AP 26

630 101 68
                                    

Ully memasuki kamar putrinya untuk membangunkan karena sudah pagi. Melihat putrinya masih tertidur pulas dan yang membuatnya bingung di dalam dekapan putrinya terdapat figura foto Ayi lalu meletakkan ke nakas.

"Apa kalian berantem?" Gumam Ully.

"Bunda harap kalian sama-sama terus ya. Bunda tau kalian saling mencintai tapi terhalang sama status persahabatan kalian. Bunda cuma bisa berdoa agar kalian jodoh." Ully mengusap rambut Piyi.

"Sayang bangun. Udah pagi nih, nanti telat loh."

"Iya Bun." Piyi membuka matanya perlahan dan bersandar di kepala ranjang.

"Bunda turun ya. Jangan lama."

"Iya."

Piyi pun memasuki kamar mandi membersihkan tubuhnya. Selesai mandi dan berpakaian, Piyi pun turun ke ruang makan. Disana hanya ada Ully.

"Pagi bun. Ayah mana?"

"Ayah kamu udah berangkat, ada meeting dia."

"Oh gitu." Piyi pun menikmati masakan Ully. Selesai makan, ia pun pamit.

"Bunda Piyi berangkat, eh tapi mau ke bang Nat dulu."

"Iya sayang. Hati-hati."

Piyi berlari ke samping rumahnya, pintu terbuka lebar ia berlari menuju ruang makan keluarga Syarief.

"Pagi papi, mami, Kaia, bang Nat." Sapa Piyi tanpa menyebut nama Ayi yang juga berada disana.

"Pagi sayang, sini. Udah sarapan belum?" Ujar Syarief lalu memangku Piyi.

"Udah pi." Piyi memamerkan senyum manisnya.

"Uhh gemes banget papi." Syarief mencium pipi gadis itu.

"Hihihi sayang papi." Balas Piyi lalu mengalungkan tangannya ke leher Syarief.

"Sayang papi aja nih?" Goda Resi.

"Sayang mami juga. Sayang Kaia, sama sayang banget bang Nat." Jawabnya.

"Uuhh manis adek Kaia."

"Hehehe."

Ayi menatap Piyi sendu. Entahlah hati terasa sepi ketika gadis itu jauh darinya. Apa lagi Piyi seperti tak menganggap nya ada.

"Bang Nat, ayo berangkat nanti Piyi telat." Rajuk nya.

"Kenapa sih buru-buru?" Tanya Nathan.

"Ada sesuatu yang belum Piyi kerjain."

"Belum ngerjain tugas Bu Rani?" Tanya Ayi dan Piyi tak menjawabnya malah semakin merengek pada Nathan.

"Aaa bang Nat ayo, semalem Piyi ngantuk banget nih jadi ga sempet ngerjain."

"Iya bentar. Yok." Nathan mencangklong tasnya lalu keduanya pun pamit.

Ayi yang melihatnya mencoba biasa saja karena pikirin kembali tertuju pada Nara.

"Ayi berangkat."

Ayi pun mengambil motornya. Memang setelah dirinya baru memasuki kelas 11 Syarief memberikannya motor. (Oh iya btw mereka udah naik kelas ya, ini agak aku percepat).

***

Piyi yang sudah sampai kelas pun langsung meminta bantuan pada Puti.

"Puti."

"Eh Piyi baru sampe?"

"Iya. Hm Piyi boleh liat tugas dari Bu Rani ga? Semalem Piyi ngantuk jadi sempet ngerjain."

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang