Dua Puluh: Mobil Hitam

6 2 2
                                    

Abel's POV
Hari-hari penat telah berlalu. Tak terasa aku sudah bekerja selama seminggu dan ini adalah weekend pertamaku setelah bekerja. Aku sudah bersiap dari semalam—Luke membantu menyiapkan barang-barang yang akan kubawa pulang ke apartment. Ia bahkan sempat berbelanja berbagai macam camilan untuk persediaanku. Padahal aku sudah bilang bahwa itu tidak perlu karena lusanya aku akan pergi ke Paris. Ya, aku akan pergi pada hari Senin.

Oh ya ampun! Apa aku sudah memberi tau kalian berita dari Calum? Belum ya? Baiklah, aku akan menceritakan sedikit kejadian beberapa hari yang lalu. Calum dan bopunk lainnya senang Arzaylea telah kembali karen mereka adalah sahabat. Tapi Calum menunjukan sifat munafiknya pertama kali dihadapanku. Dia tau bahwa Luke dan Arzaylea hanyalah sebatas sahabat, tidak lebih—karena tak satupun dari mereka yang bercerita padanya apakah mereka memiliki perasaan lebih terhadap satu sama lain.

Calum juga mencoba bertanya kepada Ashton dan Michael, tapi jawabannya nihil. Mereka memang terlihat lebih dekat, namun hubungan mereka tidak pernah lebih dari sekedar sahabat. Tapi di mata Calum, sesuatu ada yang beda. Pasti ada sesuatu di antara mereka, sayangnya Calum tidak bisa membuktikan itu.

Aku tidak ambil pusing karena aku percaya Luke. Jika memang mereka hanya sebatas sahabat...maka begitulah. Aku tidak akan mencurigainya lagi. Aku percaya sepenuhnya kepada Luke.

Oh iya, aku juga ingin meminta maaf karena aku sering meloncatkan kejadian yang harusnya kuceritkana beberapa hari yang lalu. Tapi...ini adalah tuntutan pekerjaanku yang mau tak mau harus kulaksanakan dan mengesampingkan cerita ini. Jadi aku harap, kalian mengerti. Terima kasih semua.

Baiklah, hari ini adalah hari Sabtu. Aku kembali ke apartmentku dan baru saja membereskan barang-barangku ke tempatnya semula. Ada terdapat beberapa perubahan di gedung apartment ini. Di samping gedung ini terdapat lorong kecil yang biasanya hanya terdapat rumput liar dan juga bangku taman yang sudah berlumut. Namun sekarang sudah disulap menjadi taman kecil indah penuh dengan bunga warna warni. Aku berencana untuk berfoto disana besok. Tentu saja besok! Aku malu jika ada Luke.

Aku akan berfoto disana sendirian. Aku bisa meletakan ponselku di atas ranting pohon dan merekam diriku, setelah itu aku bisa menscreenshot pose yang kumau dari video itu. Wah, aku cukup cerdas rupanya.

"What about your visa?" Luke menanyakan hal ini untuk kesekian kalinya, aku menjawabnya dengan lembut "It's all good, Luke. Mr. Morgan handle all of my documents for our flight. So don't worry." Aku tau Luke hanya khawatir. Ia mengangguk lagi.

"Okay, you got your some some for your little belly so my baby won't get hungry." Ia menunjuk ke arah kabinet di dapur, "You-"

Aku tersenyum, "I got everything i need, Luke."

"Jeez, im sorry. It's kinda hard for me to leave you alone after we've been together in my place, you know?" Aku tersenyum dan mengangguk, "I know."

"Okay, i need to leave now because my dad calls me for a meeting. I'll—do you need some space? I mean after almost a year we live together-"

"Um, i think—" Baru saja aku hendak menjawab, Luke langsung memotongnya dengan berkata "No, you need some space. Fine, you have a big job to do for Paris and i have this big project too. So i'll be back tomorrow then." Ia lalu mencium keningku dan berkata "I love you." Sebelum pergi.

Luke bakal balik lagi besok. Artinya gue harus FOTO HARI INI!

Aku pun dengan sigap memilih pakaian lucu yang sekiranya cocok dengan nuansa taman. Aku memilih sundress kuning dengan sepatu classic vans putih. Tidak lupa kupoles wajahku dengan makeup tipis hasil didikan video youtube. Setelah semuanya siap, barulah aku menuju gang sebelah. Disana aku langsung memilih spot yang cahayanya cukup mendukung. Setelah menemukan spotnya, ini adalah tanyangan yang lebih sulit; menempatkan handphone. Gapunya tripod saya miskin.

Lukman 2020: Kembalinya Aku ke AustraliaWhere stories live. Discover now