AP 37

772 102 20
                                    

Hari ini mereka akan kembali ke tanah kelahirannya. Ayi dan Piyi sudah rapi dengan pakaian mereka yang terlihat serasi. Kini Ayi sedang membantu Rizal membawakan koper mereka ke dalam bagasi mobil. Piyi dan Ully sedang menyiapkan sarapan. Rizal dan Ayi yang sudah selesai pun menuju ruang makan. Piyi dan Ully juga sudah selesai menata masakannya.

"Ayo sarapan dulu, Abis itu kita berangkat." Ujar Rizal.

"Siap ayah."

Mereka pun menikmati makanan khas Rusia yang Ully buat sebelum meninggalkan Rusia. Selesai sarapan mereka pun berangkat menuju bandara di antar oleh supir pribadi Rizal dan orang kepercayaannya untuk menjaga rumahnya yang di Rusia. Cukup lama menempuh perjalanan mereka pun sampai di bandara. Supir itu membantu menurunkan koper. Rizal dan Ayi langsung mengambil alih.

"Terimakasih Pak. Saya titip rumah ya." Ujar Rizal.

"Sama sama Tuan. Siap Tuan."

Mereka mulai melangkah memasuki gate. Ayi sedari tadi tidak melepaskan genggaman tangannya pada Piyi. Rizal dan Ully tersenyum melihat tingkah keduanya. Kini waktunya mereka memasuki pesawat karena sebentar lagi akan lepas landas. Piyi duduk di dekat jendela dan Ayi disampingnya.

"Bagus ya yi awannya." Ujar Piyi ketika pesawat sudah terbang.

"Iya. Tapi ada yang lebih bagus mau tau ga?"

"Apa?"

"Kamu." Ayi tersenyum manis melihat pipi Piyi yang merona merah.

"Cie malu." Goda Ayi.

"Ih Ayi jangan gituin." Rajuk Piyi.

"Eh iya enggak." Ayi membawa Piyi ke dalam pelukannya dan mengusap rambut Piyi.

"Ayi cinta banget sama Piyi." Bisik Ayi.

"Piyi juga cinta sama Ayi." Balas Piyi.

***

Galang sedang berada di cafe untuk membantu para karyawannya yang begitu kewalahan karena ramainya pengunjung yang datang. Sedangkan Nathan sedang pergi belanja kebutuhan untuk cafe mereka. Galang membantu Ferdi menjadi barista. Dan pengunjung makin ramai untuk melihat ketampanan Galang. bunyi bel masuk menandakan pintu cafe dibuka membuat Galang mengalihkan pandangannya disana ia melihat seorang wanita yang dicintainya dalam diam, ia adalah Thea. Teman semasa SMA dulu. Thea berjalan ke kasir untuk memesan.

"Selamat datang di NaGa Cafe. Mau pesan apa kak?" Ujar sang kasir.

"Pesan moccalatte satu sama brownies nya satu ya."

"Take away atau Dine in kak?"

"Dine in ya."

"Baik kak. Atas nama siapa?"

"Thea."

"Oke kak. Totalnya jadi empat puluh ribu kak. Pembayaran cash atau debit kak?"

"Cash. Ini mbak." Thea memberikan selembar uang berwarna biru.

"Makasih kak. Ini kembaliannya, pesanan akan diantar ya kak."

"Makasih." Thea pun duduk di kursi pojok dekat jendela. Galang yang melihat itu langsung mendekati Thea.

"Hai." Ujar Galang membuat Thea menoleh.

"Loh. Hai Lang. Duduk Lang." Galang mengambil duduk di depan Thea.

"Kamu kesini juga?" Tanya Galang.

"Cafe ini punya aku sama Nathan."

"Wah, bisa kali sekali kali aku di traktir."

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang