Sembilan: Am I a Virgin?

20 4 13
                                    

"So gimme your phone!" Ia pun meraih ponselnya yang terletak di samping laptop dan memberikannya padaku tanpa menoleh sedikitpun. Aku pun langsung menerima benda pipih itu dan membuka kuncinya, memasuki Youtube dan keningku sedikit mengerut saat melihat deretan beranda Youtube Luke.

What the heck! Kenapa isinya lawakan Sunda semua?! Emang dia paham?

"Luke? Why does your youtube full of sundanese comedy?" Tanyaku dengan nada tinggi di akhir kalimat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Luke? Why does your youtube full of sundanese comedy?" Tanyaku dengan nada tinggi di akhir kalimat. Kali ini Luke menoleh dengan keningnya yang semakin mengerut. Ia beranjak dari posisinya, menghampiriku untuk melihat isi youtubenya.

"Oh, that woman. Your parents always watch em on my phone while i was at your house." Jawabnya santai sembari kembali menuju tempatnya semula. "And do you understand what these all about?" Ia menggeleng tanpa menoleh. Ini, aku kesal jika Luke sedang belajar. Ia tidak begitu perhatian padaku dan aku kesal akan itu.

Jadi aku berpikir sejenak untuk mencari perhatiannya. "Um, babe? I think im not a virgin anymore." Cicitku pelan dan benar saja! Luke langsung menoleh dengan tatapan yang sangat tajam. "Why do you say that? I never load my gun in you."

"But the tampon did and it was really hurt. So i think im not a virgin anymore." Kupikir Luke akan berpikir hal yang sama, tapi ternyata tidak. Dia justru terbahak hingga melemparkan kepalanya ke belakang seperti anak kecil, lalu melangkah ke arahku, duduk disampingku dan kedua tangannya menarikku dalam satu gerakan hingga punggungku berada di dadanya. Ia masih tergelak dalam tawanya seolah-olah aku telah melontarkan sesuatu yang sangat bodoh.

Ia meremasku dalam dekapannya—sedikit sesak. "Abel, i really adore you! You're such an innocent girl!!" Ia masih tertawa disana dengan tangannya yang semakin mengerat, membuatku semakin sulit bernapas. Tapi untungnya ia segera merenggangkan dekapannya, menggerakan kedua lengannya untuk menangkup kedua pipiku, senyumnya mengembang dan berkata "You're not gonna be a virgin only if someone's dick get in. And no one ever get in your pussy. That tinny tampon didn't lose your virginity, Abel. You're fine." Ia menjelaskan itu semua dengan matanya yang terkunci padaku, seperti sedang memberitau anak kecil bahwa dia akan baik-baik saja.

Tentu saja, mendengar penjelasan Luke seperti itu membuatku malu bukan main. Aku benar-benar tidak tau mengenai masalah keperawanan atau semacamnya. "Get some room please, Mr. Hemmings." Suara seorang wanita terdengar, itu pasti dosen pengajar. Luke nampak kaget dan segera beranjak ke arah laptopnya, menekan tombol unmute dan berkata "Im so sorry, it won't happen again. Continue, please."

Sedangkan aku disini masih menunduk malu, tak berani untuk menoleh ke arah Luke. Jadi aku kembali meringkuk di kasur Luke yang besar dan kembali menonton youtube. Jemariku mulai mengetik cinnamon rolls dengan resep yang sangat mudah. Lalu youtube pun menampilkan deretan resep cinnamon roll, namun pilihanku jatuh pada satu video Tasyi Farasya—menuntun jariku untuk menyentuh video itu dan menyimaknya.

Aku tertarik dengan resep ini karena Tasyi menyajikan cinnamon roll rasa roti sobek. Aku penasaran bagaimana rasanya itu, liurku mengental—aku menginginkan cinnamon roll itu! Dimana aku bisa mendapatkannya? Tunggu dulu, membuat kue akan mengisi waktu selama karantin. Jadi, untuk apa aku membelinya?

Lukman 2020: Kembalinya Aku ke AustraliaWhere stories live. Discover now