Liana

134 8 0
                                    

👑H.A.P.P.Y_R.E.A.D.I.N.G👑

Cavilla sedang berjalan-jalan bersama ibunda di sebuah Mall yang cukup besar di daerahnya. Di sana Cavilla dan Ibunda hanya pergi ke resto untuk makan siang bersama saja, mereka tidak membeli apapun.

"La," panggil ibunda.

Cavilla yang sedang makan, seketika menghentikan aktifitasnya dahulu.

"Nanti kita harus berangkat lagi, ingat? Ibunda harus nyelesaiin suatu hal, begitu pun kamu, benar?"

Cavilla terdiam, lalu mengangguk dengan senyuman. Sebenarnya Cavilla tidak ingin kembali ke negara itu, tetapi ia harus menyelesaikan sesuatu yang perlu diselesaikan.

Dering telepon terdengar yang berasal dari telepon Cavilla. Dengan cepat Cavilla menjauh dari ibunda untuk mengangkat telepon. Terlihat nama kontak 'My Boy' dengan emot hati berwarna putih dan Cavilla menggeser ikon hijau pada layar handphonenya, lalu mendekatkan handphonenya ke telinga.

"Cavilla,"

"Iya?"

"Kapan kamu akan ke sini lagi? Di sini ada yang merindukanmu,"

Cavilla memutar bola matanya malas. "Secepatnya." Cavilla langsung memutuskan panggilan secara sepihak dan kembali ke mejanya.

"Siapa?" tanya ibunda.

"Biasalah," jawab Cavilla dengan kekehan.

Ibunda hanya mengangguk-angguk paham dengan yang dimaksud oleh Cavilla itu.

****

"Tevan!" pekik Cavilla saat Tevan mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Aku belum mau meninggal!" Cavilla berteriak membuat Tevan tertawa terbahak-bahak dan menormalkan laju mobilnya.

Napas Cavilla terengah-engah. Netranya menatap tajam ke arah Tevan yang masih dengan wajah santainya dan kekehan.

"Gila!" umpat Cavilla dengan wajah kesal.

Tevan tertawa mendengarnya.

"Maaf." Tevan mengenggam tangan kanan Cavilla.

"Gak, males." Cavilla menepis tangan Tevan karena masih kesal.

Tevan memberhentikan laju kendaraannya seraya menepi. Wajahnya langsung menatap Cavilla dengan wajah yang benar-benar sangat serius sampai membuat Cavilla sekarang menjadi agak takut.

"La, kamu tuh cantik," ucapan itu keluar dari mulut Tevan dan sukses membuat Cavilla berdebar-debar.

Pipi Cavilla memerah seketika karena pujian kecil yang bagi Cavilla sangat luar biasa. Tevan yang dulu dingin kini menghangat seperti telah menemukan pelabuhan untuk hatinya.

Jujur Cavilla menyukai Tevan yang sekarang, tidak seperti dulu yang dingin dan ketus walau begitu Tevan tetaplah peduli kepada sekitarnya.

"Oh, iya. Kita ke rumahku, yuk! Mumpung aku libur dan Chira mau ketemu kami," ajak Tevan.

"Nanti pake paket komplit kayak dulu enggak? Ada keluarga besar," tanya Cavilla mengingat kejadian saat berkunjung ke rumah Tevan yang ternyata ada keluarga besarnya.

"Enggak, sekalian ambil Tami. Udah lumutan boneka gajahmu itu," jawab Tevan.

Mata Cavilla berbinar ketika mendengar boneka kesayangannya disebut. "Ayo!"

****

"Salah ih, Chi," ujar Tevan dengan nada kesal.

"Bener kok! Sebelas dikali satu sama dengan seratus sebelas, Kak!" Chira kesal dengan Tevan karena seperti mempermainkannya.

Sekarang sedang ada keributan antara Chira dan Tevan karena soal matematika, padahal Chira sudah kelas 5 SD tetapi sangat bodoh dalam hal matematika seperti sekarang ini.

Cavilla hanya bisa diam dan sesekali tertawa melihat aksi kedua kakak beradik itu yang sedang bertengkar.

"Terserah, Chi! Terserah!" Tevan putus asa. "Cavilla, kamu ajarin Chira deh. Nyerah aku!" Tevan menidurkan tubuhnya di atas sofa dan menutup wajahnya dengan bantal yang ada.

"Dih, emosi mulu! Pantes cepet tua!" ejek Chira.

"Chi," tegur Cavilla dengan nada lembut.

Chira yang ditegur langsung terkekeh dan meminta maaf.

Cavilla pun menjelaskan dengan detail bagaimana penggunaan pada perkalian. Chira memerhatikan Cavilla dengan sangat serius sekali agar cepat paham dan tidak perlu ribut-ribut lagi dengan kakaknya–Tevan.

Setelah selesai menjelaskan Cavilla memberi soal kepada Chira dan harus Chira kerjakan hari itu juga, karena Cavilla akan menunggunya sampai selesai.

Tevan menatap keduanya dengan senyum yang mengembang, ia bangga mempunyai Cavilla yang pintar dan baik hatinya.

"Selesai!" ujar Chira dengan gembira karena dapat menyelesaikan soal itu.

Buku Chira tiba-tiba diambil oleh Tevan karena Tevan penasaran. Dan Tevan mengacungkan ibu jarinya kepada Chira yang berhasil menyelesaikan soal itu dengan jawaban yang benar semua.

"Kayak gini dong! Harusnya dari dulu kakak cari aja Cavilla diseret ke sini buat ngajarin kamu, Chi." Tevan memberikan buku Chira kepada Cavilla.

"Iya ya, kakak sihhh sibuk kuliah sama kerja terus!" ujar Chira.

Tevan hanya bisa mengelus-elus dadanya, lalu meninggalkan kedua perempuan itu untuk pergi ke kamarnya.

Kamar dengan nuansa putih dan biru itu sangatlah rapi dan harum. Tevan memgambil boneka gajah milik Cavilla dengan kekehan karena mengingat dulu Cavilla sangat menyayangi boneka gajahnya itu.

Tevan pun kembali dan langkahnya terhenti tiba-tiba saat melihat seorang perempuan tengah menatap Cavilla begitu pun Cavilla dengan menatap perempuan tersebut dengan lekat dan penuh tanda tanya.

"Kamu siapa?" tanya Cavilla.

"Kak Liana!" kaget Chira saat melihat perempuan itu.

Cavilla terkejut mendengar nama itu disebut. "Ja-jadi ... Kamu Liana?"

"Iya," jawab perempuan bernama Liana itu.

Liana melihat ada Tevan. Tevan pun berjalan ke arah ketiga perempuan itu. Cavilla berbisik kepada Chira agar Chira pergi dari sana dahulu dan Chira menuritinya.

Setelah Chira pergi Tevan membuka suara.

"Cavilla, dia ... Liana temanku di rumah sakit. Kita sesama dokter,"

Cavilla tersenyum kikuk. "Ohh ... Begitu rupanya." Cavilla mengenggam tangannya Tevan dan Tevan hanya tersenyum.

"Liana, ini Cavilla yang sering aku cerita padamu itu," ucap Tevan memperkenalkan Cavilla.

Liana mengangguk dan tersenyum. "Salam kenal,"

"Salam kenal juga."

Entah mengapa keadaan seketika menjadi canggung dan Cavilla memutuskan untuk pamit walau sempat ditahan oleh Tevan agar tidak pulang dahulu.

****
Hai hai guyssss

Huhuhu, udah seminggu lebih ya enggak up?

Hayooo udah tau kan siapa Liana?

Jangan lupa vote dan komen ya sayang-sayangkuuuu🐣
Share ke teman-teman kalian semua agar cerita ini semakin ramai dikunjungi😄

Masukkan ke RL atau perpustakaan kalian juga ya!

Tertanda

Author gemoi🌷

Lantas: Squel Aku Benci Orang Ketiga [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang