Part 3

1.5K 207 38
                                    


Chastisement







"Thomas..."

Thomas Sangster membuka matanya. Dia melihat wajah manis Lea menatapnya dengan senyuman hangat. Jemari gadis itu memainkan rambut Thomas yang tertidur di pangkuannya. Semilir angin memainkan rambut hitam Lea yang panjang menjuntai hingga menggelitiki pipi Thomas Sangster. Dari sudut matanya, Thomas bisa melihat bayang-bayang pohon Glade menari diterpa angin.

"Lea?" Thomas menatap Lea dengan ekspresi tidak percaya. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat gadis itu, tiba-tiba saja dia melihatnya tepat di depan matanya sendiri.

Apa dia sedang bermimpi? Jika iya, apa sedalam itu dia merindukan gadis itu hingga terbawa ke alam mimpinya?

Lea tersenyum semakin manis. Thomas yang melihatnya menjadi terpana.

"Bagaimana jika salah satu dari kita kehabisan waktu?" Lea tiba-tiba bertanya. Wajahnya berubah sayu. "Bagaimana kita bisa hidup jika salah satu dari kita ada yang mati?"

Thomas mengernyit. "Lea, apa yang kau katakan?"

"Kau pernah bilang, ada dua kemungkinan. Satu, salah satu diantara kita juga akan mati karena kehabisan waktu. Atau dua, waktu di tangan kita ikut berhenti."

"Lea, kenapa kau berbicara begitu?"

Lea kembali tersenyum manis. Gadis itu perlahan memajukan wajahnya dan mencium bibir Thomas pelan. Thomas yang tidak siap akan hal itu tentu saja terbelalak kaget.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati, Thomas."

***

Lea terbangun saat mendengar suara yang sangat berisik. Gadis itu perlahan membuka matanya dan melihat atap putih yang sangat familiar baginya. Tubuhnya terasa sangat ringan dan nyaman. Perlahan dia menegakkan tubuhnya dan terkejut saat mendapati dirinya telah berada di kamarnya sendiri. Kamar yang selama ini ditinggalkannya sejak dia masuk ke dunia Maze Runner.

Suara alarm kembali mengejutkannya. Rupanya suara itulah yang telah membangunkan Lea. Lea mematikan alarm itu dengan ragu. Dalam hati dia bertanya-tanya mengapa dia bisa berada di sini.

Bukankah aku tadi masih berada di markas Wicked? Apa yang terjadi? Apa aku benar-benar sudah kembali?

Lea perlahan turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu. Gadis itu berniat pergi dari sana. Berada di kamar ini membuat dadanya sesak oleh kenangan masa lalunya yang buruk.

Lea berjalan pelan menuruni tangga sambil bertelanjang kaki. Gadis itu menatap sekeliling rumahnya, masih dengan tidak percaya. Mau dilihat berapa kali pun, rumah itu benar-benar rumahnya.

Lea menyusuri lantai keramik yang dingin. Suasananya terasa begitu sepi. Seolah tidak ada satu pun orang di sana. Biasanya gadis itu senang jika tidak ada orang di rumah. Namun entah kenapa kali ini atmosfir rumahnya terlihat berbeda dan itu membuat Lea agak merinding.

Tiba-tiba dia mendengar suara dari arah ruang keluarga. Lea berjalan ke sana dengan ragu. Gadis itu mengintip dan melihat sosok ayahnya berdiri di depan jendela sambil membelakanginya.

"A-Ayah...?"

Lelaki yang diyakini Lea sebagai sosok ayahnya itu menoleh. Lea merasakan ketakutan menyergapnya begitu dia bersitatap dengan mata ayahnya. Entah kenapa dia kini merasa de javu.

Ketakutan yang selama ini disembunyikannya perlahan muncul ke permukaan. Tanpa sadar gadis itu melangkah mundur. "Ayah..."

Tiba-tiba saja ayahnya berlari menubruk Lea. Tubuhnya yang berat menindih tubuh Lea yang kecil. Sorot mata pria paruh baya itu terlihat dipenuhi amarah dan dendam saat melihat Lea. Berkali-kali dia menampar dan memukuli Lea dengan membabi buta.

BOND |Book 2: Indestructible| (Scorch Trials Fanfiction) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang