32. Jackpot

95 23 6
                                    

Happy reading



"Mustahil dia ga kenal wajah gw, Jes!"

"Of course! Salah lu yang memutuskan tanpa meminta saran gw."

"Fine, i'm sorry, bagaimana sekarang?!"

Sudah setengah jam berlalu oleh dua anak adam yang debat. Keduanya frustasi bagaimana caranya menemui Basagita di tempat yang ternyata juga akan dikunjungi rutin oleh Jenina.

Mereka tidak punya orang yang kompeten untuk bersandiwara didepan wanita cerdas seperti Basagita.

"Berharap pada kemungkinan kecil. Kita pikirin nanti." Final Jesren mengakhiri perdebatan mereka berdua. Keduanya pun keluar dari kamar dan berpapasan dengan Jeremy.

Jeremy berhenti membuat Jesren dan Jevon otomatis juga berhenti.

"Kalian jadi sangat akrab, mengesankan membuat Jesren menapaki mansion ini hanya demi lu."

Namun Jevon tidak ada niat untuk berlama-lama, berada didekat apalagi sampai membuka percakapan dengan dua adik laki-lakinya hanya membuat Jantungnya bertambah sakit.

"Pujian yang bagus." Hanya itu yang ia ujarkan untuk Jeremy.

Jeremy menundukkan kepalanya lalu melirik ke belakang dimana dua orang itu pergi berlalu.





Flashback on

Kehidupan Jeremy sedikit berubah akhir-akhir ini. Dia tidak lagi menghabiskan waktunya di klub malam atau menghamburkan uang di perjudian.

Dia mulai serius menata pendidikannya dengan datang ke berbagai seminar atau acara pertunjukan amal yang keluarganya buat.

Selain itu alasan ia menjaga image adalah karena ia tahu gerak-geriknya sedang diawasi oleh orang-orang Christian. Dia tidak ingin lagi menambah perilaku buruk.

Hingga ia bertemu dengan Gordi. Salah satu om nya, Anak ketiga sekaligus bungsu dari Horgen dan Helena. Ayah dari Rafael dan Titian.

Mereka berbincang satu sama lain dengan durasi waktu yang tidak disadari.

"Kamu jadi rajin akhir-akhir ini ya. Apakah ada sesuatu yang sedang kamu kejar?"

"Apa?... Tidak, tidak ada." Jawab Jeremy.

"Oh benarkah?.. polos sekali." Balas Gordi membuat Jeremy menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya. Mereka berdua tidak lagi fokus pada acara yang ada di depan mereka.

"Harusnya dengan adanya kehadiran Jevon, kau bisa membangun sebuah image yang baik. Entah itu berpura-pura baik atau membuat pertahanan."

Jeremy tertawa kecil lalu mengutarakannya. Bahwa dia tidak khawatir atau takut sama sekali dengan eksistensi dari Jevon. Jevon bukanlah sebuah ancaman untuknya.

"Bagiku.. Jevon hanya selayaknya boneka pajangan. Sampai kapan mama papa mengelusnya, pada akhirnya mereka hanya akan mengantarkan ia pada pemakaman."

Dan kali ini Gordi yang tertawa terbahak-bahak sampai tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya. Tapi Jeremy tidak suka tawa itu, penuh remeh dan menjengkelkan.

"Berpikirlah pintar Jeremy. How can.. bocah seperti mu adalah anak kakakku. Jevon adalah ancaman bagimu. Tidak peduli dengan kesehatannya, Jenina lebih menaruh hatinya untuk dia. Papamu? Aku tidak pernah melihat dia mempercayakan satu pun tanggung jawab padamu.

Terlihat jelas Jevon akan memenangkan hati papa dan mamamu. Teruslah meremehkannya sampai suatu hari Jevon menunjukkan taringnya di hadapanmu dan kamu tertusuk oleh taring itu."

The lost Heir : Season 1 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang