AP 32

727 106 31
                                    

Rizal memakirkan mobilnya di garasi, Piyi langsung turun dan berlari menuju kamarnya. Rizal menghela nafas melihat tingkah Piyi yang belum menerima kepindahan mereka ke Rusia. Setelah menenangkan dirinya, Rizal keluar dari mobil dan memasuki rumah. Ketika melihat Ully di ruang tengah langsung mengajaknya ke kamar.

"Kenapa yah?" Tanya Ully ketika mereka sampai di kamar.

"Syarief mengirim email, dia bilang Ayi kambuh seperti dulu pas kita pindah ke Bandung."

"Ayah ga bercanda kan?" Ully sangat shock mendengarnya.

"Bunda baca ini." Rizal menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan isi email Syarief.

"Terus apa keputusan ayah?"

"Ayah masih bingung Bun. Makanya ayah cerita ke Bunda, mungkin bunda bisa bantu ayah buat ambil keputusan yang tepat." Ujar Rizal.

"Menurut bunda, kalo Syarief izinkan Ayi untuk sementara menyusul Piyi ke sini sampe dia bener-bener terima kalo Piyi disini juga karena keputusan ayah." Saran Ully.

"Ayah belum tau ya, kalo beberapa bulan terakhir mereka saling menjauh karena orang yang tidak suka sama mereka."

"Maksudnya?"

"Ayi menjauh beberapa bulan lalu karena suka sama orang yang berniat jahat sama mereka."

"Jadi ini salah satu alasan Ayi kaya dulu lagi."

"Mungkin yah."

"Yaudah ayah mau balas email Syarief dulu."

"Iya. Bunda ke bawah ya siapin makanan dulu buat nanti."

"Iya bunda."

Rizal pun membalas email dari Syarief mengatakan saran dari Ully istrinya.

***

Syarief yang berada di kamar sedang mengecek beberapa berkas penting dan beberapa jadwal meeting di laptop miliknya, ditemani Resi yang sibuk menyuapi suaminya itu.

"Akhirnya mi, Rizal balas email papi." Pekik Syarief.

"Mana Pi?" Resi mendekat kearah layar laptop suaminya.

"Yaudah, besok kita antar Ayi ke Rusia."

"Nanti Ayi sendiri? Kan Galang sama Nathan ga bisa temenin karena sudah kelas dua belas."

"Kita yang antar, besoknya baru balik Indonesia."

"Yaudah. Besok pagi mami ke Ayi buat kasih tau dia."

"Iya. Mami tolong rapihin barang barang yang diperlukan untuk Ayi nanti."

"Iya. ini papi lanjutin sendiri."

"Iya sayang."

Resi beranjak ke kamar putranya untuk menyiapkan keperluan Ayi selama di Rusia nanti.

Paginya setelah menyiapkan sarapan untuk semuanya, segera menuju Ayi yang masih berada di kamar Piyi. Kaia yang sudah tau rencana kedua orangtuanya pun menyetujui karena ia juga tak tega melihat keadaan adik satu-satunya. Resi melihat Galang dan Nathan yang berusaha membujuk Ayi untuk ke sekolah.

"Ayi cepet bangun, kita ke sekolah." Galang menarik pelan tangan Ayi agar cowok itu bangun dari kasur.

"Engga mau. Ayi ga mau sekolah, Ayi mau nunggu Piyi pulang." Sentak Ayi melepaskan tangannya dari genggaman Galang.

"Sayang." Panggil Resi membuat mereka menoleh.

"Siap-siap sana, abis ini kita berangkat nyusul Piyi." Sontak saja ucapan Resi membuat Ayi berlari menuju kamar mandi.

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang