18 | • Pengaduan Kevin

12 1 0
                                    

🌻🌻🌻

"Dari mana aja, Vin? Sekolah kok maghrib baru pulang?" Itu bukan suara papanya, melainkan suara Om Rafli yang sedang membaca koran di ruang tamu.

"Tumben?" Kevin mendekat. Mengangkat sebelah alis karena begitu heran dengan kedatangan Om-nya tersebut. Om Rafli bekerja di pertambangan, sehingga tidak sering pulang. Dan sekalinya pulang sangat sulit untuk diminta berkumpul keluarga. Lebih memilih menghabiskan waktu bersama Tante Runa yang sebenarnya juga begitu sibuk sebagai seorang dokter.

Sekarang, pria dewasa itu sedang berada di rumahnya, tanpa diundang?

"Kenapa? Gak boleh Om main?"

Kevin tersenyum. Duduk di samping pria tersebut dengan tenang. Sedangkan Rafli segera melipat koran dan menyimpannya kembali di tempat semula.

"Ada perlu sama Kevin, ya? Gak mungkin cari Mama atau Papa di jam segini. Om pasti tahu mereka belum pulang."

"Pinter kamu."

Rafli memandang Kevin dalam, membuat Kevin memasang ekspresi bertanya.

"Udah makan? Makan di luar yuk, Om yang traktir."

Perlakuan tiba-tiba ini semakin tidak masuk akal.

"Kenapa sih, Om? Aneh banget."

"Kamu yang kenapa, cuma ditraktir Om-nya aja langsung curiga."

"Nggak biasanya."

"Kalo dibiasain bisa bangkrut. Kamu makannya nggak mau di kaki lima."

"Cih, yang pilih tempat kan selalu situ."

"Udah ah, ayo. Sebelum berubah pikiran, nih."

🌻

Setelah selesai makan di foodcourt sebuah perbelanjaan, Kevin dan Rafli berjalan-jalan sebentar. Sembari menikmati keriuhan di sekitar.

"Mau es krim?"

Perlakuan Om Rafli tidak mengurangi rasa heran Kevin, malah semakin bertambah.

"Lagi ada masalah ya, Om?" Tanya Kevin hati-hati.

Rafli memandang Kevin lama, kemudian tersenyum.

"Emm... enggak juga. Kamu, ada masalah?"

Seketika Kevin diam, langkahnya bahkan terjeda selama beberapa detik. Sebelum kembali mengikuti Om Rafli yang sedang menuju kedai es.

"Inget nggak kamu dulu suka banget es krim? Mama kamu sering ngelarang, dia takut penampilan anaknya jadi jelek kalo gigi kamu rusak. Papa kamu ikut-ikutan aja apa kata Mama kamu. Jadi, cuma Om yang selalu jadi penyelamat kamu."

Kevin terus menyantap es krimnya, namun sang telinga masih bekerja dengan baik untuk mendengarkan.

"Nggak kerasa, sekarang kamu udah sebesar ini. Ponakan Om udah gede."

Kevin mulai paham, ada sesuatu yang disadari Om-nya.

"Tante udah cerita ya?"

Rafli mengangkat sebelah alis. Memberikan ekspresi bertanya. Namun, Kevin malah semakin yakin jika pria itu telah mengetahui semuanya.

"Tante kamu cuma ngasih tahu. Ceritanya belum. Nah, sekarang Om minta kamu yang cerita."

Kevin menghela napas panjang, kemudian mulai bercerita dari awal hingga akhir. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Kevin mencoba jujur, sejujur-jujurnya.

"Maaf, Om." Epilog Kevin di akhir cerita.

"Om maafin."

Kevin mendongak seketika.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REFLECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang