#4 Arkana

4.4K 370 7
                                    

ARKANA
🐿💜🐇

Malam ini ana sedang berada di lapangan komplek. Alasan terbesar wanita blonde itu masih di luar malam-malam karena dia takut sendirian di rumah. Kedua orang tua ana dan juga kak aldo belum pulang, sedangkan bi arsy masih berada di kampung untuk menjenguk anaknya.

Ana membawa buku gambar kesayangannya, tidak lupa dengan pensil andalan yang selalu menemani kemanapun. Niat awal ana hanya ingin menggambar langit malam. Namun, saat melihat seseorang dengan topi hitam dan skateboard putihnya menari-nari dilapangan dia beralih menjadi menggambar pria itu. Ya, dia Arka Dewantara.

Sudah beberapa kali ana menggunakan arka sebagai model gambarnya, dan sebanyak itu pula arka coba menolak ana. Arka itu bukan tipe pria narsis, berfoto saja arka tidak suka apalagi di gambar.

"Ana udah.. jangan gambar gue mulu" arka protes menggambil buku gambar ana.

"ana bosen, ana pengen gambar!" Ana mencoba kembali merebut buku gambar yang arka ambil. Tapi pria itu malah mengangkatnya semakin tinggi.

"Arka ih kembaliin, usil banget sih" ana berjinjit di depan tubuh arka, berusaha mengambil buku gambarnya yang semakin tinggi.

"Udah jangan gambar terus. Sini belajar skateboard"

Arka menyembunyikan buku gambar milik ana di dalam kaos hitamnya. Ajakan ini berupaya untuk mengalihkan perhatian ana agar tidak menggambar. Sudah cukup ana menggambar arka 2 kali hari ini, jangan lagi.

"Emang boleh?" Tanya ana antusias "biasanya arka suka larang ana buat main skateboard tuh" ana memajukan wajahnya, menelisik kecurigaan pada diri arka.

"Iyah sini gue ajarin. Tapi stop gambar wajah gue!"

Arka menarik ana menuju skateboard putih miliknya. Arka bukan seorang atlet skateboard, tapi dia memiliki kemampuan dalam menguasai benda tersebut.

"Oke sekarang lo naik kesini" arka memapah tubuh ana untuk naik ke atas skateboard dengan hati-hati.

"Ana takut jatuh" air muka ana berubah ketakutan, dia tidak pernah bermain skateboard selama hidupnya karena takut tergelincir.

"gak bakal. Ada gue disini.."

Arka mengenggam kedua tangan ana supaya tidak jatuh. Dalam bermain skateboard keseimbangan itu hal yang paling penting.

"Coba lo dorong skateboardnya pake kaki yang kiri"

Perlahan-lahan ana mendorongnya. Dia berdiri mencoba menjaga keseimbangan walaupun rasa takut masih menyelimuti.

"Ana.. jangan tutup matanya, buka aja" ucap arka yang melihat ana terus menutup mata rapat-rapat. Dia juga menggigit bibirnya kuat.

"A-ana takut"

"Percaya sama gue" arka mengeratkan kedua tangannya lebih erat. Langkahnya mengikuti kemanapun skateboard yang ditumpangi wanita itu pergi.

"Percaya sama arka musyrik" ujar ana polos dengan mata yang masih tertutup.

"Ckkk.. bego lo ga ilang-ilang heran" arka menyentil kening ana pelan.

MAGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang