AP 22

660 93 17
                                    

Sudah sebulan lebih Nathan disana. Dan setiap Ayi dan Piyi berdua pasti ia akan menganggu mereka, lebih tepatnya menjahili Ayi. Dia memang sangat senang melihat ekspresi Ayi ketika marah. Seperti kali ini Ayi dan Piyi sedang berada di kamar menonton film favorit mereka, lalu tanpa izin Nathan duduk di tengah-tengah mereka tentu saja itu membuat Ayi kesal bukan main.

"Ck Lo ngapain si Nat?" Dengus Ayi.

"Ye pake nanya lagi. Ya mau ikutan nonton lah." Jawab Nathan santai.

"Tapi bisa kan ga usah pake nyempil gini. Lo ganggu gue berduaan sama Piyi tau ga!" Gertak Ayi.

"Aduh adik ku sayang. Gini ya, cewek sama cowok itu ga boleh berdua nanti yang ketiganya setan loh." Ujar Nathan.

"Iye Lo setannya." Ketus Ayi membuat Nathan membulatkan matanya.

"Sialan Lo bocil."

"Bodo amat. Sono ah pindah." Ayi mendorong Nathan menjauh dari Piyi, lalu menarik Piyi untuk duduk di pangkuannya.

"Eh turun Piyi nya."

"Apaan sih ribet banget lo." Decak Ayi.

"Aduh jangan pada berantem dong, Piyi kan jadi pusing." Rengek gadis itu.

"Maaf sayang, abis ini setan ganggu kita sih." Jawab Ayi mengusap pipi Piyi.

"Eh l-."

"Shutt! Udah jangan berisik bang Nat, Piyi tuh lagi nonton."

"Ngeh ndoro."

Nathan pun diam lalu mulai menikmati alur cerita dari film tersebut. Piyi asik bersandar pada Ayi yang setia mengusap lembut rambut serta lengannya.

***

Hari libur ini sudah mereka rencanakan untuk berlibur ke Yogyakarta. Mereka memilih untuk naik kereta daripada pesawat. Kini Piyi sedang sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Nanti disana jangan bandel ya, kasian nanti Ayi." Ujar Ully.

"Bunda mah, Piyi kan ga bandel." Rajuk nya.

"Iya ga bandel tapi manja." Sahut Rizal.

"Aaaa ayah."

"Bercanda sayang. Udah abisin sarapannya, bentar lagi Ayi jemput." Ujar Rizal.

"Siap ayah."

Benar saja tak lama Ayi pun datang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Udah sarapan yi?" Tanya Ully.

"Udah Bun. Piyi udah selesai? Barang yang mau dibawa mana? Biar Ayi bawain."

"Udah. Ada di ruang tamu."

"Yaudah berangkat yuk. Ayah bunda kita berangkat ya."

"Hati-hati ya sayang. Ayah sama bunda titip Piyi ya Ayi."

"Siap ayah. Tenang aja Piyi aman sama Ayi."

Mereka pun keluar, disana mobil Syarief berada. Galang dan Nathan sudah menunggu didalam. Ayi dan Piyi pun masuk, duduk di kursi tengah.

"Pagi papi." Sapa Piyi. Mereka diantar Syarief ke stasiun dan ketemuan disana dengan Rio dan Puti.

"Pagi sayang, duh cantik banget pacar papi." Goda Syarief, Ayi yang mendengar pun berdecak.

"Papi, Piyi itu milik Ayi bukan pacar papi." Protes Ayi.

"Ya Allah Ayi, posesif banget si lo." Celetuk Galang.

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang