End

9.4K 779 136
                                    

E n j o y r e a d i n g
With Ri♡



"Jeno selamat anakmu tampan sepertimu. Dia benar-benar berwajah malaikat Jen.!"

Saat itu operasi baru saja selesai dilakukan, bayi dan Jaemin selamat. Jaemin juga sudah sadar. Bayi mereka ada di gendongan mertuanya.

Jeno sangat bahagia melihat reaksi orang-orang yang dulu hampir ia kecewakan kini benar-benar sudah berakhir. Jaemin membawa malaikat kecil ditengah-tengah keluarga itu.

"Dia mirip seperti ibunya," ucap Jeno sembari mengecup kening istrinya yang terbaring di kasur rumah sakit dengan senyuman teduh.

"Lihat Jaem, malaikat kita membawa kebahagian!"

Jaemin tersenyum teduh. "Terima kasih telah menjagaku sampai anak kita lahir!"

Jeno dan Jaemin akhirnya bahagia dengan kehadiran putra mereka.

----

Setidaknya itulah mimpi Jeno begitu diberitahu tentang kehamilan Jaemin. Namun kenyataannya,

"Maaf Jen, Jaemin keguguran. Dan kondisi Jaemin krisis. Aku minta maaf hiks!" Somi menangis tersedu -sedu saat itu, benar-benar menyesal tidak bisa menyelamatkan bayi di kandungan Jaemin.

Pada awalnya memang kehamilan pada seorang pria itu tidak normal kan, apalagi gara-gara tusukan yang merobek besar janin itu saat belum waktunya, mau tidak mau Somi harus melakukan pengangkatan rahim, yang mana agar Jaemin selamat.

Dan dengan itu, Jaemin tidak bisa hamil lagi.

"Maafkan aku!" Somi terus menangis.

Tatapan Jeno kosong, kebahagiaan nya berangsur menghilang. Jeno menangis dalam diamnya, tidak sanggup membayangkan bagaimana rahim Jaemin di angkat dan anaknya yang masih berupa janin itu harus menghilang begitu saja. Padahal Jeno selalu berharap melihat Jaemin dengan perut besar dan tendangan-tendangan kecil dari bayinya.

Sekali lagi. Jeno kecewa dan itu semua karena dia.

"Aku terpaksa mengangkat rahimnya, jika tidak. Kemungkinan besar di hamil keduanya, Jaemin hanya akan meregang nyawa!"

Somi masih tidak tahu apakah Jaemin sekarang bisa selamat atau tidak. Selain kehilangan darah begitu banyak, kehamilannya lah yang menyebabkan dia kritis sekarang. Somi akhirnya memilih pergi meninggalkan Jeno yang berdiri kaku dan seperti terlihat tidak memilki nyawa lagi.

Apa yang harus Jeno lakukan sekarang? Dia tidak tau dan bingung. Jeno tersesat dengan pikirannya, hingga tubuhnya lemas dan oleng.

"Appa baik-baik saja?" Hara yang baru datang dengan berlari dengan sigap menadah ayahnya yang terlihat sangat frustasi. Hara membawa ayah nya itu duduk.

"Jaemin eomma baik-baik saja kan Appa?"

Mendengar itu Jeno semakin merasa buruk. Kenapa hidupnya tidak pernah berjalan baik-baik saja? Kenapa disaat dia hampir bahagia, justru lagi-lagi Jeno mengalami hal buruk lagi.

WHY HE?  [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang