Chapter 8

1.9K 217 50
                                    

'Terima kasih Allah, telah menurunkan dia sebagai pendamping hidupku. Meski awal dari semuanya adalah hal yang tak pernah kuinginkan.’

~Kekasih Pilihan Allah~
***

Sudah seminggu ini Rendi mulai masuk untuk mengajar. Kembali sibuk dengan tanggung jawabnya sebagai seorang dosen. Tapi kali ini, semua terasa berbeda. Jika dulu dia lebih sering di kampus demi mengurangi kebosanan karena di rumah sendiri.

Sekarang pulang adalah waktu yang begitu dia nantikan. Karena di rumah, seseorang telah menanti kedatangannya dengan senyuman yang setia menghiasi bibir. Semangat kerjanya di jam-jam akhir sering meningkat, karena bayangan wajah Zahra selalu membayangi setiap langkahnya.

“Ren, dokumen yang kemarin gue kirim ke email Lo udah di cek?” tanya seorang pria yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu. Tanpa salam sebagai kalimat pembuka.

Tanpa perlu melihatnya, Rendi sudah bisa menebak siapa yang saat ini ada di ruangannya. “Sudah, tapi cuma lihat notifnya aja, belum periksa isinya.” Balasnya sembari merapikan meja kerja.

Pria itu mengangguk. “Lo nggak akan terlalu kesulitan kok meriksanya. I am to good with you, karena sebagian emang udah gue revisi.” Jeda sejenak.

Pria dengan name tag Arda itu menggelengkan kepalanya. Arda yang usianya 4 tahun lebih muda itu sudah terbiasa menggunakan sapaan Lo-Gue yang katanya sangat kekinian. Di banding Saya-kamu yang dia bilang sangat kaku.

“Sejak Lo nikah, kayaknya Lo lebih semangat buat pulang lebih cepat, ya? Yes, it’s natural sih.” Sambil mengedikkan bahunya tak acuh. Pria itu menyenderkan punggungnya di pintu ruangan yang terbuka. Dengan kedua tangan bersedekap dada.

Rendi melirik sekilas kemudian mengulum senyum. “ya, karena ada alasan.” Rendi selesai dengan aktivitasnya. Pria itu menyabet kunci mobil dan tas kerjanya. Kemudian melangkah melewati Arda begitu saja.

“Sekarang saya tahu gimana rasanya jatuh cinta. Apalagi jatuh cintanya sama istri sendiri. Biuhhh... Nggak karuan nikmatnya... Hahaha...” bisiknya tepat di telinga. Yang di akhiri tawa menggelegar. Dosen bahasa Inggris itu mendengkus kesal lalu berbalik, ikut melangkah pergi dari ruangan.

“Eh, kamu keluar? Saya kira mau di dalam aja. Mau langsung saya kunci soalnya.” Ujarnya masih bercanda.  

Arda menatap tajam. Kemudian melayangkan sebuah pukulan kecil di lengannya. “Ini nih, orang yang baru kasmaran setelah sepanjang usia jomlo. Kelakuan udah kayak remaja SMA tahu nggak, basi!” Rendi mengelus lengannya yang baru saja mendapat hadiah.

Arda Mahesa, seorang dosen yang memegang mata kuliah bahasa Inggris. Dosen muda yang menjadi most wantednya kampus. Kerap kali di goda anak muridnya sendiri. Pasalnya dia memang belum menikah. Bukan karena tidak laku, hanya saja dia belum siap untuk mengajak wanita pujaannya ke jenjang yang lebih serius.

Apa dia jomlo? Jelas tidak! Arda tidak mau menyia-nyiakan ketampanan yang ia miliki dengan menjomlo. Rugi katanya, ganteng-ganteng tapi jomlo.

Itu salah satu kalimat yang pernah pria itu ucapkan pada Rendi. Arda juga tipe pria yang ramah dan asyik dengan siapa pun. Ya, meski tidak semua orang bisa menerima tingkahnya. Karena sikapnya yang mudah berbaur sampai membuatnya lupa pada umur, pun dengan sopan santunnya kepada lawan bicaranya. Tak pernah pandang usia kepada siapa dia berbicara, Arda tetap menggunakan kosakata yang sama. Kecuali, jika situasi benar-benar serius. Hingga membuatnya mengubah sikap dan tindak-tanduknya.

“Sengaja Lo pamer kebahagiaan ke gue! Parah!” cercanya dengan raut wajah menyebalkan. Rendi hanya geleng-geleng kepala. Sering kali dia melangitkan istigfar jika sudah bersama dengan Arda.

Kekasih Pilihan Allah ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang