19

4.4K 376 17
                                    

"Akhh.."

Deandra terus mengurut dadanya yang sedari tadi terasa sesak. Bahkan obat yang biasa ia minum pun sudah di konsumsinya namun sakit di dadanya tak kunjung hilang.

Setelah Adam menjemputnya sore tadi, Deandra mencoba untuk terlihat baik baik saja di depan kakak dan bundanya. Ia tidak mau membuat mereka khawatir dan keinginannya untuk ikut taekwondo gagal lagi.

Tok

Tok

Tok

"Dek, makan dulu sayang."

Suara Rika yang memanggilnya di depan pintu membuat Deandra gelagapan sendiri. Takut takut bundanya itu tiba tiba masuk dan melihat kondisinya yang tengah menahan sakit seperti ini.

Deandra mencoba menghirup nafas panjang. "Iya nda, sebentar."

Susah payah dirinya mengatakan kalimat itu agar suaranya terdengar seperti biasa. Beruntungnya ia, Rika tidak banyak bertanya dan hanya menyuruh nya segera turun dan makan.

"Ya sudah, nanti langsung ke bawah ya."

"Iya, nda."

Deandra menghela nafas lega saat Rika sudah kembali ke ruang makan tanpa masuk ke dalam kamarnya. Sebisa mungkin Deandra harus segera menghilangkan sakitnya agar tidak membuat curiga ayah, bunda dan kakaknya. Sampai akhirnya setelah beberapa saat sesak itu pun perlahan mulai hilang. Detak jantungnya mulai kembali normal.

Deandra tersenyum tipis seraya mengusap dada kirinya. "Gw mohon kerja samanya. Gw cuma pengen nikmatin hidup sebentar aja."

Setelah dirasa sudah baik baik saja, Deandra beranjak dan akan menuju ruang makan untuk makan bersama.
.
.

Adam menatap curiga pada Deandra yang kini tengah merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Setelah acara makan malam selesai, Aldevaro, Rika, Adam juga si bungsu Deandra langsung berkumpul di ruang keluarga. Kegiatan itu memang selalu dilakukan mereka setiap hari sebelum tidur.

Deandra yang tengah asik menonton acara komedi di televisi pun mengalihkan pandangannya saat merasa di perhatikan. Dan benar saja Adam tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Deandra mengangkat sebelah alisnya guna bertanya kenapa?

Adam menggeleng dan mengalihkan pandangannya pada televisi di depannya. Mungkin ia akan membahas itu nanti saja.

"Dek, tadi kamu ngapain aja di rumah temen? Sampe lupa pulang."

Deandra terdiam saat suara lembut dari bibir sang bunda menusuk telinganya. "B-biasa bund. Mabar." Ujarnya.

"Lain kali kasih kabar dulu kalo mau maen. Untung ada abang kamu yang ngasih tau bunda."

Deandra tersenyum kikuk dan mengangguk. "Iya bund, maaf."

"Emangnya tadi adek pulang telat?" Aldevaro bertanya seraya menatap Deandra meminta penjelasan.

"Telat dikit kok yah." Jawab Deandra dengan cengiran khasnya.

"Ya sudah gak papa. Yang penting adek baik baik aja."

Adam menghela nafas panjang. Berharap dalam hati semua akan baik baik saja.

"Abang kenapa?" Aldevaro bertanya pada si sulung yang sedari tadi diam saja.

Adam menggeleng dan tersenyum. "Gak papa yah."

"Eh, sudah malam. Kalian tidur gih." Ujar Rika kepada kedua putranya.

"Nanti aja nda. Lagian besok kan minggu." Deandra menolak.

"Ya sudah, tapi jangan tidur larut malam ya. Jam 10 harus sudah ke kamar."

Deandra - End✔ (SUDAH DI BUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang