¤Bertemu Kalian¤

127 6 0
                                    

"Sepertinya kamu harus bertemu sama yang lainnya karena udah ketemu sama Tevan," ucap Boy membuat Cavilla yang sedang membaca buku novel pun mengehentikan kegiatannya.

Cavilla membenarkan posisi duduknya dan menatap Boy dengan wajah yang serius.

"Kayaknya sih iya," ucap Cavilla dengan wajah yang serius.

Tuk!

Boy mengetuk pelan kening Cavilla. "Emang harusnya begitu sejak awal,"

Cavilla yang mendengar itu hanya terkekeh pelan. Kemudian ia membuka handphone-nya terlihat notifikasi dari teman-temannya membuat Cavilla menggeleng-gelengkan kepala. Teman-temannya memang sepertinya sulit untuk melepaskannya pergi. Bahkan saat dirinya pergi, salah satu dari mereka selalu saja ada yang menanyakan kabar setiap saat untuk memastikan dirinya baik-baik saja atau tidak.

Tangannya mengetikan sebuah pesan ke grub tanpa adanya Tevan dan mengirimnya. Tidak lama terjadi kehebohan di dalam grub chat tersebut yang membuat handphonenya selalu berbunyi, Cavilla pun memutuskan untuk menon-aktifkan nada deringnya menjadi mode hening.

"Rame banget ya." Boy langsung tertawa melihat wajah Cavilla yang terlihat pasrah.

"Ya mau gimana lagi? Mereka gak bisa jauh-jauh sama Cavilla yang cantik ini,"

***

Dan kini Cavilla bersama Boy sedang berada di sebuah warung nasi goreng untuk menikmati malam mereka berdua saja. Ralat, Gavino akan menyusul mereka nantinya, secepat mungkin dan sesegera mungkin.

Tidak lama Gavino datang dengan masih menggunakan kemeja. Ia baru saja menyelesaikan rapat bersama rekan kerjanya tadi.

"Bapak kantoran dateng nih," ucap Cavilla saat melihat Gavino yang baru saja datang.

"Kangen ya?" tanya Gavino sambil menarik kursi dan Cavilla hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Wih wihhh udah dipesenin aja nih gue," kagum Gavino sembari menepuk-nepukkan tangannya.

"Makan, makan!" suruh Cavilla yang malas berdebat bersama Gavino.

"Iya tuan putri," balas Gavino sembari menunjukkan deretan giginya.

Gavino duduk berhadapan dengan Cavilla dan Boy. Mereka berbincang-bincang kecil sembari menikmati makanan mereka.

"Jadi lo besok bakal jadi ketemu yang lain, La?" tanya Gavino dan Cavilla menjawab dengan anggukan kecil karena sedang mengunyah nasi gorengnya.

"Surat dari Tevan udah dibuka belom, tuan putri?" tanya Gavino lagi membuat Cavilla berhenti menyendok nasi goreng.

Cavilla menatap Gavino dengan lekat. "Harus banget?" tanyanya.

Gavino hanya mengendikan bahunya. Ia sepertinya ingin berkata sesuatu tetapi sulit untuk diucapkan.

Boy berdehem dan langsung meminum teh tawar yang ada di dekatnya hingga tersisa setengahnya. Gavino terkekeh melihat Boy yang seperti itu.

"Panas ya? Padahal udah malem," ucap Gavino menggoda Boy.

Boy yang peka langsung memberikan Gavino tatapan tajam, setajam silet. Cavilla yang sadar juga langsung memeluk lengan Boy dengan mesra hingga membuat wajah Gavino menjadi masam.

"Mantan bersama calon pacar, uwaw sekali epribadiii." Heboh Gavino yang merasa sebal melihat kedua orang di hadapannya.

Boy dan Cavilla tertawa mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Gavino itu. Walau sedetik kemudian ia sadar dengan kata 'calon pacar' yang diucapkan oleh Gavino itu. Cavilla menatap Boy setelahnya dengan tatapan yang sulit diartikan apalagi dijelaskan.

***

"Cavilla!" pekik semuanya ketika melihat Cavilla memasuki cafe milik Gio yang mulai berkembang menjadi cafe yang bagus dan indah sekali.

Cavilla bersama Boy dan Gavino berjalan ke arah teman-teman mereka yang sudah menunggu bahkan tidak sabar bertemu dengan Cavilla. Bahkan saat Cavilla masih di jalan mereka menyuruhnya agar mempercepat laju mobil agar cepat sampai ke cafe dan bertemu.

"Kangen sama gue ya?" tanya Cavilla dengan nada seperti bercanda.

"Gimana ya guys? Kangen gak ya?" ucap Tarasya yang bercanda.

Cavilla mencebikkan bibirnya. "Kalo gak kangen, gak mungkin nyuruh ngebut sih tadi di grub chat,"

"Tuh pinter, La," sahut Nadine dan langsung memeluk Cavilla dengan erat sekali karena merasa rindu.

Diikuti oleh Tarasya dan Ansya yang memeluk Cavilla.

"Bubun,"

Cavilla yang melihat itu melirik anak lelaki dengan pakaian rapi menarik-narik baju Ansya. Seketika matanya berbinar karena anak lelaki itu sangat tampan dan menggemaskan sekali.

Wanita itu berjongkok dan mencium anak lelaki itu yang ia yakini adalah anak Ansya dan Gio.

"Kamu namanya siapa? Aku boleh tau gak?" tanya Cavilla kepada anak tersebut.

"Gigi," jawabnya sambil menunjukan deretan giginya membuat Cavilla tertawa kecil mendengarnya.

"Namanya Giansyah Raziel, dipanggilnya Gigi," ujar Gio membenarkan ucapan anaknya.

"Wah, salam kenal Gigi. Aku Cavilla," ucap Cavilla, lalu mencium pipi Gigi hingga lipsticknya menempel pada pipinya Gigi.

Gigi yang dicium tiba-tiba berlari kebalik tubuh Gio dengan telinga yang memerah seperti sedang malu. Semuanya tertawa melihat Gigi yang begitu menggemaskan.

"Bapak sama anak sama aja," ucap Ansya yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kan aku emang bapaknya yang ganteng, wajar kalo kita mirip juga, Sayang," sahut Gio dengan PD, lalu mengendong Gigi.

"Oh iya, Nadine sama Bagas kapan nikahnya nih?" tanya Cavilla membuat semuanya saling pandang.

Cavilla yang bingung karena semuanya diam dan saling pandang pun kembali bertanya, "When?"

"La, gue sama Bagas udahan dari setahun yang lalu," jawab Nadine.

Bagas hanya diam tak bersuara. Cavilla menatap keduanya dengan perasaan sakit, ia tidak tahu mengapa tiba-tiba merasa seperti itu. Mungkin, selama ia pergi ada kisah yang menyakitkan antara keduanya yang membuat mereka harus berpisah.

"Kita putus baik-baik kok, ya 'kan Gas?" ujar Nadine seraya bertanya pada Bagas.

"Bener kok, santai La," jawab Bagas dengan senyumnya yang terkesan seperti terpaksa.

"Pokoknya kalian tetap temenan loh ya!" ucap Cavilla yang tidak ingin ada perseteruan antara mereka.

"Tentu!"

****



Lantas: Squel Aku Benci Orang Ketiga [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang