👑H.A.P.P.Y_R.E.A.D.I.N.G👑
Pagi ini Cavilla ada janji dengan Tevan untuk menemaninya bekerja di salah satu rumah sakit yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka.
Cavilla sudah siap mengenakan rok pendek selutut berwarna navy dengan baju kemeja putih. Tidak lupa make up tipis yang Cavilla kenakan sekarang ini agar wajahnya tidak terlihat kusam atau pucat.
Ia keluar dari kamar seraya membawa tas kecil untuk menaruh dompet dan ponsel pintar kesayangannya.
"Pagi, Ibunda dan Ayah!" sapa Cavilla dengan semangat.
"Pagi!" sahut kedua orang tuanya dengan kompak.
Lalu pandangan Cavilla tertuju pada dua orang lelaki yang tengah berada di meja makan bersama kedua orang tuanya.
Cavilla mendekat dan menendang sedikit kaki kursi membuat kursi itu sedikit bergeser dengan orang yang mendudukinya sedikit terkejut.
"Ngapain di sini?" tanya Cavilla dengan sinis.
"Cavilla," tegur ayah.
"Lo tuh sopan dikit dong. Gue ini mau numpang makan, gue diusir sama mamah gara-gara mecahin gucci," ujar Gavino.
Cavilla yang mendengar itu tertawa. "Kasian deh." setelah itu ia duduk di dekat seseorang, siapa lagi kalau bukan Tevan.
Mereka pun akhirnya makan bersama dengan khidmat. Setelah itu mereka membereskan piring dan gelas yang sudah dipakai oleh mereka.
"Kalian mau ke mana?" tanya Gavino yang penasaran.
"Pelaminan," jawab Tevan dengan asal.
"Wis, wis, wiss ... Jangan langkahi aku dulu adik kecil," ujar Gavino seraya menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri tepat di wajah Tevan
"Jangan panggil kita anak kecil paman!" ujar Cavilla meniru gaya salah satu karakter di film.
"Iyain aja." Gavino harus mengalah karena semakin mapas berdebat dengan Cavilla.
"Lo mau ke mana?" tanya Tevan.
"Nah, iya. Pake setelan jas pula," tambah Cavilla.
"Gue 'kan OB," jawab Gavino seraya menekan kata akhirnya mencoba menyindir Cavilla karena perdebatan mereka kemarin.
"Elah, yang kemarin diungkit lagi," ucap Cavilla.
"Udah gue mau pergi, Ibunda! Ayah! Vino berangkat!" pamit Gavino, lalu berjalan cepat menuju mobilnya dan segera pergi dari sana.
"Kita umur udah kepala dua, tapi berasa masih muda ya," gumam Cavilla.
"Aku emang masih muda," timpal Tevan diakhiri kekehan.
Cavilla menatap Tevan, lalu menarik hidung Tevan dengan gemas.
"Ayo!" ajak Tevan seraya menautkan tangannya ke tangan Cavilla dengan perasaan yang senang.
****
Cavilla berada di sofa tempat Tevan bekerja. Ia melihat bagaimana Tevan bekerja saat ini bahkan sedari tadi. Sebentar lagi Tevan akan istirahat untuk makan siang dahulu dan digantikan oleh temannya yang ada di ruangan lain.
Pasien terakhir sudah selesai diperiksa dan Tevan memberikan resep untuk ditebus di apotik.
"Dua kali sehari dan sebelum makan ya, Bu," ujar Tevan dengan ramah.
Tevan yang dingin sudah tidak ada lagi sekarang. Sekarang ada Tevan yang pengertian dan selalu membuat bahagia.
"Terima kasih, Dok," ucap pasien tersebut, lalu pergi dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantas: Squel Aku Benci Orang Ketiga [ON GOING]
ChickLit{Squel Of Aku Benci Orang Ketiga!} This Love->Lantas *** Masih ingat dengan kisah Cavilla? Dia sekarang sudah lulus menjadi seorang sarjana dan sudah kembali ke Indonesia. Kini Cavilla bertemu dengan kawan-kawan lamanya termasuk Tevan. Kisah mereka...