MarcusKelompok kecil yang dipimpin Jorge itu tiba di zona A saat matahari sudah agak tinggi. Seperti yang mereka lihat sekilas, zona A ternyata tidak beda jauh dengan tempat Jorge dahulu. Lebih banyak orang-orang yang terlihat seperti gelandangan bertaburan di jalan. Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Mereka terlihat kelaparan dan tidak terurus.
Orang-orang di zona A menatap para remaja itu dengan berbagai ekspresi. Sebagian besar dari mereka terlihat menyeringai saat bersitatap dengan para remaja itu. Bahkan ada beberapa yang mengikuti mereka.
"Cobalah berbaur." Saran Jorge saat menyadari keenam remaja yang mengikutinya itu menjadi pusat perhatian.
"Uuh... bagaimana caranya?" tanya Minho heran.
"Seperti ini." Jorge melotot pada salah satu gelandangan yang mengikuti mereka. "Apa lihat-lihat?! Kau mau kugampar?! Pergi sana!"
Gelandangan itu terlihat takut dengan ancaman Jorge. Dia dan teman-temannya akhirnya berjalan agak jauh dengan kelompok itu.
"Jorge, sudah cukup meladeni mereka. Kita harus segera menemukan Thomas dan Brenda." Ujar Lea mengingatkan.
"Ini kita juga sedang jalan ke sana."
Lea memutar bola mata. "Jika kita tidak cepat menemukan mereka, Marcus akan membuat Thomas dan Brenda nge-fly."
"Apa itu nge-fly?" tanya Teresa heran.
"Eemm... mabuk dan tidak sadar."
"Jika Marcus melakukannya pada Brenda, maka dia pasti akan mati di tanganku." Ujar Jorge cepat.
Langkah mereka terhenti di sebuah tempat yang ramai dengan orang-orang yang tertawa dan bergembira. Mereka seperti tengah melakukan pesta atau semacamnya. Para lelakinya terlihat mabuk dan wanita-wanitanya banyak yang memakai pakaian minim. Mereka berkumpul dan bersenang-senang di sana seolah tidak ada hari esok.
Lea langsung merasa buruk dengan tempat itu. Apalagi saat menyadari beberapa lelaki di sana yang menatapnya dengan pandangan menjijikkan.
"Marcus..." Jorge berbisik pelan saat melihat satu sosok lelaki berjas merah berdiri di depan pintu masuk. Lelaki bernama Marcus itu terlihat teler bersama beberapa wanita di sampingnya. Jorge hanya bisa tersenyum remeh. Seperti yang dia duga, Marcus tidak terlihat berubah sama sekali.
Jorge segera menghampiri Marcus. Para remaja turut mengikuti langkahnya yang lebar-lebar. Marcus yang menyadari kedatangan Jorge terlihat menyunggingkan senyum.
"Jorge." Marcus merentangkan tangannya. "Kawan lamaku."
"Aku tidak datang untuk sekedar berbasa-basi." Jorge tersenyum palsu. "Apa kau lihat anak perempuan berambut hitam pendek di sekitar sini?"
"Anak perempuan? Entahlah..." Marcus tertawa kecil dengan ekspresi aneh. "Aku bisa mencarikannya sebentar. Atau kau bisa melihat-lihat dulu."
"Bukan itu yang kumaksudkan, brengsek."
Marcus tidak mendengarkan ucapan Jorge yang pedas. Ujung mata Marcus yang teler melihat Lea berdiri di belakang Jorge. Bola mata lelaki itu langsung terbuka lebar dan dia tersenyum cerah. "Oh, look! Aku tidak ingat punya jalang kecil yang manis sepertimu di sini."
Marcus menggeser Jorge dan menatap Lea dengan pandangan kagum. Lelaki itu berusaha menyentuh Lea. "Siapa namamu, manis?"
Lea menghidari sentuhan Marcus pada dirinya. Gadis itu jelas merasa jijik dan terganggu.
"Jauhkan tangan kotormu darinya." Newt meremas kasar tangan Marcus yang mencoba menyentuh Lea. Dia sempat melirik Lea namun Lea justru menghindari tatapan Newt. Hal itu jelas membuat hati Newt terasa tercubit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOND |Book 2: Indestructible| (Scorch Trials Fanfiction) [END]
FanficPetualangan Lea dan Thomas Sangster memasuki babak baru. Bersama-sama, mereka harus berjuang menghadapi Scorch yang kejam dan mematikan demi kembali ke dunia asli mereka. Maze Runner Trilogy x In Time All characters of Maze Runner belongs to James D...