah teman" sahut Icha singkat. Hendak melangkah kembali, tapi ucapan ayahnya membuat ia mengurungkan niatnya.

"Teman? Emang ada yang mau sama anak yang dingin kek kamu" ejeknya.

Icha memutar matanya malas. "Terserah. Icha nanya, ayah dari mana saja tidak pulang-pulang?"

"Ya kerja lah"

"Cih dasar alasannya membuat ku muak"

Lalu setelah itu ia kembali berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari ayahnya.

*****

Ujian kenaikan kelas sudah tiba. Dengan semangat Icha turun untuk makan pagi sebelum berangkat ke sekolah.

"Pagi ibu" sapa ceria Icha ke sang ibu yang sedang menyusun letak piring di meja makan.

Jena menoleh ke anaknya, lalu ia tersenyum. "Pagi juga nak, ayo makan"

Icha duduk di kursi. "Ayah mana bu?" tanya Icha.

"Ayah sudah pergi dari pagi tadi"

Ini yang Icha gak suka, ayahnya selalu mementingkan pekerjaan di banding keluarga.

"Selalu saja begitu" ucap Icha pelan.

"Kan ayah kerja untuk kita"

"Iya, tapi apa gak bisa ngeluangin waktu sedikit buat keluarganya? Kesel Icha tuh"

"Nanti juga ada waktu buat Icha kok, tenang saja"

Icha menghela nafas panjang, lalu ia mulai memakan masakan ibunya.

.

Icha di jemput oleh Johan pakai mobil, lukanya pun sedikit demi sedikit memudar. Icha berharap selama ujian semuanya baik-baik saja.

Kini Icha dan Johan telah sampai di kelas. Nama Icha dan Johan hanya beda 3 nama dari murid lain. Dan duduk Johan pun di belakang Icha.

"Cha" panggil Johan ke Icha yang ada di depannya.

"Paan?" sahut Icha.

"Janji lu waktu itu mau nyontekin gue kalau gue gada yang tau jawabannya"

Dahi Icha berkerut, perasaan ia tidak punya janji. Pikir Icha. "Perasaan gada deh"

"Gak usah sok-sok gatau, lu udah janji loh" Icha berusaha mengingatnya. "Lu bilang 'Belajar sana, janji deh nanti ujian gue kasih tau kalau ada yang lu gak tau', gue udah belajar"

Icha berdegus, kenapa sih cowok ini punya ingatan yang tajam. Pikirnya.

"Iya iya anjir"

"YES!!"

Teriakkan Johan membuat anak-anak di kelas menoleh ke cowok itu. Cowok itu hanya menyegir malu.

"Urat malu lu udah putus ya?" tanya Icha sembari membalikkan badannya ke belakang.

"Gak lah, gue masih punya malu" ucap Johan.

"Iya dah serah" Johan terkekeh.

"Lu bisa baca pikiran gua?" Icha mengangguk aja. "Coba apa yang ada di pikiran gua?"

"Kosong"

"Pikiran gua?"

"Perut gua" habis itu Icha tertawa pelan melihat Johan yang memandangnya datar.

"Yeu anjir, lu gak makan?"

"Udah tadi"

"Dasar perut karet!" Icha tertawa lagi.

.
.
.
.
.

Tbc

Yuhuu kembali bersama author retcehh dan tydak sombonggg wkwk

Alealeeee:v

My Girlfriend Is Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang