#9 Arkana

3.7K 345 11
                                    

●ARKANA●

Arka mengatur nafas terengah-engah sembari menyampirkan tas hitamnya di punggung. Semua lokasi sudah arka susuri. Perpustakaan, rooftop, bahkan tempat favorit ana yaitu kantin. Wanita blonde itu tetap tidak terlihat di sudut manapun.

Spot terakhir yang belum arka kunjungi adalah belakang sekolah, disana ada taman cukup luas jarang sekali di jamah. Dengan sisa tenaga arka kembali berlari ke tengah lapangan upacara untuk sampai ke taman. Mata elangnya menangkap sosok wanita sedang duduk di atas pohon. Sendirian. Dari radius 20 meter saja arka tau siapa wanita itu.

"ANA!!"

Karena merasa terpanggil, ana menolehkan kepalanya "ARKA!!!" Ana melambaikan tangan senang.

Arka berlari menghampiri ana, mengabaikan rasa sakit dari kakinya. Otak arka sudah menyiapkan banyak sekali kata umpatan untuk ana.

Baru saja arka ingin membuka mulut, wanita blonde dengan jepit merah muda itu sudah berbicara duluan.

"Arka disinii indah bangetttttttt" ana tersenyum senang, menggoyangkan kaki yang mengantung sembari menatap pemandangan dari atas pohon. Hembusan angin menyapu wajah cantik ana, rambut blonde alami seakan terbang seirama dengan lambaian daun.

Arka menatap ana hangat, dia tidak mempedulikan ucapan ana tadi "Percuma gue khawatarin lo" arka bergumam pelan, terkekeh dalam hati. Bodoh sekali dirinya.

"Arka tau gak? Disini kelihatan gunung bagus bangett... warnanya hijau, terus ana juga lihat sungai di ujung sana airnya bagus, jernihhh. Ana suka" ana mengangkat tangan. Menunjuk satu persatu penglihatannya, lalu menjelaskan secara rinci.

Arka diam menatap ana dari bawah, membuat perasaan arka semula panas menjadi berdesir hangat. Gadis ceroboh itu tersenyum dan tertawa dengan hal sederhana. Mudah sekali.

"Ana juga tadi lihat ada burung disini. Tapi dia pergi, kayanya takut sama ana" ana menunduk kecewa

"Iya kali. Wajah lo nyeremin" balas arka mengejek

"IYA ANA NYEREMIN. CUMA FANS ARKA YANG MEMPESONA" ana berteriak dari atas pohon, melepaskan segala keluh kesah dalam hatinya.

"Turun" titah arka paksa

"Gak mau!!!"

"Turun atau gue jual si hank!" Arka berucap penuh peringatan.

"Ihhh iya iyaa.. ini turun!!"

Dengan hati-hati ana melangkah turun dari batang ke batang menggunakan rok cukup mini. Sedangkan di bawah sana arka berusaha untuk memutar bola mata segala arah, asal tidak melihat ana. Bisa bahaya.

Ketika batang terakhir, ana tidak sengaja menginjak batang rapuh, cukup tua hingga tidak mampu menahan beban ana. Secara refleks batang itu patah menyisakkan ana yang jatuh dari atas pohon.





Brughhhh





Suara jatuh ana terdengar jelas. Namun dia tidak merasakan sakit, mata ana melirik tepat ke mata seseorang dibawah tubuhnya.

"makasih hehe" ana cengengesan tepat di depan wajah arka. Dengan cepat ana menarik diri dari atas tubuh arka, dia takut jika ada orang melihat. Tapi arka malah mengeratkan dekapannya, melingkarkan tangan di atas tubuh ana. Membuat tubuh ana tetap pada posisi semula, menindih arka.

"Arka kenapa?" Tanya ana heran

"Hp lo mati. Gak ada charger?" Tanya arka, mengabaikan pertanyaan ana tadi. Posisi ini sangat intim, wajah arka tepat di depan wajah ana. Bahkan bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.

MAGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang