11 | • Tidak Sesuai Ekspektasi

17 2 2
                                    

🌻🌻🌻

Dokter Runa adalah dokter umum. Awalnya Kevin ingin membawa Shalsa ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan kepada dokter kandungan. Namun gadis itu menolak, alhasil Kevin harus mencari alternatif lain. Karena pemeriksaan dasar seperti Antenatal Care (ANC) bisa dilakukan oleh dokter umum, Tante Runa adalah pilihan terbaik.

Kevin sempat protes kepada tantenya, karena bertanya hal eksplisit macam itu langsung kepada Shalsa.

"Kevin kan udah bilang, bakal jelasin."

"Gimana bisa Tante nggak tanya hal penting kayak gitu pas diagnosa pasien."

Kevin diam. Bukan jawaban yang sesuai jika dia tetap ngotot dengan segala pembelaannya.

Tante Runa kemudian berdiri. "Kamu ikut masuk kalau gitu."

Di dalam ruangan, Shalsa tetap di tempatnya dengan posisi yang sama. Menunduk lesu. Memainkan jemari kedua tangan. Meski air matanya tidak lagi mengalir, namun bercak anak sungai di pipi masih terlihat jelas.

Kevin cukup terkejut melihat kondisi Shalsa.

"Ayo cantik, kita periksa keadaan janinnya."

Shalsa mengerjab sejenak, kemudian menghela napas panjang dan mengangguk. Gadis itu berdiri mengikuti sang dokter ke arah ranjang. Kevin berada di sampingnya saat dia sudah berbaring.

Mereka sama-sama fokus ke arah monitor. Mendengar saksama informasi yang diberikan Dokter Runa sembari menitik pada bagian-bagian tertentu dengan alat USG.

🌻

'Janin kamu cukup lemah. Ini salah satu risiko mengandung di usia muda. Tapi semua akan baik-baik saja selama ibunya menjaga pola makan, pikiran dan istirahat yang cukup. Jangan sampai stress, dan jangan sampai kelelahan ya...'

"Sa..."

Panggilan itu membuyarkan lamunan Shalsa dari ucapan Dokter Runa. Tidak bisa dipungkiri, keadaan kandungan yang belum cukup baik membuat Shalsa malah tidak berhenti berpikir.

Kevin mencondongkan tubuh ke arah Shalsa. Menggapai sabuk pengaman di sisi gadis itu, lalu memasangnya dengan baik.

Jarak mereka cukup dekat, hingga membuat Shalsa bisa mencium aroma khas laki-laki itu yang seketika membuatnya tenang.

"Mau langsung pulang?"

"Ke Roxy dulu boleh?"

Kevin mengangguk, segera menjalankan mobilnya menuju tempat tujuan. Di tengah perjalanan, gerimis mengguyur. Semakin lama, semakin deras, hingga membuat Kevin menurunkan kecepatan karena jarak pandang terbatas.

Sesaat mobil berhenti di lampu merah. Kevin menyempatkan menoleh ke kursi penumpang samping kemudi. Shalsa tertidur. Tangannya saling memeluk menghalau dingin. Di cuaca seperti sekarang, AC mobil tetap harus menyala untuk menyeimbangkan suhu luar dan dalam agar tidak berembun.

Kevin otomatis melepas jaketnya. Kemudian digunakan untuk menyelimuti Shalsa. Gadis itu tidak terganggu, hanya menyamankan posisi duduk. Kemudian kembali lelap.

Kevin menamatkan wajah cantik itu. Dia tahu bagaimana perasaan Shalsa sekarang. Diterpa berbagai masalah pasti membuat raga dan pikirannya terkuras tidak karuan.

Kevin berharap semua akan baik-baik saja. Meski mustahil, dia meminta diberikan kekuatan untuk melalui semua rintangan di depan mata.

🌻

Setelah tidur entah berapa lama, Shalsa terbangun. Gadis itu menggeliat pelan. Memorinya sempat disorientasi, mendapati dirinya berada di dalam mobil yang terparkir di sebuah basement mall.

REFLECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang