26

3.2K 334 24
                                    

Tidak pernah terbayang sebelumnya oleh Deandra. Adam, kakak satu satunya yang ia punya harus mengalami kejadian pahit seperti ini. Orang yang dulu selalu menjaganya kini tidak lagi sama. Jika dulu Adam yang senantiasa membantunya, kini giliran Deandra harus ada untuk kakaknya. Membantu apa pun yang kakaknya butuhkan. Walau tidak semua biasa ia lakukan. Namun, setidaknya Deandra bisa menjadi mata untuk menunjukkan arah pada kakaknya itu.

"Adek, lagi mikirin apa?" Tanya Rika penasaran karena melihat Deandra hanya melamun.

"Bang Adam."

Rika tersenyum tipis. Tangannya masih sangat betah mengusap surai hitam putra bungsunya itu. Rika tentu saja merasakan apa yang Deandra rasakan saat ini. Sedih. Sangat sedih.

"Jangan terlalu banyak pikiran. Katanya mau cepet cepet pulang gak mau lama lama di rawat di sini."

"Tapi abang.."

"Abang kuat. Sama seperti kamu. Anak bunda semuanya hebat. Do'ain aja semoga bang Adam cepet pulih, ya."

Deandra hanya mengangguk walau dalam hati ia tidak yakin kakaknya akan baik baik saja dengan kondisinya yang sekarang.

Rika menghela nafas. Melihat Deandra seperti ini rasanya Rika tidak tega. Ia takut kondisi Deandra kembali drop dan semakin parah.

"Adek tidur ya. Nanti bunda bangunin kalo udah waktunya minum obat."

Deandra mengangguk pasrah. Lagi pula tubuhnya sangat lemas saat ini. Dadanya juga agak sesak namun cowok itu sebisa mungkin menahannya agar Rika tidak khawatir. Ia mulai memejamkan matanya menjemput alam mimpi yang semoga saja lebih baik dari kehidupan nyatanya.

Rika menyelimuti Deandra hingga batas dada. Tak lupa ia juga mengecup singkat kening putranya dan menggumamkan sesuatu di samping telinga Deandra.

"Selamat istirahat jagoannya bunda. Bertahan sebentar lagi ya. Bunda janji setelah ini adek gak akan merasa sakit lagi. Adek harus sembuh."

.
.
.

Sementara di kamar rawat Adam, tampak Aldevaro yang tengah menemani si sulung. Sesekali ia melontatkan lelucon untuk menghibur Adam agar cowok itu tidak terus menerus terpuruk akan kondisinya. Beruntung Adam bukanlah tipe orang yang berlarut larut dalam menghadapi kesedihan. Karena baginya terlalu berlebihan juga tidak baik. Dan ia harus bisa menerimanya dengan lapang dada. Walau rasanya sangat sulit tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah takdir untuknya.

"Ayah?"

"Kenapa bang? Butuh sesuatu?" Tanya Aldevaro.

Adam menggeleng. "Bunda belum ke sini lagi?"

Aldevaro tersenyum tipis. "Belum. Kayanya bunda masih nemenin adek di kamarnya."

"Adek gak papa kan, yah?" Adam mulai khawatir. Pasalnya tadi ia sempat merasakan Deandra meremat tangannya cukup kuat.

"Gak papa. Adek lagi istirahat biar kondisinya semakin pulih."

Adam menghela nafas lega. "Syukurlah. Nanti aku mau ketemu Adek boleh, yah?"

Aldevaro mengangguk. "Boleh."

Tangan Adam bergerak untuk mencari tangan ayahnya. Ia ingin menggenggamnya guna menenangkan perasaannya. Aldevaro yang menyadarinya lantas meraih tangan Adam dan menggenggam nya erat. Adam tersenyum.

"Ayah, jangan menghindar lagi dari aku ya. Aku minta maaf, ayah." Ucapnya tulus.

"Nggak akan, bang. Ayah akan selalu ada di dekat abang." Aldevaro sedikit membungkukkan badannya untuk mengecup kening Adam. "Karena ayah sayang sama abang." Lanjutnya.

Deandra - End✔ (SUDAH DI BUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang