6. Dibawah nama yang sama

177 25 2
                                    

Happy reading





"Bagaimana rasanya?apa menyenangkan?"

Jevon menatap jenuh pada seseorang yang duduk disampingnya ini. Jevon sudah antisipasi jika ia akan diundang masuk ke ruangan ini. Ruangan dimana hanya boleh diisi oleh anak-anak kasta kelas atas. Disekolah ini memang terdapat satu ruangan untuk mereka.

"Jangan tegang begitu,tenanglah..kami mau berteman denganmu." Ucap Frederick yang menurut jevon cukup disegani oleh yang lain.

Di ruangan ini cukup luas dan terdapat beberapa kebutuhan seperti bar minum, makanan, dan beberapa game yang membuat anak-anak ini tidak perlu turun ke bawah kantin.

"Harus bagaimana berkenalan, nama belakangmu itu Handara atau Terivantio?" Ujar danes sedikit meremehkan. Sementara yang duduk disampingnya adalah riyora dan bastian. Ah shit...

"Gw seperti merasa tertipu oleh jeremy, dengan wajah angkuhnya dia mengatakan dia lah pewaris nomor satu Terivantio." Frederick berjalan mendekati jevon dan berhenti didepannya.

"Lantas kenapa? Tidak ada ruginya buat lu." Jevon angkat bicara, buang waktu jika dia berada disini, dia mau ke teman-temannya.

"Benar...tidak ada ruginya, hanya saja jeremy mungkin akan menanggung malu, adikmu itu.." Frederick menggantungkan kata-katanya.

"Buang-buang waktu mendengarmu." Potong jevon dan memilih langsung pergi dari sana. Persetan dengan anak-anak aristokrat itu. Jevon merasa ia benar-benar tidak cocok dengan lingkungan yang ada.

Sekolah ini begitu luas, ramai dengan siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Namun yang dihormati dan disegani hanyalah mereka yang berdiri paling tinggi diatas harta dan kekuasaan.

Melihat jevon, orang-orang merasa jevon seperti mendapat tangga dari surga untuk mencapai semua itu, walau sebenarnya dari awal inilah garis takdirnya.

Jevon membuka pintu kelas, bahkan kelasnya pun berubah. Tidak lagi seperti dulu.

"Kamu pasti sudah melihat daerah Frederick." Ucap runa sesaat setelah ia duduk disampingnya. Jevon bingung menanggapinya dengan apa. Kenyataan bahwa ia tidak tertarik dengan keistimewaan itu.

"Wajar lu tidak menyukai itu, kita juga tidak menyukainya. Muak dengan wajah tuan-tuan dan nona-nona muda itu." kata si troy sambil menghembuskan nafas membuka buku pelajarannya.

"Je.. lu gapapa? Wajah lu pucat."

Jevon menggelengkan kepalanya, walau keringat terus membasahi dahi dan pelipisnya.
"Gw khawatir sama mama arisya.. bagaimana kalau benar dia dicurigai?"

Runa menepuk pundak jevon, menenangkan sahabatnya itu. "Tenang! Jangan panik.. kita tidak bisa meninggalkan area sekolah begitu saja."

Tidak lama ada seorang guru yang masuk ke kelas mereka. Aneh pikir mereka, mengapa guru BK yang jarang sekali mendatangi kelas kini datang dengan tiba-tiba.

"Perintah dari kepala sekolah. Kelas ini akan diacak kembali siswanya.."

Sorakan dan protes tidak setuju pun dilayangkan oleh seisi kelas. Apa-apaan pikir mereka, mereka sudah kelas 11 masa iya diganti beberapa orangnya.

"Kepsek gabut atau apa sih?" Protes juan kepada teman-temannya.

"Yang protes bisa menghadap langsung pada kepala sekolah."

Semuanya langsung diam, berurusan dengan kepala sekolah itu menyebalkan dan merepotkan. Tentu kepala sekolah tetap memiliki kekuatan di daerahnya ini.

Memakan waktu satu jam untuk mengacak dan mengurutkan lagi, membagi menjadi tiga kelas. Sangat amat disayangkan karena jevon terpisah dengan beberapa sahabatnya.

The lost Heir : Season 1 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang