Siang ini seusai kuliah, aku dan Luke tidak merasa santai seperti biasanya. Hari ini adalah haru spesial karena Calum dan kekasih barunya akan datang! Calum sudah seperti kakakku sendiri, dan dia sudah lama melajang—ini sudah saatnya dia memiliki pujaan hati. Dan aku harap wanita itu adalah wanita yang baik—yang tidak akan menyakiti Calun seperti hubungan percintaannya beberapa tahun lalu. Aku dan Luke merasa sangat bersemangat dan tak sabar untuk menemui sosok Talica. Perutku rasanya melilit.
Semalam cinnamon rollsnya sudah jadi, tapi kami tidak memakan semuanya dan tidak memberikan glazed di atas permukaanya. Semalam kami memakan cinnamon roll dengan cara menyocolkannya pada glazed. Menyocol? Apaan dah? Pokoknya makannya dicocol gitu kek nyocol gorengan ke saos.
Jadi aku menyuruh Luke untuk menghangatkan cinnamon rolls kedalam microwave selama 2 menit dan mengeluarkan glazed dari kulkas. Setelah mandi, aku langsung berpakaian dan memeriksa ponselku yang bergetar.
From Calum:
Im on the way.Mataku membulat seketika. Luke belum mandi dan biasanya bocah itu menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi. Jadi aku meneriakinya agar segera mandi—persis seperti ibu-ibu yang menyuruh anaknya mandi. "Aight, babe!" Turutnya. Sedangkan aku segera menuju dapur untuk menata cinnamon rolls diatas piring dan membalur glazed di atasnya.
Luke keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk di sekitar pinggulnya—menutupi area intimnya dengan rambutnya yang masih basah. Jadi pengen cepet nikah biar bisa tau Luke gede ga ya???
Aku menggeleng, berusaha menghilangkan pikiran kotor itu dan berusaha menyibukan diri dengan mencuci mangkuk bekas glazed tadi. Dan beberapa menit kemudian, suara ketukan terdengat. Calum dan Talica sudah datang. Aku bergegas mengeringkan tanganku dan berlari menuju pintu depan sambil menyahuti Luke—memberi taunya bahwa Calum sudah datang. Kubuka pintu utama dan disana Luke berdiri disamping seorang wanita yang tingginya sama sepertiku. Rambutnya hitam sepertiku, matanya sipit dan kulitnya berwarna sawo matang. Dia tersenyum padaku, membuat matanya semakin hilang.
"Calum!" Pekikku dan berjinjit hendak memberinya pelukan, tapi dia mundur selangkah bersamaan dengan Luke yang menarikku—menahanku agar tidak memeluk Calum. Lah? Cemburu nih bocah?
"No hugging, sayang. Remember? Social distancing." Luke menatapku lembut sebelum akhirnya merangkulku. Luke benar, aku tidak boleh memeluk Calum sekarang. Rasanya aneh, karena memeluk Calum atau lainnya sudah menjadi kebiasaanku saat bertemu. Luke mengalihkan pandangannya pada Talica, ia tersenyum manis membuat Talica ikut tersenyum kembali. "And you must be Talica, eh?"
"Yeah." Talica menjawab dengan cengiran, memamerkan giginya yang gingsul dan menambah kesan manis di wajahnya. Aku jadi sedikit minder akan keimutan dan kemanisannya. Dari penampilannya, aku bisa melihat jika dia adalah gadis baik-baik. Aku harap begitu, kuharap dia adalah gadis yang cocok untuk Calum. "Come on in, guys! But please wash your hands, i'll show you where the kitchen is." Ujarku sambil mempersilahkan mereka masuk dan mengantarnya ke dapur.
Mata Calum menangkap cinnamon rolls yang sudah hilang dua gulungan di counter dan matanya sedikit kebingungan. "Cinnamon rolls? Where did you buy it? Are the bakeries open?" Tanyanya sambil membilas tangannya dengan air mengalir. "Nah, i baked it." Jawab Luke. "WE baked it." Aku menyanggah, tak terima dengan jawaban Luke barusan.
Lalu aku, Luke, dan Talica saling memperkenalkan diri. Awalnya Talica tampak malu-malu dan canggung—itu wajar menurutku, karna aku pun akan seperti itu jika diposisinya. Tapi lama kelamaan—ditambah dengan aku yang cerewet, berhasil membuat Talica menjadi dirinya sendiri. "Ah cape ah ngomong bahasa inggris, ngomong bahasa indo aja kali ya Tal." Ujarku dengan sedikit terkekeh. "Iya heueuh pegel. Ngomong indo aja, tapi kalo tuh dua bocah ga ngerti gimana?" Tanyanya.
YOU ARE READING
Lukman 2020: Kembalinya Aku ke Australia
FanficPetualangan Abel dan Luke selanjutnya.