06 | • Indikasi

34 3 1
                                    

🌻🌻🌻

Hari ini merupakan sesi puncak kegiatan akhir semester. Semua bidang yang dilombakan dan dikompetisikan sudah memasuki fase final.

Kevin mewakili kelasnya untuk kompetisi futsal, sedangkan Shalsa mewakili kelasnya untuk kompetisi basket. Karena tim kelas mereka banyak dari anggota ekskul tersebut, tidak heran jika sampai di laga final. Sehingga, keduanya disibukkan untuk mengikuti lomba.

SMA Garuda memang totalitas dalam mengembangkan kemampuan siswanya. Di segala bidang. Baik akademik maupun non-akademik. Biasanya setelah kegiatan akhir semester akan ada seleksi olimpiade.

Shalsa akhirnya bisa bernapas lega ketika peluit panjang kembali terdengar, kelasnya mampu menyabet juara satu basket meski score timnya hanya selisih tipis. Hari ini badannya sedang tidak mendukung. Hawa yang ia rasakan kurang sehat. Seperti demam. Dan beberapa kali ia ingin muntah karena terlalu banyak bergerak.

Setelah meminum sebotol air mineral, ia beranjak berganti baju, kemudian berniat melihat kedua sahabatnya yang juga masuk final. Namun saat hampir sampai belokan koridor menuju kamar mandi, tiba-tiba saja kepalanya pusing. Badannya serasa terbang tidak menginjak tanah. Kemudian matanya berkunang-kunang sebelum semuanya berubah gelap.

🌻🌻🌻

Kevin keluar dari kelas setelah berganti. Langkahnya ia bawa santai menuju kantin. Dia merasa lelah akibat pertandingan terakhir, tim kelasnya masuk final meski harus menerima runner up. Sekarang perutnya keroncongan, dan dia tidak akan bisa tidur saat kelaparan.

Dari jarak beberapa meter, sang netra mendapati punggung feminim yang cukup familiar. Dengan seragam kebanggaan berwarna hijau tua dan nomor punggung tidak asing, tentu dengan mudah dapat Kevin tebak siapa gadis itu. Sepertinya, Shalsa sedang menuju kamar mandi untuk berganti.

Kevin tetap berposisi di belakang Shalsa. Tidak sedikitpun ingin menyusul dan berjalan beriringan. Setelah pertemuannya tempo hari, mereka belum melakukan komunikasi lagi. Bertemu saat tidak sengaja berpapasan di lingkungan sekolah saja. Selebihnya, mereka seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal.

Bagi Kevin, semua itu ia anggap sebagai proses. Proses mempersiapkan diri. Ia yakin, baik dia atau pun Shalsa akan membahas hal yang perlu mereka bahas. Nanti. Dan jika memang tidak ada hal yang perlu dibahas, Kevin harus bersyukur. Keadaan berjalan seperti yang diharapkan. Tidak ada konsekuensi yang mereka terima.

Tiba-tiba Kevin dikejutkan dengan pergerakan Shalsa meluruh nyaris jatuh ke lantai jika dia telat sebentar saja untuk menangkap tubuh gadis itu. Bibir Shalsa memutih pucat serta badannya terasa hangat.

Kevin segera membopong dan sedikit berlari ke arah UKS. Membaringkan Shalsa di salah satu ranjang, kemudian meminta anggota PMR yang berjaga untuk menangani gadis tersebut.

"Gue mau ke kantin minta teh anget. Lo bisa jagain bentar, kan? Yang lain pada tugas di tempat lomba. Cuma gue yang ada di UKS."

Kevin mengangguk.

"Hirupin aroma minyak kayu putih." Siswa yang entah bernama siapa itu mengangsurkan botol minyak kayu putih terbuka. Kevin pun segera mengulangi apa yang siswa itu lakukan. Menghadapkan ujung botol di depan hidung Shalsa.

Lima menit berlalu, Kevin melihat kerutan samar di kening gadis itu. Semakin lama semakin jelas, hingga kelopak tersebut bergerak membuka.

Tangan Shalsa seketika menahan lengan Kevin yang membawa minyak kayu putih. "Baunya bikin mual," gumam gadis itu.

Kevin otomatis menjauhkan barang tersebut.

Shalsa berusaha duduk. Mengamati sekitar. Kemudian memandang Kevin lagi. "Kenapa lo bisa di sini?"

REFLECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang