Three: Kebongkar kan

13 5 2
                                    

"Where are we going?"

"You wanna know something i've been hiding from you? I'll show you now, sayang. And now all you have to do is sit tight."

Tidak ada suara kecuali musik yang tersambung pada ponselku. Luke tampak fokus pada jalan dan aku kalut di dalam pikiranku. Apa yang akan Luke tunjukan padaku? Hal apa yang ia sembunyikan? Aku takut jika itu akan membuatku membencinya dan harus menginggalkannya, aku tak mau. Aku tidak akan pernah meninggalkannya, jika kami harus berpisah maka aku akan menunggu hingga dialah yang meninggalkanku. Mobil Luke berhenti saat lampu merah dan saat itulah Luke memutar tubuhnya sembilan puluh derajat untuk menghadapku. Awalnya kukira dia akan berkata sesuatu, tapi dia justru menciumku. Aku tidak berontak, aku menikmatinya. Ini adalah ciuman kedua kami, dan kali ini ciuman kami berdurasi lebih lama sampai lampu merah berganti warna.

Lalu Luke berbelok dan membawa kami ke sebuah lingkungan perumahan mewah yang cukup bersih. "Luke, where are we going?" Aku kembali bertanya. "You'll see, sayang." Itu yang ia jawab, membuatku semakin penasaran. Tak lama, Luke memarkirkan mobilnya di salah satu halaman rumah. Rumah bercat cream dengan lampu kuning yang memberikan nuansa megah dan hangat.

 Rumah bercat cream dengan lampu kuning yang memberikan nuansa megah dan hangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Whose house is this?" Aku kembali bertanya saat turun dari mobil. Tapi Luke tidak menjawab, dia langsung berlari kecil menaiki anak tangga dan membuka pintu rumah itu—masuk tanpa permisi. "Come on in, sayang." Perkataannya bagaikan perintah, aku menurutinya.

Luke mulai berteriak memanggil mom dan dad. Tunggu, bukannya dia tidak tinggal disini? Luke tidak mungkin anak orang kaya. Luke pernah mengajakku ke rumahnya untuk bertemu Liz, tetapi rumahnya tidak disini.

Benar saja, aku melihat Liz dan Andrew menuruni anak tangga. "Oh honey, you're home!" Mereka berpelukan layaknya teletubbies. Aku tidak mau bergabung karena aku masih bingung dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Andrew dan Liz menyadari keberadaanku sehingga mereka berhenti berpelukan. Liz mulai berbisik kepada Luke dan Luke menjawabnya dengan senyuman "No, mom. We've been together for so long and i think it's time for her to know the truth about me, about us."

Lalu Luke mengajak kami semua mengobrol di ruang tamu, Liz juga menyiapkan teh hangat dan biskuit untuk kami. "What is this?" Itulah kalimat pertama yang aku lontarkan sejak memasuki rumah ini. Luke akhirnya menjelaskan bahwa dirinya bukanlah Luke yang berasal dari lingkungan sempit di Sydney, dia adalah seorang Luke Hemmings yang berasal dari perumahan elite di Sydney. Andrew bukanlah seorang karyawan kantor biasa, melainkan seorang konsultan sebuah perusahaan. Lalu Liz, dia tetaplah seorang guru matematika tetapi dia juga merupakan pemilik butik terkenal di Sydney: Above The Clouds Store.

Semasa remajanya, Luke tidak pernah menemukan wanita yang bisa tulus mencintainya. Para wanita itu selalu mencintai harta Liz dan Andrew. "Im not stupid. So i dumped 'em and i've had enough. And i got an idea on that moment to play role in my life." Luke memutuskan untuk meninggalkan semua kemegahan milik orang tuanya dan hidup mandiri, bekerja paruh waktu untuk menghidupi dirinya.

Lukman 2020: Kembalinya Aku ke AustraliaWhere stories live. Discover now