Part 2

1.5K 220 60
                                    


Lost






Ruangan makan terlihat dipenuhi banyak sekali Gladers-Gladers yang selamat dari labirin lain. Semua yang pernah diselamatkan Janson dari labirin Wicked tumpah ruah di sana. Mereka membaur dan terlihat menikmati acara makan bersama itu. Mungkin karena mereka berpikir mereka adalah rekan senasib, mereka jadi cepat akrab satu sama lain.

Newt duduk di sebuah meja panjang bersama Minho, Winston, dan Frypan. Mereka tengah berbincang dengan anak-anak lelaki yang diselamatkan dari labirin lain. Mereka bercerita tentang bagaimana mereka sampai di tempat ini. Namun sejak tadi, Newt tidak bisa fokus mendengarkan mereka bercerita.

Newt terus memperhatikan sekelilingnya dengan gelisah. Semenjak dia dipaksa meninggalkan ruang kesehatan, dia tidak lagi melihat sosok Lea. Newt awalnya bersikeras akan menunggu gadis itu selesai. Namun sekelompok tentara keburu menyeretnya menjauhi ruang kesehatan. Akhirnya dia terpaksa pergi karena para tentara itu terlihat mulai mencurigainya. Newt baru berhenti menatap sekeliling begitu Minho membawa Thomas untuk ikut bergabung bersamanya di meja makan.

Dean, anak lelaki berkulit gelap yang tengah berbicara dengan mereka itu terlihat tidak peduli dengan kedatangan Thomas. Dia terus bercerita dengan wajah serius. "...Lalu ada ledakan besar dan orang-orang ini datang entah dari mana. Mereka mulai menembak sembarangan."

"Dengan kejam." Sambung Gilbert, teman satu labirin Dean yang lain.

"Mereka membebaskan kami dari labirin dan membawa kami ke sini."

"Bagaimana dengan yang lain?" Newt menyela ucapan Dean. Dia tiba-tiba teringat pada Gally. "Orang lain yang tertinggal di labirin, apa yang terjadi pada mereka?"

Dean mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Kurasa Wicked masih menahan mereka."

"Sudah berapa lama kalian di sini?"

"Belum lama. Baru satu atau dua hari." Dean menunjuk seorang anak lelaki yang terlihat makan sendirian di meja paling pojok. "Anak yang di sana, dia yang paling lama di sini. Hampir seminggu."

Thomas dan teman-temannya mengikuti arah telunjuk Dean dan memperhatikan anak itu. Anak lelaki yang memakai hoodie abu-abu itu terlihat begitu kurus dan pucat. Dia sama sekali tidak menyentuh makanannya dan hanya menatapnya dengan pandangan kosong.

"Di labirinnya hanya ada perempuan." Tambah Gilbert.

Minho langsung menatap Gilbert dengan tatapan iri. "Sungguh?"

Dean yang melihat ekspresi Minho hanya tersenyum kecil. "Beberapa pria memang beruntung."

"Good evening, gentleman... ladies..." Janson tiba-tiba masuk ke ruang makan bersama dua bawahannya. Seketika semua perhatian orang-orang tertuju pada Janson. Lelaki itu terlihat menyunggingkan sebuah senyum sambil membawa sebuah papan catatan kecil. "Kalian semua sudah tahu. Jika nama kalian di sebut, tolong maju dengan rapi dan bergabung dengan rekan di belakangku yang akan menuntunmu ke sayap timur. Kehidupan baru kalian akan segera dimulai."

Seketika suasana berubah menjadi hening. Semua orang terlihat begitu serius dan menantikan nama-nama yang hendak disebut oleh Janson.

"Connor... Evelyn... Justin... Peter..." Janson mulai menyebut nama-nama yang tertulis dalam papan catatan yang dia bawa.

Thomas dan teman-temannya memperhatikan satu per satu anak-anak yang namanya disebut maju dan berjejer rapi di belakang Janson. Mereka terlihat bingung dengan apa yang tengah terjadi. Berbeda dengan Newt yang terlihat tenang karena dia sudah tahu apa yang akan terjadi pada anak-anak yang namanya disebut itu.

"Alison... Squeegee... Franklin dan Abigail." Janson menutup catatannya. Hal itu sontak membuat orang-orang yang namanya belum disebut, menghela napas kecewa. "Now... Now... jangan kecewa. Jika aku bisa membawa lebih, aku akan melakukannya. Selalu ada hari esok. Giliran kalian akan datang."

BOND |Book 2: Indestructible| (Scorch Trials Fanfiction) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang