•Kepulangan•

446 12 2
                                    

👑H.A.P.P.Y_R.E.A.D.I.N.G👑

Perempuan cantik dengan tubuh putih dan rambut sebahu baru saja kembali pulang ke rumahnya bersama seorang lelaki juga kedua orang tuanya.

Akhirnya setelah kurang lebih enam tahun berada di Singapore, Cavilla Syailen Zuhra kembali menginjakan kakinya di tanah air negara kelahirannya.

Gavino Bastian yang notabenya sebagai mantan ini yang ikut ke Singapore ikut merasa bahagia karena Cavilla dan mereka semua dapat pulang dengan selamat dan sehat.

"Kasur!" pekik Cavilla dengan ceria, lalu langsung loncat ke atas kasur.

Gavino tertawa kecil melihat tingkah Cavilla yang masih kekanak-kanakan. Namun, Gavino menyukai itu.

"Kasian kasurnya sama lo ditiduran, kalau kasurnya bisa ngomong pasti dia bakal bilang gini, 'Aduh, sakit!' gitu," ejek Gavino seraya meniru ekspresi kasur jika kesakitan.

Cavilla mengambil bantal di dekatnya dan melemparnya ke arah Gavino, untung saja Gavino sigap mengambil bantal tersebut dengan cepat.

"Cari kerja sana!" usir Cavilla dengan wajahnya yang jutek.

"Cih, gue udah ada kerjaan kali," sahut Gavino.

"Jadi kuli?"

"Tuh bibir belum pernah dijepit pake jepitan jemuran, ya? Enak aja, lulusan terbaik masa jadi kuli, ya jadi OB lah," ujar Gavino yang mengawur.

Cavilla tertawa mendengarnya. "Enggak pantes lo jadi OB, bikin kopi aja asin."

Gavino seketika bermuka masam dan langsung mendekati Cavilla, lalu menjitaknya dengan kesal sampai Cavilla meringis.

"Dari pada lo? Masih nganggur,"

Okay, sebentar lagi akan ada perang adu mulut jika tidak ada yang memberhentikan mereka.

"Lo—"

"Shut, kalian ini!" sarkas ibunda yang tiba-tiba datang.

"Eh, Ibunda. Gavino mau pamit pulang dulu, ya!" pamit Gavino seraya menyalimi Ibunda dan menjulurkan lidah kepada Cavilla.

"Hati-hati dan salam untuk keluargamu," ujar Ibunda.

"Siap!"

Gavino pun pergi dari sana untuk pulang terlebih dahulu. Sebenarnya beberapa bulan sebelum Gavino resmi akan kembali ke Indonesia, ia sudah pulang dahulu karena mamahnya menangis merindukannnya. Namun, teman-temannya tidak ada yang tahu karena Gavino diam-diam saat pulang dan hanya dua hari di sana.

Cavilla menatap ibunda dengan senyumnya yang hangat. Ibunda mendekati Cavilla dan duduk di sampingnya.

"Ada yang kamu pikirin?" tanya ibunda.

"Enggak, Bun," jawab Cavilla.

Ibunda mengela napas. "Tevan? Teman-temanmu? Ibunda yakin mereka akan senang bertemu kamu lagi, Sayang." Ibunda mengusap-usap surai hitam Cavilla dengan lembut.

"Villa ... takut mereka tanya-tanya soal kejadian selama Villa di sana," ungkap Cavilla. "Villa juga takut mereka kecewa."

Ibunda memeluk tubuh Cavilla yang baginya sudah semakin besar karena pertumbuhan Cavilla selama di sana itu sangat ia pantau.

"Semuanya akan baik-baik saja, tetap berpikir positif dan coba dahulu karena kita yang ada di belakangmu akan terus mendorongmu juga menyemangatimu sampai kamu kuat," ujar ibunda dengan tulus membuat hati Cavilla merasa tersentuh.

****

Cavilla keluar dari rumahnya menggunakan kaos biru muda dengan jaket levis yang ia gunakan, bahkan Cavilla menggunakan celana jeans. Entah ingin kemana Cavilla saat ini.

Lantas: Squel Aku Benci Orang Ketiga [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang