#14 Arkana

3.8K 345 36
                                    

ARKANA

"jadi untuk tombol on/off nya ini dimana ka?" tanya cantika sembari menyampirkan anak rambutnya ke depan.

Arka, yosef, dan cantika hari ini sedang melaksanakan kegiatan belajar demi mempersiapkan festival sains yang akan berlangsung 1 minggu lagi. Mereka bertiga tengah bekerja keras untuk mengharumkan nama sekolah.

"lo simpen di bawah mesinnya. Itu gue udah bikin di deket penyimpanan battrey" disisi lain arka sibuk memutar obeng untuk membuat sentuhan terakhir pada robot pembersih debu yang sedang di buat. Pembuatan mesin kali ini 70% hasil pemikiran arka, sisanya hanya membantu dalam pembuatan.

"ka.. ini rodanya udah selesai" sahut yosef di dekat papan tulis "gue pasangin sekarang aja biar besok tinggal finishing warna gimana?"

"iya boleh" jawab arka seadanya.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, namun arka masih tetap saja terus bergelut pada mesin dan angka. Walaupun arka memiliki sikap yang cuek, namun dia tidak bisa mengabaikan harapan guru dan temannya untuk memenangkan perlombaan festival kali ini.

"oke semua.. kita lanjut besok untuk pembuatan robotnya" ucap pak rudi memberikan instruksi "untuk arka.. saya mau bicara sebentar sebelum pulang"

"baik pak" ucap arka patuh.

Setelah semua alat dirapikan. Cantika dan yosef berjalan keluar gerbang, mereka telah dijemput oleh orang tua masing-masing. Tadinya, cantika ingin memaksa untuk ikut pulang bersama arka. Namun, karena ada acara keluarga yang tidak bisa ditinggalkan jadi dia urungkan.

"permisi pak.. boleh tau apa yang harus dibicarakan?" tanya arka di depan meja pak rudi. Selaku mentor dan guru dalam kegiatan festival kali ini.

"oh begini, soal transfer kelas ke unggulan kamu sudah tanda tangani?" tanya pak rudi penuh harap. Pak rudi adalah wali kelas untuk siswa unggulan.

"belum pak" arka menggelengkan kepalanya sembari menunduk.

"gini arka. Saya sebenarnya tidak paham kenapa kamu memilih di kelas buangan daripada unggulan? Kamu tau sendiri penerimaan materi di kelas unggulan lebih tinggi dari buangan. Otomatis itu akan membantu meningkatkan intelektual kamu nantinya" jelas pak rudi panjang lebar.

Sudah berbulan-bulan pak rudi menunggu arka, alias siswa kesayangannya untuk menjadi anggota kelas unggulan. Namun tak kunjung ada harapan arka menerima tawaran itu.

"maaf pak saya tidak minat untuk itu" arka berusaha menolak berulang kali kesempatan ini. Mungkin jika siswa lain yang ditawarkan, mereka tidak akan berpikir panjang untuk menerima kesempatan emas. Karena kabarnya, siswa kelas unggulan memiliki tiket sendiri menuju universitas terbaik.

"kamu yakin akan menolak lagi?" tanya pak rudi "Oke, jika kamu keberatan karena ketidakhadiran saat perekrutan kemarin tidak masalah. Saya akan mengajukan diri ke kepala sekolah untuk menjelaskan bagaimana kamu pantas disana"

"tidak bukan soal itu pak" arka menarik napas panjang sebelum melanjutkan "saya memiliki tanggung jawab lain dalam kelas yang sekarang saya tempati. Saya tidak merasa kekurangan ilmu karena saya mampu untuk belajar sendiri. Namun, jika saya gagal menjaga tanggung jawab yang sekarang berada di pundak saya. Detik itu juga saya merasa gagal"

Pak rudi berdiri dari kursinya, lalu menepuk kedua pundak arka pelan "apa tanggung jawab itu adalah ana?" Tanya pak rudi penuh selidik.

Arka membuka mulutnya tercengang. Entah mengapa rahasia yang selalu arka simpan bisa ditebak begitu saja oleh pak rudi.

Sebenarnya bukan tanpa alasan, arka bisa terus sekelas dengan ana. Kalau bukan karena arka memutar otak untuk merubah jawaban atau pura-pura sakit, mungkin dia tidak akan pernah sekelas dengan ana. Karena arka tau, ana tidak bisa mengejar kemampuannya jadi biarkan arka yang menyisihkan otaknya sedikit demi terus bersama ana.

MAGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang