23

3.4K 317 32
                                    

Suara brangkar yang di dorong cepat oleh beberapa orang menggema di lorong rumah sakit. Aldevaro tak henti hentinya memanggil nama sang anak dan menggenggam tangan dingin milik Adam. Dalam hati ia sangat berharap bahwa putra sulungnya baik baik saja. Sampai langkahnya terhenti karena beberapa suster menyuruhnya untuk menunggu di luar ruangan yang bertuliskan UGD itu.

Pria paruh baya itu mengusap wajahnya gusar. Setelan kantornya sudah di penuhi oleh darah yang mulai mengering. Penampilannya tidak karuan. Pikirannya melayang membayangkan  bagaimana sakitnya seorang Adam di dalam sana. Kejadian tadi benar benar membuatnya takut. Takut akan kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi.

"Abang kuat.. Ayah mohon bertahan, nak."
.
.

Sementara Rika sedari tadi merasakan hal yang tidak mengenakan di hatinya. Entah apa itu. Mungkin karena kondisi Deandra yang kembali menurun menjadikan pikiran Rika tidak karuan. Tapi, tunggu.. Bukan. Bukan itu yang Rika pikirkan. Melainkan ia kepikiran tentang anak pertamanya, Adam. Sudah cukup lama ia menghubungi putra sulungnya itu. Tapi kenapa Adam belum sampai juga. Jika di ingat ingat jarak rumah menuju rumah sakit tidak terlalu jauh. Rika juga teringat dengan suaminya. Kenapa belum sampai juga?

"Kenapa lama sekali? Adek kuat, nak. Bunda yakin adek bisa sembuh. Bunda yakin." Lirihnya.

Sampai akhirnya suara dering telpon mengalihkan fokusnya. Di lihatnya nama orang yang telah menelponnya 'Mas Varo' dengan segera ia menggeser icon hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Mas. Mas di mana? Kok lama sekali? Aku..." Ucapan Rika terpotong saat suara lirih dari Aldevaro terdengar.

"Adam kecelakaan."

Bagai tersambar petir, kalimat yang berhasil keluar dari bibir suaminya mampu membuat Rika bungkam seribu bahasa. Air matanya kembali menetes seiring dengan tubuhnya yang mulai gemetar. Apa lagi ini? Tidak cukupkah dengan drop nya Deandra hari ini yang membuat dirinya ketakutan setengah mati? Kenapa harus Adam juga?

"Mas jangan becanda." Rika berucap dengan bibir gemetar. Berharap apa yang sudah ia dengan itu hanyalah halusinasinya saja.

"Rika, tolong bantu doa ya. Semoga Adam baik baik saja."

"Mas, ini gak becanda kan? Mas jangan ngawur kalo ngomong." Rika sedikit emosi. Mungkin karena masih syok dengan  apa yang baru saja ia dengar.

"Maafin aku. Aku ayah yang buruk.."

"Mas di mana? Aku mau mastiin kalo kamu lagi becanda. Iya kan?"

"Adam di rawat di rumah sakit yang sama sama adek. Dia masih di UGD."

Tanpa berkata apa apa Rika memutuskan sambungan telepon dengan Aldevaro dan bergegas menuju ruang UGD yang di maksud. Sebelumnya ia sempat berbicara pada suster yang baru saja keluar dari kamar rawat Deandra dan menitip anaknya itu sebentar karena ia ada urusan.
.
.

Dengan langkah tergesa Rika berjalan menuju UGD dengan wajah yang sudah tidak ia hiraukan lagi. Mata sembab, hidung merah dan beberapa helai rambut yang sudah keluar dari ikatannya. Dalam hati ia terus mensugesti bahwa semuanya akan baik baik saja. Semoga..

Sampai langkahnya terhenti saat ia melihat seseorang yang sangat ia kenal duduk dengan gusar di depan Ruang UGD. Itu adalah suaminya, Aldevaro. Dapat Rika lihat jika Aldevaro terlihat sangat kacau. Bahkan ia tidak menyadari kehadirannya di sini.

Rika mendekat dan berdiri di depan suaminya. Menyadari ada yang datang, Aldevaro mendongakkan kepalanya yang mendapati Rika yang sudah berdiri di depannya dengan lelehan air mata di wajahnya. Segera ia bangkit dari duduknya dan memeluk erat tubuh istrinya itu. Keduanya hanyut dalam kesedihan. Betapa hancurnya hati mereka saat melihat kedua putranya terbaring lemah di brangkar rumah sakit.

Deandra - End✔ (SUDAH DI BUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang