25

194 22 7
                                    

"Yoshi...Yoshi- Yos..." omongan Dyra tercekat saat bening air jatuh melewati pipinya. dan semakin lama semakin deras. Hujan ikut turun menerpa jendela hotel. hati Dyra remuk. tangannya menggapai tangan Yoshi untuk digenggam. laki-laki dengan rambut berantakan wajah yang baru saja bangun tidur. tapi Yoshi tetap Yoshi mau bagaimana pun keadaannya wajahnya akan tetap tampan. Dia mengusap matanya pelan.

telinga Yoshi mendengar sayup-sayup isakan tangis. Dyra menahan suaranya. menggigit bibirnya sampai berdarah karena dia tidak ingin membangunkan Yoshi karena suara tangisnya.

"Hey kenapa? sini sini..." Yoshi mendekap tubuh Dyra erat. tangis perempuan itu langsung pecah dengan isakan yang membuat tubuhnya naik turun meluapkan semua emosinya.

Dyra mendorong dada bidang Yoshi menjauh. sedetik dia menghapus jejak air mata dia menyingkap selimut lalu bergegas mengambil mantel lalu keluar. Yoshi panik. dia meneriaki nama Dyra tapi tidak disaut oleh Dyra.

Yoshi mengikuti Dyra dari belakang. perempuan itu bingung, bisa-bisanya dia buta arah tapi malah kabur tanpa Yoshi. Dyra celingak-celinguk di lobi hotel sambil menghapus ingusnya pake mantel. Yoshi panik. dia mengira kalo Dyra sudah pergi dari hotel.

"DYRA, JANGAN BUAT SAYA PANIK. KALO KAMU ILANG GIMANA HAH?" Dyra menggeleng-geleng sambil menghapus jejak air matanya yang terus mengalir tanpa berhenti.

"Me-megan...ke-"

"Kamu tenang dulu. duduk minum air dulu ya?" Dyra menggeleng dia bersikeras ingin ketempat Doyoung sekarang.

Yoshi memanggil pelayan hotel untuk mengambilkan dia sebotol air putih. tangan Yoshi terulur mengambil inhaler untuk asma dari kantong mantel yang dia pakai. Nafas Dyra tidak karuan saat perempuan tersebut menangis di dada Yoshi. untungnya laki-laki itu sadar dan ingat. Dyra ceroboh. mungkin sekalinya dia dengan nafas tersengal habis menangis dia malah berlari. jadilah sekarang sesak. Dyra tak memperdulikan dirinya sendiri barusan.

Yoshi menerima sebotol minuman tersebut. 

"Nih pake inhaler dulu sebelum minum..." Dyra melakukan apa yang Yoshi suruh. nafas dia lebih baik sekarang. tapi air matanya masih saja turun dari pipinya.

"Sekarang jelasin kamu kenapa?" Dyra menunduk. membuat tangan Yoshi terulur untuk menegakkan kepala perempuan itu.

"Me-megan.."

"Nafas yang bener dulu,"

"Megan kecelakaan..." mata Yoshi membulat. tapi dia sadar. pantas saja Dyra menangis separah ini tanpa memperdulikan dirinya yang mungkin bisa saja mati karena asmanya kambuh. dia berusaha menahan itu semua.

"Ayok ikut saya dyr...sebelum terlambat!" Yoshi menarik tangan Dyra. menuju keluar hotel. 

.

Yoshi memakai jas putihnya. dia mendapat izin mengurus Megan dirumah sakit. Dyra dibiarkan sendiri. Yoshi tak mau melihat Dyra semakin sedih melihat Megan koma. Dyra terus mengucapkan doanya. memohon pada tuhan agar Doyoung diselamatkan dari tabrak lari saat menelpon Dyra. perempuan dengan rambut hitam legamnya itu tidak mengharapkan kejadian ini.

tentu saja, siapa yang tega melihat dan mendengar langsung kecelakaan saat menelpon? tidak akan ada yang tega jika itu orang tersayang.

Dyra menyatukan tangannya. berdoa kepada yang Maha Kuasa. agar Doyoung diberi kekuatan menghadapi operasi yang akan dipimpin oleh Yoshi. tapi Dyra merutuk dirinya sendiri didalam hati. dia menjadi merasa bersalah. rasanya dia ingin menggantikan rasa sakit yang dirasakan Doyoung sekarang. 

ini semua salah Dyra bukan membiarkan Megan hanya tertuju padanya tanpa memikirkan sekitar saat berjalan? sekarang malah Dyra yang merasa bersalah yang amat sangat.






















.

.

.

.

.

tbc.

Jujur aku blom lanjutin sampe cerita nya end tapi insya allah aku lanjutin, cuman karena aku punya beberapa draft dan lumayan banyak jadi aku sering update deh.

Semoga pada suka, oiya vote dong 😭 pembaca gelap mari vote cerita ini 🤔

APRIL || Doyoung TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang