🌻🌻🌻
Setelah sampai, Kevin melihat mobil yang terparkir di depan carport. Sepertinya, kedua orang tua Shalsa sudah tiba. Kevin menghentikan motor tepat di halaman rumah Shalsa. Gadis itu segera turun dengan melepas helmnya kemudian menyerahkan kepada Kevin.
Pria itu mengantarkan Shalsa hingga di depan pintu. Shalsa mempersilakan Kevin, dan tidak berniat menahan laki-laki tersebut untuk bertemu orang tuanya.
"Ma... Pa... Shalsa pulang."
Sepasang suami-istri berjalan beriringan dari dalam ruangan. Menyambut sang putri.
Keduanya tampak tertarik. Ini kali pertama Shalsa diantar hanya berdua dengan seorang laki-laki. Biasanya, putrinya akan berdampingan dengan minimal salah satu dari kedua sahabatnya.
"Wah... siapa ini?" Sinta—ibu Shalsa—bertanya dengan nada ingin tahu yang pekat.
"Selamat malam Om, Tante... saya Kevin. Temennya Shalsa." Kevin memperkenalkan diri.
"Bener, cuma temen?"
Shalsa tidak berniat menanggapi, sedangkan Kevin memilih tersenyum kemudian mengalihkan obrolan agar tidak membuat mereka lebih canggung.
"Maaf Om, Tante... saya tadi nggak bisa izin langsung buat ajak Shalsa keluar, katanya Tante sama Om lagi di Bandung. Saya juga minta maaf, baru nganter Shalsa pulang semalem ini. Tadi niatnya cuma sampai sore, tapi tiba-tiba temen-temen ajak gabung ke acara mereka."
Shalsa sedikit panik saat Kevin membahas kepulangan mereka yang sedikit melewati jam malam. Namun, ia begitu lega ketika alasan yang Kevin katakan sama dengan apa yang ia beritahukan kepada orang tua lewat pesan teks tadi. Padahal mereka tidak membicarakan ini sebelumnya. Beruntung sekali bisa sepemikiran. "Shalsa udah chat ke Mama-Papa, kan, tadi."
"Iya... tapi lain kali lebih sorean aja ya pulangnya. Mama khawatir, tingkat kriminalitas di malam hari sekarang lagi tinggi."
"Baik Tante." Kevin merespon dengan anggukan sigap.
Setelah mengobrol sejenak, Kevin segera pamit pulang. Selain waktu yang tidak sesuai jam berkunjung, dia juga ditunggu temannya di tempat tujuan selanjutnya.
🌻🌻🌻
Pagi hari, Shalsa berangkat sekolah dengan keadaan lebih baik. Meski tidak sarapan, namun rasa mual yang beberapa hari selalu datang saat bangun tidur hingga akan berangkat sudah hilang. Mungkin efek obat dan vitamin yang diberikan oleh Dokter Runa.
Di dalam kelas, tepat pada bangku miliknya, terdapat kotak bekal dan minuman susu kemasan. Shalsa tentu saja tidak begitu heran mengetahui kemungkinan siapa yang melakukan hal tersebut. Namun, rasa takjub tidak bisa ia hindari.
"Tadi pak satpam nganter itu, katanya punya lo." Salah seorang siswi yang duduk tidak jauh dari tempatnya menginformasikan. Shalsa mengangguk, berterima kasih. Kemudian segera duduk.
Andyra dan Vellen tidak banyak berkomentar. Mereka mengerti, banyak urusan yang tidak harus diikut-campuri.
Shalsa mengintip sejenak isi dalam kotak bekal tersebut. Nasi dengan tumisan kangkung dan lima sampai delapan udang goreng dilumuri tepung. Melihatnya saja, perut Shalsa sudah berbunyi. Dia tidak bisa menunda lagi, masalah lapar yang tiba-tiba menyergap harus diselesaikan saat itu juga.
🌻🌻🌻
Bel istirahat berbunyi. Kevin meminta sahabat-sahabatnya pergi lebih dulu ke kantin. Sedangkan dia akan segera menyusul.
"May... basket mau turnamen?" Tanya Kevin mendekati teman sekelasnya yang menjadi ketua exschool basket.
Maya yang tadinya sedang fokus mengerjakan tugas, segera mendongak menatap Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION
Teen Fiction#LightSeries ~ 1 [ R E F L E C T I O N ] 🌻 Erlando Kevin Abimanyu 🌻 Shalsabilla Renata Abyasa Kata kuncinya hanya satu. Kevin tidak suka ribet, Shalsa juga. Cukup dari hal tersebut, mereka tampak mirip. Tampak serupa. Tampak sama. Sehingga dapat d...