21. Lavender di atas Pohon

149 23 2
                                    

Happy reading

"Serius? Demi apa anjir Minggu depan ujian kenaikan kelas?"
Ucap Jevon yang tak sadar bahwa waktu berjalan dengan cepat. Ia masih memandangi kalender bulan itu.

"Makanya kalau di kelas jangan ngelamun!" Runa yang memang sudah lama ingin menegur pun akhirnya terlaksana, dilemparkannya keripik kentang yang ada di dekatnya kepada jevon.

"Ngelamunin apaan?" Tanya si Troy yang malah asik membaca komik-komiknya. Lain hal nya dengan bima yang asik memakan donat dan juan yang fokus dengan game.

Mereka sekarang itu lagi nikmatin minggu siang yang cerah di sebuah cafe milik sepupunya juan.

"Ga usah panik kali jev.. dari awal kan lu sudah terlahir cerdas!" Kata si troy.

"Lagian samping lu ada runa, tenang aja." Lanjutnya dan runa menampar paha troy tepat disampingnya.

"Maksud kamu jevon nyontek ke aku gitu? Dih sorry ya tuan muda. Ga bisa kalian nyontek meski bayar aku dengan satu pulau." Ya runa memang pelit sama contekan. Gadis itu selalu mengamankan nilai-nilainya diatas rata-rata.

"Semenjak tinggal bersama keluarga baru. Gue diwajibkan bisa banyak bahasa. Pusing sih.. pelajaran gue yang lain jadi keteteran. Dulu seharian gue sibuk kerja tapi gue merasa baik dengan pelajaran tapi kenapa sekarang keseharian gue yang cuma belajar malah membuat gue kewalahan ya?aneh." Curhatnya jevon kepada teman-temannya ini.

"Menurut gue kayaknya lu terlalu dibawa beban jev, pasti ada satu hal yang buat lu ga nyaman dan makanya ganggu fokus lu." Bima menuangkan pendapatnya sekaligus menuangkan sekaleng soda ke gelasnya.

"Ga nyaman apaan anjir? Mak bapaknya ini udah kasih fasilitas bintang tujuh! Guru privat ada! Tempat nyaman ada! Makanan enak selalu! Ga nyaman dimananya?" Sembur troy yang merasa perkataan bima tidak tepat sama sekali.

"Santai aja dong, matanya ga usah melotot terus bibir monyong gitu." Juan mengomentari ekspresi troy saat ini.

"Orang-orangnya.." tiba-tiba saja bima kembali menyeletuk. Keempat yang lain langsung menoleh ke arahnya seolah meminta melanjutkan ucapan.

"Serius deh gue sebenernya udah lama pengen banget senggol masalah ginian, tapi gue ga berani karena takut jevon risih. Tapi mumpung lagi bahas ginian nih..

... Kalian merasa karel terlalu fokus sama jevon ga sih?"

Hening diantara kelimanya meskipun suasana cafe cukup ramai. Troy sudah bersiap untuk membalasnya lagi namun bima buru-buru memotongnya.

"Iya gue tau karel kerjaannya ya emang 24/7 sama jevon. Cuma ya.. mungkin salah satu alasan jevon kewalahan ya karena karel. Karel yang selalu atur jadwal lu, buku-buku lu, pekerjaan rumah lu, kayak.. sebenarnya lu bisa nolak mapel itu tapi karel kayak mendorong lu untuk sibuk ke hal itu."

Kalau kalian tanya apakah ada karel disekitar mereka? Jawabannya tidak. Karel sedang tidak disekitar jevon, pagi tadi karel izin untuk pergi bersama dengan temannya. Teman yang mana jevon pun tidak tahu, jevon tidak ada niat untuk bertanya lebih lanjut.

"Udahlah bim... Ga ada yang aneh. Karel memang profesional sama kayak ayahnya. Ga usah nambah beban pikiran gue."

Juan menepuk lengannya. Jevon menoleh ke arahnya. "Ga usah capek-capek, ga lucu kalau nanti lu ikut ulangan susulan."

Mereka pun kembali pada perbincangan biasa mereka, sampai akhirnya tatapan mata runa menangkap seorang yang sepertinya ia kenal tengah memperhatikan jevon.

Orang itu sepertinya sudah tahu jika ia dilihat oleh runa makanya segera pergi. Runa buru-buru menarik tangan jevon. "Dia bukannya teman kelas kita ya jev?" Jevon menoleh ke arah yang ditunjuk oleh runa. Sekilas ia melihatnya.

The lost Heir : Season 1 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang