Tujuh Belas: Olahraga

7 3 0
                                    

"Sayang, are you good?" Aku menoleh ke arah Luke yang sedang menyiapkan makan malam untuk kami di meja makan. Dia terlihat bengong saat melihat penampilanku. Aku memang jarang olahraga. Jadi wajar saja jika Luke merasa aneh dengan tindakanku yang tiba-tiba saja ingin berolahraga.

"What?" Tanyaku jutek. Aku tidak suka jika ditanya-tanya kenapa aku tiba-tiba ingin olahraga. Aku tidak suka jika diperhatikan saat olahraga. Intinya aku malu. "Are you working out?"

Aku melirik kanan dan kiri, "Yeah." Jawabanku lebih terdengar seperti pertanyaan. "Is everything okay? I mean, you don't really into work out."

"I just wanna start healthier."

"Is that it? Come on, sayang. You can always tell me everything. Was something bad happen?" Aku diam sejenak dan dia terus menatapku. Aku tau arti tatapan Luke saat ini, dia tak mau aku menyembunyikan sesuatu padanya. Bagaikan perintah, aku pun menjelaskan apa yang terjadi semalam—saat Calum mabuk.

"Last night when you and Calum were drunk, he thought i was Talica and he told me to lose some weight." Jelasku dengan perasaan kesal dan malu yang bercampur aduk. Luke meletakan makanan yang sedang ia siapkan dan meninggalkannya begitu saja di meja makan, ia berjalan ke arahku. Menarik kepalaku ke dalam dekapannya dan mengusap bagian belakang kepalaku lembut.

"He was drunk, don't take it personal." Getaran di dadanya saat dia bicara membuatku merasa semakin nyaman. "I know. But also i want to look good for you and for myself."

"You alread do, sayang." Ia mendorong pelan tubuhku melepaskan pelukannya. Ia membungkuk dan meremas kedua pundakku pelan. "Hey, i'll support you but you have to remember. Don't do it for what people think about you. I want you to do this for your health. You don't need to be smaller, lose some weight..., the point is working out is an important thing in human's life. All you have to do is do it everyday. Well,, maybe 5 times a week or we can do it every weekend. We can do this together."

Aku menatapnya dan mulai membayangkan tubuhku yang kelelahan dengan bercucuran keringat, belum lagi napas yang tersenggal-senggal. Can i do it?

Tentu saja aku ragu. Di tubuhku yang sebesar babon ini pasti akan sulit. Tapi jika aku tidak memulainya... bagaimana nanti saat malan pertama?! Yaelah masa cuma satu ronde. Bentar pula karena keburu ngosngosan. Baik, jika kesehatan dan penampilan tidak membuatku cukup terpacu untuk melakukan olahraga, maka motivasi utamaku adalah sex.

"Okay?" Luke mengangkat kedua alisnya menunggu jawaban karena sedari tadi aku diam. "Okay."

"Good. So now... im going to change my outifit and we're going to work out together. Wait for me." Ia mencolek ujung hidungku jahil sebelum berlari ke kamarnya. Sambil menunggu bocah itu mengganti baju, aku mulai memilih video olahraga apa yang bisa kulakukan di youtube. Mungkin sebaiknya aku memilih olahraga dengan intesitas yang rendah karena aku jarang sekali berolahraga.

Jadi aku mulai mengklik video itu dan pas sekali dengan Luke yang keluar dari kamarnya hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan. Ganti baju apanya? Yang ada buka baju, anak gantengggg

"And im ready. You ready?"

"Yea." Tanpa basa basi aku langsung menekan tombol play sehingga video YouTube pun diputar. Aku dan Luke berusaha mengikuti setiap gerakan dengan hitungan yang sesuai.

Di menit pertama biasa saja, tapi sedetik kemudian pahaku rasanya mulai terbakar, lengan bagian atasku juga. Aku sudah mulai tersenggal. Apakah tidak ada gerakan yang lebih santai dari ini semua?

Belum lagi kaki panjang Luke yang kadang menendangku—membuatku terjungkal. Tapi aku tidak menyerah. Aku kembali pada posisiku dan berusaha melanjutkan gerakan dalam video dengan nyawaku sebagai taruhannya.

Lukman 2020: Kembalinya Aku ke AustraliaWhere stories live. Discover now