13 | • Melindungi

12 1 0
                                    

🌻🌻🌻

Sesampainya di arena balap, Kevin segera mencari keberadaan Shalsa. Warna pakaian mencolok di antara warna monokrom yang gadis itu kenakan sangat memudahkan Kevin untuk menemukan. Pria itu sedikit berlari menghampiri, setelah dalam jangkauan, Kevin segera menggenggam tangan Shalsa. Membuat gadis itu seketika berhenti dan berjengit.

"Sama gue."

"Tapi yang lain—"

"Atau pulang?"

Shalsa seketika menurut. Sudah sampai di sini, sayang jika dia harus pulang.

Kevin menggiring Shalsa menuju tempat penonton yang biasa dia dan sahabat-sahabatnya tempati.

'Wihhh bidadari lewat cuy...'

'Cewek...'

Mungkin gandengan tangan yang dilakukan Kevin pada Shalsa tidak terlihat, sehingga banyak laki-laki tetap menggoda gadis itu sepanjang jalan. Bahkan salah satu dari mereka tidak segan menyentuh lengan Shalsa. Dan hampir saja ada tangan yang nyaris menoel dagunya jika gadis itu tidak reflek bersembunyi di dada Kevin. Membuat jarak mereka benar-benar hilang tak bersisa.

Kevin yang terkejut segera menatap gadis itu. Shalsa masih menyembunyikan wajahnya meski langkah kaki tetap berlanjut.

Tanpa bertanya, karena sedikit banyak Kevin sudah tahu situasi sekitar, tangannya perlahan melepas tautan mereka, kemudian merangkul bahu Shalsa, mempublikasikan kepemilikannya secara tersirat.

'Eh, punya Kevin. Sori, Vin... gue pikir Neng-nya jomblo.'

'Yang sekarang beda ya Vin... kayak ada manis-manisnya.'

'Kalo udah end, kabar-kabar ya Vin.'

'Suka bekasan Kevin lo?'

'Gapapa deh, yang ini tipe gue banget.'

'Wadidaw.'

Semua seruan-seruan itu hanya dianggap angin lalu oleh Kevin, sedangkan Shalsa gadis itu bergidik melihat bagaimana sifat ekspresif dari para remaja tersebut.

Tempat yang Kevin tuju, merupakan pagar yang digunakan barisan penonton paling depan. Shalsa mengikuti Kevin duduk di samping laki-laki itu. Wajahnya fokus pada sirkuit, tampak tertarik dengan barisan motor ninja yang serupa seperti milik Kevin. Di sana, setiap peserta sedang merongrong kendaraannya, seakan sedang beradu mana yang terlihat lebih mendominasi.

"Lo nggak ikut?" Shalsa bertanya pada Kevin yang secepat kilat menggeleng singkat.

"Kenapa?"

Laki-laki itu tidak merespon. Hanya menatap sekitar dengan pandangan santai.

"Sana turun. Gue pengen liat lo balapan."

Jelas saja, ucapan Shalsa itu membuat Kevin mengangkat sebelah alisnya heran.

"Anak lo kayaknya cowok deh, Vin. Semua tentang lo dia suka. Padahal gue dulu ngeri liat beginian. Tapi sekarang rasanya seru aja."

Kini pria itu mengerutkan kening tidak suka. Bukan tidak suka atas jenis kelamin yang tiba-tiba dideklarasikan Shalsa, melainkan pernyataan 'suka semua tentang dia'. Tidak, Kevin tidak setuju jika anaknya sama nakalnya dengan dirinya.

"Sana turun. Anak lo nanti pasti jago balap."

"Jangan."

"Kenapa?" Shalsa memandang Kevin tertarik.

"Dia cuma boleh ngewarisin kepinteran gue, yang lain mirip lo aja."

"Maksud lo, gue nggak pinter?"

"Pinter. Tapi lebih pinter gue."

REFLECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang