15

4.1K 378 32
                                    

Malam yang hening menemani keluarga Aldevaro yang tengah menikmati menu makan malam kali ini. Adam yang terlihat lahap dengan beberapa potong daging sapi panggangnya, sedangkan si bungsu Deandra yang tampak nggan memakan makanannya. Sesekali ia mendengus saat melihat kakaknya makan dengan lahap. Ingin sekali ia mencicipi daging panggang itu, namun Rika belum membiarkan Deandra memakan makanan yang mengandung kolestrol. Oh, lebih tepatnya Rika tidak akan pernah mengijinkan Deandra makan makanan tersebut. Mengingat Deandra adalah penderita jantung. Dan Rika tidak mau terjadi apa apa lagi pada putranya.

"Dek, abisin makannya. Terus minum obat." Deandra menghela nafas pelan. Bosan sekali setiap hari yang di dengarnya obat, obat dan obat. Bisakah ia libur untuk memakan obatnya?

"Gak selera bund. Piring aku isinya sayuran doang. Mana banyak lagi."

"Masih untung di kasih makan. Daripada nggak sama sekali." Adam ikut menyahut dengan mulut yang penuh dengan gading.

"Diem lo. Kita musuhan."

"Yaelah, bocah ambekan."

Sang kepala keluarga yang tengah menikmati daging panggang pun menghentikan aktifitasnya. Ia pindahkan daging panggang itu ke piring yang lain dan menyendok sayuran ke piringnya.

"Liat, ayah juga makan sayur. Jadi adek juga harus makan sayur. Biar sehat." Tutur Aldevaro seraya menyuapkan sesendok nasi dan sayur ke mulutnya.

Rika yang melihat suaminya membujuk Deandra lantas mengikuti. Niatnya akan memakan daging panggang yang sangat menggiurkan di matanya ia urungkan dan menyisihkan daging tersebut ke piring yang lain. Rika dapat merasakan kasihan pada Deandra, putranya itu tidak dapat ikut merasakannya.

"Bunda juga makan sayur. Ini enak lho dek."

"Aku bukan anak kecil yang bisa di bujuk gitu aja."

Aldevaro menghela nafas berat. Tak tega sebenarnya melihat putra bungsunya kehilangan nafsu makan seperti ini. Sejak kecil Deandra memang tidak menyukai sayuran dan sekarang justru di anjurkan untuk memakannya.

"Adek mau makan apa? Asal jangan daging ya. Kamu tau kan resikonya?"

"Gak mau makan."

"Gak usah kaya bocah gitu. Kalo sakit gw juga yang repot."

Adam seketika bungkam saat menyadari ucapannya sangatlah salah. Aldevaro dan juga Rika menatap putra sulungnya tajam. Tidak seharusnya Adam berucap seperti itu pada Deandra. Sudah pasti adiknya itu akan sakit hati dengan perkataannya.

"Bego bego bego." Adam merutuki dirinya sendiri. Kenapa kalimat itu bisa meluncur bebas begitu saja. Adam benar benar tidak bermaksud.

Deandra diam mencerna ucapan kakaknya itu. Ada benarnya ucapan Adam, ia hanya bisa merepotkan saja. Sungguh tidak berguna sekali hidupnya.

Deandra beranjak dari duduknya dan menatap Adam dengan senyum paksa. "Sorry bikin abang repot." Setelahnya ia pergi dari sana.

Adam ikut beranjak dan mengejar Deandra yang baru saja menginjakkan kakinya di anak tangga pertama. Adam menyesal dengan ucapannya. Ia tidak serius dengan semua itu. Tadi Adam hanya kesal saja pasalnya Deandra tidak makan sama sekali.

"Dra, gw gak bermaksud bu-." Ucapan Adam di potong dengan cepat oleh Deandra.

"Gak papa. Gw hargain kejujuran lo bang. Makasih ya." Ia lanjutkan langkah kakinya menuju kamar yang sempat tertunda oleh Adam.

Suara Adam yang terus memanggil namanya tak ia hiraukan. Moodnya hancur hari ini. Ia ingin sendiri dan tidak ingin di ganggu siapa pun.

Pintu kamarnya ia kunci dari dalam. Berjaga jaga agar tidak ada orang yang masuk termasuk orang tuanya. Deandra melangkah gontai menuju balkon kamarnya menatap kosong ke depan dengan pikiran kacau. Detik selanjutnya ia menatap ke bawah, di sana terdapat halaman depan rumahnya. Senyum miring tercipta di bibir ranum nya. Pikirannya sudah benar benar kacau saat ini.

Deandra - End✔ (SUDAH DI BUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang