Call Your NameLea terbangun di sebuah padang bunga yang luas. Sepanjang matanya memandang, hanya ada bunga-bunga beraneka warna dan hamparan langit biru yang lembut. Di mata Lea, tempat itu terlihat begitu indah dan cemerlang. Bahkan bisa dibilang, tempat paling indah yang pernah Lea lihat.
Lea merasakan tubuhnya terasa sangat ringan bagaikan bulu. Semua kesakitan yang pernah dirasakannya menghilang entah kemana. Hatinya begitu damai. Hingga Lea bisa merasakan ketenangan yang sesungguhnya.
"Lea."
Lea menoleh. Dia melihat sosok Ares berdiri di belakangnya. Pemuda itu tersenyum padanya dengan senyuman yang sangat hangat.
"Ares...?" Lea menutup mulutnya. Dia seakan tidak mempercayai apa yang dilihatnya sekarang. "Apa ini sungguh-sungguh kau?"
Ares tertawa kecil. Tawa yang begitu dirindukan Lea. Pemuda itu merentangkan tangannya lebar-lebar, seolah menanti Lea memeluknya. "Aku kangen, Lea."
Lea merasakan air matanya berdesakan keluar. Gadis itu segera menyambut Ares dan memeluk pemuda itu erat-erat. Rasa rindunya pada sosok Ares membuat hatinya serasa ingin meledak. Hingga tanpa sadar, Lea menangis dalam dekapan pemuda yang sangat dicintainya itu.
"Hei, kenapa kau menangis?" Ares buru-buru melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Lea yang membanjir.
"Kau jahat sekali. Kau meninggalkanku sendiri..." Lea terisak kecil. "Aku kan, kangen padamu..."
Ares tersenyum lembut. Dia lantas mengecup pipi Lea penuh sayang. "Sekarang kau sudah bertemu denganku. Kau tidak akan sendirian lagi."
***
"She's dead..."
Teresa menatap Thomas dan teman-temannya dengan ekspresi yang sangat syok. Thomas dan lainnya tentu sangat terkejut mendengar ucapan Teresa barusan. Mereka seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan gadis itu.
"No! You're wrong! She's not dead!" Newt menggeleng ribut. Dia tidak bisa menerima kenyataan itu.
"Teresa?" Thomas yang masih tidak percaya menatap Teresa dengan tatapan meminta penjelasan. Namun gadis itu hanya bisa menunduk dan menggeleng lemah.
Semua orang terdiam melihat gelengan Teresa. Seketika, suasana menjadi berkabung. Semua orang di sana memperhatikan bagaimana kehilangannya Newt atas kematian Lea. Pemuda itu memeluk Lea erat-erat dan menangis histeris seolah tidak bisa menerima kenyataan itu.
"No, Lea... jangan tinggalkan aku... I'm sorry, i'm so sorry..." Newt memeluk Lea erat. Air matanya jatuh membanjir. "Come back to me, please!!"
Rasa bersalah dan penyesalan terkumpul di dada Thomas Sangster. Jika saja dia sedikit lebih cepat. Jika saja dia segera mencari Lea begitu dia tahu gadis itu menghilang. Jika saja dia tidak meninggalkan gadis itu di ruang kesehatan, semua ini pasti tidak akan terjadi.
"Please, come back to me... Lea!!" Thomas Sangster masih berusaha membangunkan Lea. Namun semuanya telah terlambat. Gadis itu telah pergi. Dan Thomas Sangster tidak akan pernah bisa menggapainya lagi. "Aaarrrgghh!!!"
"Selamat, Thomas. Kaulah pemenangnya."
Tiba-tiba saja Edwick muncul di hadapan Thomas Sangster. Thomas mengangkat kepalanya yang semua tertunduk. Dia kini telah berada dalam sebuah ruangan putih. Tempat di mana hanya dia dan Edwick yang ada di sana.
Edwick tersenyum kecil. "Kau berhasil, Thomas. Bukankah kau harusnya senang?"
Thomas mengepalkan tangannya erat. Amarahnya yang dirasakannya karena kehilangan Lea seketika memuncak begitu melihat sosok Edwick. "Bajingan kau!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BOND |Book 2: Indestructible| (Scorch Trials Fanfiction) [END]
FanfictionPetualangan Lea dan Thomas Sangster memasuki babak baru. Bersama-sama, mereka harus berjuang menghadapi Scorch yang kejam dan mematikan demi kembali ke dunia asli mereka. Maze Runner Trilogy x In Time All characters of Maze Runner belongs to James D...