Delapan: Kaos Dalem Luke as Pad

18 4 3
                                    

"Aww Luke, sakit!!!" Rintihku sembari meremas pergelangan tangan Luke, membuatnya panik dan menghentikan kegiatan menyikat karpet itu untuk memberikan perhatian seutuhnya padaku. "Can you get me a pad? I've never wear tampon before and it hurts and i don't want it down there." Aku merengek dan mulai menangis. "What? That tiny thing hurts you? Dang, alright. I'll get you some. Can you take it off?"

"What?! I can't take it off if i don't have pad!" Pekikku kesal dengan pertanyaan bodoh Luke. Tapi dia justru beranjak ke kamarnya tanpa berkata apapun, ia kembali dengan membawa kaos dalam miliknya yang sangat jarang ia gunakan. "Here, wear this at least untill i get you some pad, okay?" Ia memberikan kaos dalamnya itu padaku sebelum kembali lagi ke kamarnya untuk mengganti celana dan pergi membeli pembalut. Yakali pake kaos kutangnya dia, ga tega cuy. Tapi apa boleh buat dah.

Jadi aku pun berjalan perlahan menuju kamar untuk mengambil celana dalam, ke kamar mandi masih sambil menangis, kembali berjongkok dan mempersiapkan mentalku sejenak sebelum menarik sekaligus tampon yang menyakitkan itu. Aku masih perawan ga sih pake ginian?

Lalu kulipat kaos dalam Luke hingga menjadi persegi panjang dan meletakannya pada pertengahan celana dalamku. Rasanya ini jauh lebih nyaman dibandingkan saat memakai tampon tadi. Langsung kurapatkan kedua pahaku setelah mengenakan celana dalam, ini sangat nyaman. Aku mengambil tampon tadi, beranjak dan membuangnya ke tempat sampah. Aku segera kembali untuk melanjutkan pekerjaan Luke tadi: menyikat karpet. Agak sulit untuk menghilangkan noda darah yang terbilang banyak ini, tapi bagaimanapun caranya noda ini harus hilang.

Luke datang bersamaan dengan noda darah yang mulai memudar di karpet. Luke menghampiriku, memberiku satu bungkus pembalut dan menyuruhku untuk segera memakainya. Aku pun beranjak ke kamar mandi dan mengganti kaos dalam Luke dengan pembalut. Lalu kukucek kaos dalam Luke sampai bersih, setidaknya sampai noda darah itu menghilang dan aku akan mencucinya besok menggunakan mesin cuci.

Aku melangkah keluar, berjalan ke arah ruang tamu dan menemukan Luke yang sudah menggulung habis karpet tadi. "I'll take it to the laundry tomorrow." Ujarnya dan aku mengangguk. Luke melirik jam yang terpajang di dinding ruangan ini sebelum matanya kembali menatapku, "It's getting late now, go to bed."

Lagi, aku mengangguk dan menuruti kata-katanya. Berjalan ke kamar dan merebahkan tubuhku di kasir. Aku mencoba sebisaku untuk tidur, tapi kejadian tadi menguras rasa kantukku—membuatku kembali terjaga. Jadi aku memutuskan untuk mencoba mengigat pelajaran hari ini dan mencatat beberapa hal ke dalam buku catatanku. Ini adalah salah satu caraku untuk menguasai mata kuliah atau mata pelajaran saat aku masih sekolah dulu. Tapi saat aku mulai berkonsentrasi dan mencoba mengungat kembali, pintu kamar terbuka menunjukan wajah Luke yang sedang tersenyum hangat padaku. "I knew you're not sleep yet, your light's on." Ia menghampiriku dan mengusap-usap bahu hingga lenganku, "I even haven't kissed you goodnight." Ia mencium pucuk kepalaku, seluruh wajahku kecuali bibir dengan tangannya yang menutup buku dan menjauhkan pulpen dari tanganku. "Sleep, babe." Ia mengangkat dan meletetakanku di atas kasur. Ia tak henti-hentinya menciumi punggung tanganku, mengusap rambutku dan membisikan hal-hal manis.

Aku tau Luke sangat lelah. Kata lelah nampak jelas pada wajah tampannya, aku tau dia tidak akan tidur sebelum aku tidur. Tapi aku sama sekali belum mengantuk. Jadi, aku akan berpura-pura tidur. Dengan perlahan, kututup mata dan melemaskan badanku. Mencoba diam sejenak hingga akhirnya memiringkan tubuhku padanya, Luke masih disana mengusapi kepalaku. Tapi tak lama kemudian ia mencium keningku dan berbisik "I love you."

Kurasakan ia bangkit dari kasur, lalu aku mendengar jentikan saklar lampu dan pintu kamarku yang tertutup. Awalnya aku memang berencana untuk kembali belajar, tapi suasana kamar yang gelap dan tubuhku yang melemas ini membuat rasa kantuk itu hadit kembali. Luke benar-benar tau cara menidurkanku.

Lukman 2020: Kembalinya Aku ke AustraliaWhere stories live. Discover now