AP 5

770 102 18
                                    

Kini Piyi tertidur setelah luka di lutut dan siku nya di obati. Galang sedang belajar kelompok bersama temannya diruang tengah.

"Lagi sendiri dirumah Lang?" Tanya Diaz teman sekelasnya.

"Engga. Ada sahabat gue."

"Mana?"

"Tidur di kamar."

"Cewek cowok?"

"Cewek. Kepo banget sih."

"Ih cantik ga? Kalo cantik mau gue deketin."

"Oh. Siap siap aja di bogem sama pawangnya." Jawab Galang.

"Alah paling juga bogeman gue lebih mantep."

"Dih. Ga tau aja kalo pawangnya ngamuk. Dia aja lebih takut sama pawangnya ketimbang orang tuanya."

"Serius Lo?"

"Hm." Lalu kembali melanjutkan ketikannya pada laptop.

"Jadi penasaran gue sama sahabat lo dan pawangnya."

"Jangan deh, ntar Lo nangis."

"Gue aja yang satu tahun diatas dia agak ngeri dikit sama tuh bocah." Lanjut Galang.

"Se serem itu lang?"

"Iye bawel dah. Lanjutin deh kerjaan Lo."

Diaz pun melanjutkan mencari topik untuk naskah yang akan dikumpulkan besok pada guru sejarahnya. Kelompoknya ini terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki-laki.

Saat mereka sibuk dengan bagiannya masing-masing, datang gadis cantik dan dengan manjanya duduk di pangkuan Galang membuat teman-teman Galang terkejut.

"Galang."

"Kenapa?" Galang mengelus rambut Piyi sayang.

"Ini nya masih sakit hiks." Isak nya.

"Shutt udah jangan nangis. Kan tadi Galang udah bilang jangan bandel, nanti ketahuan Ayi Piyi diomelin loh."

"Ih ga mau. Piyi takut kalo Ayi marah, pokoknya Galang jangan bilang-bilang kalo Piyi ada disini ya."

"Iya."

"Piyi masih ngantuk, Galang elusin rambut Piyi dong."

"Galang lagi belajar loh Piyi sana temen temen Galang." Sontak ucapan Galang pun membuat Piyi mengedarkan pandangannya dan mendapati tiga orang yang juga menatapnya.

"Eh maaf, Piyi kira cuma ada Galang."

"Yaudah sana balik kamar. Nanti Galang susul kalo belajarnya udah selesai."

"Ih ga mau. Piyi ga bisa tidur kalo ga di kelonin." Rajuknya.

"Yaudah sini."

Piyi mengatur posisinya menjadi tidur di pangkuan Galang, dan dengan setia Galang mengusap rambut gadis itu agar kembali tidur. Tak lama benar saja gadis itu tertidur terlihat dari nafasnya yang sudah teratur.

Hingga pukul 3 sore Galang dan temannya pun selesai mengerjakan tugas. Kini mereka mulai menyantap cemilan yang dihidangkan oleh Galang. Suara langkah kaki terdengar dari belakang tempat mereka duduk dan menoleh mendapati sosok laki-laki tampan namun datar mendekati mereka.

"Piyi disini?"

"Tuh." Galang menunjuk ke sofa tempat biasa Piyi jika dirumahnya.

"Ini kenapa hah!" Geram Ayi ketika melihat luka di lutut dan siku gadis kesayangannya.

"Dia bandel minta di ajarin main sepeda dan akhirnya jatuh karena menghindar dari anak kecil yang lari ke arah dia." Jelas Galang tentu saja membuat Ayi geram.

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang