01 | • Erlando Kevin Abimanyu

53 2 0
                                    

🌻 🌻 🌻

Seperti hari-hari sebelumnya di jam yang sama, Kevin akan bergelut dengan buku tebal berisi soal-soal latihan. Beberapa kali terdengar decakan nyaring ketika mendapati hasil perhitungan yang ia lakukan tidak sesuai dengan pilihan jawaban.

"Otak lo udah panas, Vin. Tuh, asapnya bisa gue lihat dari halaman depan." Suara itu terdengar dari ujung ruangan. Brian menyeringai memasuki pintu kamar Kevin.

Kevin mengangkat sebelah alisnya. "Halu?"

Bukannya tersinggung, Brian semakin melebarkan senyum mendapati reaksi tersebut. "Gabung kuy sama yang lain."

"Kemana?"

"Ada balapan, di by-pass deket sekolah."

"Lo ikut?"

"Ikut dong. Kan mau ngalahin lo lagi."

"Bangsat!" Kevin segera menendang kaki Brian kuat hingga laki-laki itu mengaduh lalu bergeser menjauh.

"Lumayan. Kata Aldo kalo bisa ngalahin lo lima kali berturut-turut, ninjanya buat gue," jawab Brian di tengah desisan menahan rasa sakit.

"Harga diri anjir."

Brian tergelak. "Yaudah sih, ikut aja. Bisa jadi kan malem ini lo mujur." Saat Kevin akan menjawab, Brian segera menimpali. "Mujur jadi runner up lagi maksudnya."

Kevin melotot kesal. Bolpoin ditangannya seketika melayang membidik punggung Brian yang sedang berlari kabur.

🌻

Seperti perkiraan, Brian kembali menjadi juara. Membuat Kevin yang selama ini tersohor sebagai raja balap, harus terancam turun tahta.

"Sekali lagi lo ikut dan menang, gue bunuh lo," ketus Kevin melihat senyum cerah terurai dari bibir Brian. Sedangkan yang lain hanya terkekeh mendapati raut kesal sang sahabat.

"Elah... performa lo aja yang turun. Udah nggak ngobat, sih. Vitaminnya jadi kurang," ledek Aldo.

"Lo kira biaya rehab murah? Cukup buat nyokap gue jantungan sekali. Ogah lagi. Makin serem rumah gak ada dia," jawab Kevin sembari curhat.

"Halah, anak mami."

"Lah, emang lo lahir dari batu?!"

"Udah... kayak anak TK aja lo-lo pada. Tuh Al, dengerin Kevin. Kevin sama Brian aja bisa bersih. Masak lo masih nyicip. Sakau baru tahu rasa." Gio melerai, sekaligus mengingatkan Aldo yang tak kunjung bertaubat.

Dari mereka berempat, Gio lah yang paling waras. Pemikirannya paling lurus. Khas anak baik-baik yang tidak tertarik dalam dunia gelap seperti seks bebas dan narkotika. Iman Gio juga paling kuat. Sehingga, meskipun dikelilingi setan-setan laknat seperti ketiga sahabatnya, kehidupannya tetap terjamin dan berpotensi cemerlang.

Beberapa bulan yang lalu, mereka sempat ditawari sabu-sabu oleh teman sepermainan. Dan tentu saja; Kevin, Brian, serta Aldo tergiur untuk mencoba. Tetapi, kebodohan Kevin membuat pria itu tertangkap basah oleh kedua orang tuanya. Mama Kevin sempat mengalami serangan jantung saat mengetahui sang putra seorang pemakai. Keadaan semakin kacau ketika beliau harus dirawat intensif di rumah sakit.

Melihat akibat menyeramkan yang ditimbulkan, membuat Brian dengan sadar dan sukarela berhenti mengkonsumsi. Meski rasa ingin untuk mencoba lagi terkadang cukup membuatnya kelimpungan. Tapi dia berhasil melewati fase transisi tersebut.

Kini, tinggal Aldo yang masih menjadi pengguna. Meski sudah beberapa kali diingatkan, namun kesadarannya belum mencapai cahaya ilahi.

"Insaf Bro," tambah Brian dengan tepukan di pundak.

REFLECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang