AP 14

623 94 17
                                    

Tepat pukul 3 dini hari Ayi bangun dan meninggalkan kamar Piyi, Dia terpaksa melakukan ini semua untuk melindungi gadisnya. Menghempaskan tubuhnya di ranjang menatap langit-langit kamarnya.

"Maafin aku Piyi, aku terpaksa." Lirih nya. Lalu kembali terlelap sebelum paginya berangkat sekolah tanpa ketenangan.

Pukul setengah enam Resi memasuki kamar putranya, terlihat disana tertidur pulas. Dengan lembut mengusap rambutnya agar terbangun.

"Ayi bangun. Sholat subuh dulu abis itu mandi."

"Iya mi."

Ayi membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk. Lalu memeluk Resi erat.

"Kenapa hm?" Resi mengusap rambut Ayi.

"Mi Ayi salah ga?" Dan Ayi pun menceritakan semuanya pada Resi tentu saja Resi terkejut lalu mengusap lembut rambut Ayi.

"Ayi ga salah lindungi Piyi cuma caranya aja yang salah."

"Tapi ga ada cara lain mi."

"Yaudah, sekarang mau gimana?"

"Ayi bakal lakuin itu walaupun terpaksa, dan Ayi juga ga akan diem buat ngebongkar rahasia cewek gila itu mi."

"Oke. Mami do'ain semoga berhasil rencana kamu, dan kembali sama Piyi ya." Resi mengecup puncak kepala Ayi.

"Nah sekarang kamu wudhu terus sholat."

"Iya mi."

"Mami ke bawah ya, siapin sarapan."

"Oke mi."

***

Sedari tadi Piyi menunggu Ayi yang tak kunjung menjemputnya, hingga rasanya tak sabar karena terlalu lama Piyi pun menuju rumah Ayi.

"Assalamualaikum mamci." Piyi menyalami Resi yang sedang menyiram bunga.

"Waalaikumsalam sayang."

"Mamci Ayi belum selesai sarapan?"

"Eh Ayi udah berangkat duluan sayang, katanya ada perlu emang ga bilang ke kamu?" Dengan terpaksa Resi berbohong.

"Ih kok Ayi ga bilang Piyi sih, udah gitu udah berangkat." Piyi mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah deh mi, Piyi mau ke Galang aja. Kaya belum berangkat."

"Iya hati-hati ya sayang." Resi mengecup puncak kepala Piyi.

Dengan menghentakkan kakinya lucu Piyi berdiri di depan Galang yang menatapnya bingung.

"Loh Piyi? Kok kesini sendiri Ayi mana?"

"Ayi udah berangkat duluan kata mamci ada perlu. Huaaa Galang Piyi kesel sama Ayi." Rajuk nya bergelayut di lengan Galang.

"Udah ya ga usah ngambek. Sekarang berangkat nanti telat." Galang mengusap rambut Piyi.

"Oke." Piyi pun naik di boncengan Galang.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup keduanya pun tiba di sekolah. Galang menaruh sepedanya di tempat khusus. Saat keduanya berjalan menuju kelas, keduanya di hebohkan dengan beredarnya gosip Ayi dan Angel yang berpacaran.

"Galang hiks." Lirih Piyi. Dengan cepat Galang memeluk gadis itu erat.

"Ga usah di dengerin ya. Ga mungkin kan Ayi jadian sama cewek gila itu." Ujar Galang menenangkan Piyi.

"Hiks tapi mereka bilang Ayi udah jadian. Ayi jahat sama hiks Piyi."

"Shutt udah ya, sekarang Galang antar ke kelas."

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang