AP 15

669 91 10
                                    

Dengan perlahan matanya yang indah itu mengerjap, kelopak matanya perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Piyi mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang tadi menenangkannya, tapi matanya belum juga menemukan orang itu. Suara pintu terbuka membuat atensinya ke arah sana, disana Galang membawa nampan berisi makanan.

"Alhamdulillah akhirnya Piyi sadar juga." Ujar Galang dengan cepat menaruh nampan itu di atas nakas.

"Baru aja. Piyi laper." Rengek nya.

"Iya, Galang suapin ya aaa buka mulutnya pesawat mau datang." Galang menirukan gerakan tangannya seperti pesawat terbang. Tentu saja membuat Piyi tertawa kecil.

"Ih Galang, emang Piyi anak kecil apa?"

"Bercanda, dah aaa nih."

Suap demi suap Piyi menerima suapan Galang, hingga kini suapan terakhir. Piyi menepuk tangannya senang, Galang yang gemas pun mencium kening Piyi. Sahabat yang dia sayangi seperti adiknya sendiri. Mereka berdua memang anak tunggal wajar saling melengkapi berbeda dengan Ayi yang memiliki kakak.

"Galang nonton yuk. Piyi mau nonton film the mist."

"Film apa series?"

"Series, ada sembilan episode. Ayo Lang nonton, Piyi penasaran banget."

"Iya iya. Ini Galang cari dulu ya."

"Yeayy makasih Galang, Piyi sayang banget sama Galang." Piyi memeluknya erat dan mencium pipinya.

"Galang juga sayang banget sama Piyi. Jangan ngerasa sendiri ya, karena Galang selalu ada buat Piyi." Galang mengecup puncak kepala Piyi.

Setelah menemukannya Galang menyetelnya, sebelum menekan tombol play, Galang mengambil cemilan yang ada di dalam nakasnya. Snack kesukaan Piyi dan Galang. Keduanya menikmati sambil terus serius menontonnya hingga mereka ketiduran ditengah film.

***

Semenjak pulang dari sekolah Ayi tak keluar kamar. Resi merasa kasihan dengan putra yang terlihat begitu tertekan, mendapat pilihan yang sulit untuk ditentukan. Saat ini Resi sedang membujuk Ayi untuk makan malam.

"Ayi, sayang makan dulu yuk. Kamu belum makan loh tadi sore." Resi terus mengetuk pintu didepannya.

"Ga mau, Ayi mau Piyi." Balas Ayi teriak dari dalam.

"Sayang. Jangan gini dong, yuk makan dulu. Nanti kamu kan bisa ke rumah Piyi pas Piyi udah tidur." Terdengar dari dalam suara grasak-grusuk yang sepertinya Ayi berlari menuju pintu dan benar saja tak lama pintu terbuka.

"Aaa mami makasih idenya." Ayi dengan erat memeluk Resi serta memberi kecupan bertubi-tubi pada pipi maminya itu.

"Iya sayang. Yuk makan, Kaia udah nunggu tuh."

Keduanya turun dan benar saja sudah ada Kaia yang menunggu mereka dengan memainkan ponselnya. Menyadari Ayi dan Resi datang kembali meletakkan ponselnya di sebelah piringnya.

"Lama banget sih lo Yi."

"Bawel."

"Udah ga baik ribut didepan makanan."

Mereka pun menikmati masakan Resi yang hari ini memasak ayam teriyaki dan telur dadar. Selesai makan Ayi kembali ke kamar sebelum nanti tengah malam menyusup ke kamar gadisnya. Sebelum berangkat Ayi menyiapkan ponselnya untuk memasang alarm, ia berniat nginap dan akan kembali ke rumah jam 4 pagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.50 dan Ayi pun berangkat menuju rumah Piyi, membuka pintu utama rumah keluarga Piyi. Di ruang tengah terlihat gelap, Ayi berjalan mengendap-endap menaiki tangga. Ketika berada di depan kamar Piyi, melihat kanan-kiri untuk memastikan jika tak ada yang melihatnya. Dengan perlahan membuka pintu dan melihat ke arah ranjang yang ternyata kosong.

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang