Happy Reading!
...
Deandra, cowok itu menggenggam erat tangan kakaknya yang terasa dingin. Ia tidak tega melihat Adam berbaring lemah seperti ini. Deandra rindu kakaknya yang tak pernah absen untuk menjahili nya dan berujung bertengkar. Setelah mendengar penjelasan dari bundanya tentang kondisi dan fakta menyakitkan yang menimpa Adam membuat Deandra sedih.
"Abang, bangun. Kalo abang tidur terus nanti siapa yang jagain gw lagi?" Deandra menelungkupkan wajahnya pada ranjang. Air matanya sudah mengalir deras sejak tadi. Melihat kondisi Adam yang sangat mengkhawatirkan membuat hati Deandra berdenyut sakit.
Di depan teman temannya boleh saja ia bebal dan menyebalkan. Namun kini Deandra sangat berbeda dari biasanya.
Usapan lembut pada bahunya membuat cowok itu mendongak dan melihat ayahnya yang tengah menenangkannya.
"A-ayah, abang bakal baik baik aja kan?"
Aldevaro mengangguk dan tersenyum tipis. "Adek bantu doa aja ya. Semoga abang cepat sadar."
Deandra kembali memandang wajah pucat kakaknya itu. Lalu menyentuh beberapa alat medis yang menempel di dada Adam dengan hati hati.
"Ini pasti ganggu banget ya, bang." Deandra terkekeh miris. "Gw sering pake alat begini, rasanya gak enak pengen gw cabut aja."
Rika yang tidak kuasa melihat Deandra yang mencoba berinteraksi dengan Adam memilih untuk keluar untuk menenangkan perasaannya. Aldevaro yang mengerti pun ikut keluar membiarkan Deandra menemani Adam. Dengan harapan Adam bisa segera sadar.
"Harusnya abang gak boleh pake alat kaya gini. Abang gak boleh ngerasain sakitnya pake alat ini. Cukup gw aja yang tau rasanya. Abang gak boleh."
Tangan yang sedari tadi di genggam erat olehnya tiba tiba bergerak. Deandra tersentak, lalu tersenyum saat melihat kelopak mata yang terpejam itu bergerak perlahan dan terbuka.
"Abang?" Deandra menghapus air matanya. Lalu tersenyum. "Abang udah bangun?"
Adam mengerjapkan matanya dan mengernyit. "Gelap."
Deandra yang berada di sampingnya kembali menangis dan menggenggam tangan Adam erat.
"Gelap. Kenapa gelap?" Racau Adam mulai panik. "Dek?! Lo di sini kan? Ini lagi mati lampu? Kenapa gelap baget?"
Deandra tidak menjawab. Terlalu sakit menyaksikan kakaknya seperti ini. Mati matian ia menahan isakan tangisnya. Namun, percuma saja cowok malah semakin terisak. Genggamannya bahkan lebih erat dari sebelumnya.
"Dek?! Ini lo?" Adam bertanya sedikit membentak. Ia merasakan genggaman yang semakin kuat.
"A-abang.." Lirih Deandra. Dadanya tiba tiba sakit. Nafasnya tersenggal senggal. "Akhh.."
"Dek?! Lo kenapa?!" Adam mulai panik karena mendengar rintihan menyakitkan dari adiknya.
Adam dengan susah payah merubah posisinya menjadi duduk. Cowok itu meraba raba wajah Deandra dengan tangan kanannya karena tangan kiri Adam di genggam erat bahkan sangat erat oleh adiknya itu. Deandra semakin terisak kala tangan kakaknya berhasil meraba seluruh wajahnya. Pandangan Adam kosong. Ia seperti menatapnya namun itu semua jelas tampak gelap di mata Adam.
"Dek, kenapa gelap?" Deandra tidak menjawab. Hanya isakan yang mampu ia keluarkan.
"DEANDRA! JAWAB GW!." Adam membentak karena tidak satu pun mendapat jawaban dari adiknya.
Deandra dengan sekuat tenaga berdiri dari kursi rodanya dan memeluk Adam guna menenangkannya. Adam yang mulai mengerti kondisinya tidak dapat menahan air matanya. Bahunya bergetar dan isakan mulai terdengar dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra - End✔ (SUDAH DI BUKUKAN)
Roman pour Adolescentsini bukan kisah remaja broken home dan bahkan bukan juga kisah percintaan seperti cerita remaja pada umumnya. tapi ini adalah kisah tentang seorang Deandra Arizki Aldevaro, putra bungsu keluarga Aldevaro yang nakal, biang onar namun sangat di sayang...