#1 Arkana

13.3K 572 16
                                    

ARKANA
🐇💜🐿

Pukul 06.00, alarm di kamar ana dan seorang murid laki-laki berdering. Ana menyumpal kedua kupingnya menggunakan bantal. Ia gelenjotan, malas untuk bangun pagi.
Sementara si murid laki-laki, tanpa perlu menunggu lama langsung push up dan pemanasan sejenak demi mengembangkan otot-ototnya.

"Ana! Bangun!!"
Teriakan aldo di luar kamar menjadi sambutan hangat bagi ana.

"IYAAA UDAH BANGUN!!!" Ana membalas teriakan kakanya lebih kencang.

Ana melaksanakan rutinitas mandi sejenak lalu menggunakan seragamnya. Kakak laki-lakinya sudah menyiapkan makanan untuk ana.
Tak lupa, dia juga akan mengantarnya ke sekolah.

Orang tua ana sedang bekerja. Mereka salah satu pemilik caffe yang cukup terkenal. Ayahnya adalah seorang chef handal, dan ibunya selalu menemani ayah ana kemanapun pergi untuk demo masak.

Katanya sih takut ayah ana selingkuh.

Padahal kalau dilihat secara jelas, tidak ada alasan untuk ibu ana curiga suaminya selingkuh. Karena perlu ditekankan, ayah ana itu bener-bener bucin.
Bucin akut, istilahnya kaya SSTI lagi (suami-suami takut istri).

Sebenarnya ana menyuruh sang kakak yang biasa ana sebut dengan 'abang' untuk tak mengantarnya. Bukankah dia harus mengerjakan skripsi yang tertunda berbulan-bulan? Ana sih malu kalau punya abang jadi mahasiswa abadi.

"Udahlah bang.. ana bisa sendiri"

"Eittt... gak ada ya, abang gak mau kamu berangkat sendiri di hari pertama!" Tegas aldo

"Ah bilang aja.. abang anterin ana karena gak mau kerjain skripsi yang ditinggal berbulan-bulan itu kan?" Ana saat ini sedang sibuk menggunakan kaos kaki.

"Ana jangan durhaka ya sama abang! Nanti abang laporin bunda, ana suka ngabisin yakult di kulkas"

"Abang ko mainnya ancem-ancem segala sih!" Ana berbicara dengan bibir yang dimaju-majukan. Tanda ana sangat kesal dan gemas.

Aldo tertawa sebentar melihat reaksi ana. Menurut aldo, tak ada yang lebih penting daripada adiknya sendiri. Dia harus mengantarnya di hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester.

🌹🌹🌹

Ana menganggap kalau hari ini adalah hari penting baginya. Hari yang harusnya tercatat di sejarah ana, karena bertahun-tahun hidup di dalam penjara akhirnya bisa bebas juga.

Namun, hari bahagianya ini langsung berubah suram. Saat ia melihat seorang yang dia kenali sebagai musuh bebuyutan di persimpangan jalan.

Ana bergegas keluar dari mobilnya, dan membanting pintu itu kencang.

"Heh arka jangan ngikutin ana! Sana cari jalan lain" Tanduk merah sudah keluar dari kepala ana.

"Apa sih. Gak jelas" jawab pria tampan bernama Arka Dewantara. Anak dari pemilik utama group.

Arka ini sikapnya cukup dingin. Dia benar-benar irit bicara. Bahkan dalam sehari saja dapat terhitung berapa banyak lontaran kata yang keluar dari mulut arka.

Katanya sih diam adalah emas, tapi entah mengapa meskipun arka pendiam ana tetap tidak suka dengan keberadaan arka. Benar-benar menganggu ana.

Arka selalu berada di sekitar ana. Dari Taman Kanak-kanak, SD, SMP, arka selalu ada. Bukannya apa-apa, tapi arka ini seperti menjadi mimpi buruk bagi wanita pecicilan kaya ana. Pokoknya, arka itu suka ngatur-ngatur dan kalau ana tidak nurut dia bakal lapor ke abangnya.

Arka menatap ana sinis
"heh cempol dua.. lu gak liat penampilan sebelum berangkat? Kaus kaki beda warna gitu. Kiri biru, kanan pink. Ckckckck."

MAGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang