AP 18

616 95 15
                                    

Hari ini setelah pulang sekolah mereka kembali berkumpul di rumah Ayi. Rio dan Puti ikut serta, Galang dan Piyi sudah menceritakannya pada mereka. Awalnya mereka tetep marah pada Ayi, tapi karena bujukan dari Piyi mereka pun memaafkan Ayi. Dan kini mereka sudah berada di kamar Ayi, di karpet bermotif barca. Posisi mereka membentuk lingkaran ditengahnya terdapat cemilan untuk mereka yang disiapkan oleh Resi.

"Jadi gimana Lang?" Tanya Ayi.

"Nih lo pada dengerin ya." Galang pun memutar rekaman tersebut.

"Gimana jadinya?"

"Tuan Syarief sedang rapat bersama kliennya di resto xxx."

"Bagus. Jika sudah selesai tabrak mobil yang digunakan oleh si tua bangka."

"Baik bos akan saya laksanakan."

"Hahaha bagus, setelah itu gue akan rebut semuanya."

Mereka semua geram mendengar rencana Angel terutama Ayi, tapi yang lebih penting keselamatan sang papi. Ayi pun langsung menghubungi Syarief, beberapa kali panggilan tak di angkat, dan saat panggilan ke 8 Syarief pun mengangkatnya.

"Halo Pi."

"Halo Yi. Kenapa sayang?"

"Papi dimana? Papi baik-baik aja kan?"

"Papi dirumah sakit. Tapi gapapa kok cuma luka kecil." Jawaban dari Syarief membuat Ayi murka, dia berjanji besok akan menyelesaikan semuanya.

"Papi pulang jam berapa? Ayi jemput ya?"

"Ini papi mau pulang. Ga usah di jemput ya, lagian kamu jemput papi pake apa? Mobil aja ga punya hahaha." Goda Syarief.

"Ya papi kan belum izinin Ayi bawa mobil jadinya belum papi beliin."

"Yaudah papi tutup ya, ini udah mau jalan pulang kok."

"Yaudah. Papi hati-hati ya."

"Iya sayang."

Tuut

Sambungan terputus, Ayi menyadarkan kepalanya pada kepala Piyi dan Piyi langsung mengusap rambut Ayi.

"Besok gini aja Yi, lo turutin semua perkataan Angel tanpa bantahan. Nanti kita ikutin kalian dari belakang." Ujar Galang.

"Oke setuju." Lirih Ayi.

"Gue ga habis pikir ya sama jalan otaknya sih iblis, dia mau apa coba dari om Syarief?" Tanya Rio.

"Harta lah Yo. Tau sendiri perusahaan om Syarief sukses banget yang otomatis kalo om Syarief ga ada pasti Naren yang pegang perusahaan." Jelas Puti diangguki oleh Galang.

"Bener tuh. Pasti dia mikirnya mau kuasain hartanya Ayi pas nanti mereka nikah." Lanjut Galang.

"Gila ya masih SMA mikirnya udah jauh gitu, plus gila sih." Sahut Rio.

Galang, Piyi dan Rio asik berbincang mengenai masalah ini, berbeda dengan Ayi dan Piyi yang sudah berpindah ke ranjang. Ayi memeluk Piyi erat menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Piyi.

"Ayi takut papi kenapa-napa piy."

"Kan tadi papi bilang, papi ga kenapa-napa jadi Ayi harus percaya itu ya."

"Tetep aja Ayi khawatir."

"Iya Piyi ngerti kok. Piyi juga khawatir sama papi."

"Ayi tidur aja nanti kalo papi udah pulang Piyi bangunin." Piyi mengusap lembut rambut serta pipi Ayi bergantian.

AYI PIYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang