'Saya percaya bahwa jodoh itu sudah di tetapkan bahkan jauh sebelum saya di lahirkan, jadi, untuk apa saya risau kan?'
~Kekasih Pilihan Allah~
***Sepulang dari dinner, Zahra segera membersihkan dirinya kemudian beranjak ke atas tempat tidur. Bukan untuk tidur, tapi untuk murajaah hafalannya. Memosisikan diri menghadap ke arah kiblat, dengan tangan kanan yang memegang mushaf terbuka, bibirnya mulai melantunkan per ayatnya dengan lincah. Seolah bibirnya memang sudah di desain untuk CD player murotal yang biasanya di gunakan di masjid.
Ceklek
Suara pintu yang terbuka menampilkan sesosok laki-laki yang sedang berdiri dengan bersedekap dada. Bibirnya menyunggingkan senyum kala iris mata mendapati sang istri tengah menunaikan kewajiban terhadap Tuhannya.
Rendi melangkahkan kaki mendekat. Kali ini bukan untuk mengganggu konsentrasinya, tapi untuk merebahkan diri di sampingnya.
Surah Kahfi yang saat ini terlantun begitu merdu, menentramkan hati siapa pun pendengarnya.Tak terasa, Rendi ikut melantunkan surah itu di bibirnya, mulai surah Al Kahfi, di susul dengan surah Maryam dan Taha. Hingga tak terasa waktu satu jam terlewat untuk murajaah malam ini.
Zahra bangkit untuk meletakkan mushafnya ke barisan rak buku paling atas. Kemudian kembali lagi untuk merebahkan tubuh di samping suaminya yang sudah terpejam. Baru saja berbaring, satu lengan kekar itu sudah melingkar ke pinggangnya. Membuat Zahra meliriknya. "Belum tidur ternyata,"
Rendi membuka mata lalu tersenyum. "Suara kamu terlalu indah untuk saya lewatkan. Dan telinga ini lebih memilih mendengarkan di banding mata yang terpejam." Jawabnya sembari tersenyum manis.
Zahra mencebikkan bibirnya, mengejek. "Gombal! Padahal suara mas suami lebih enak." Saat ini keduanya sama-sama berbaring menyamping saling berhadapan.
"Oh... dengar ternyata?" Gumamnya sembari memutar bola mata.
"Ya iyalah dengar. Kan Zahra nggak budek! Lagian ya, jarak bibir Mas sama telinga Zahra emang berapa meter sampek nggak kedengaran? Satu meter aja nggak ada." Balas Zahra sedikit sewot. Membuat Rendi semakin melebarkan senyumnya.
"Kamu tahu nggak? Saya paling suka kalau kamu lagi kayak gini." Ujarnya sembari mencubit gemas pipinya.
"Suka kalau Zahra lagi marah?" Kedua alis Rendi terangkat. Tidak membenarkan juga tidak menyalahkan.
"Hobi banget sih buat istri bad mood. hih... Untung sayang," Zahra menunjukkan satu kepalan tangannya di depan wajah mereka.
"Iya harus sayang, kalau nggak sayang mana mungkin saat ini kamu yang ada di hadapan saya?" Rendi menaikturunkan alisnya, menggoda.
Zahra kembali menyebikkan bibirnya. "Namanya jodoh ya Mas, nggak mungkin salah. Apalagi ketukar. Kalo emang yang tertulis di Lauhul Mahfud sama Mas suami itu namanya Zahra, ya Zahra aja. Nggak ada yang lain." Ujarnya memberi pengetahuan versinya.
"Ya emang nggak ada yang lain. Tapi kan ada Zahra yang lain? Zahra mahasiswi saya mungkin." Balas Rendi semakin gencar menggoda. Niat memang membuat Zahra cemburu, pasalnya gadis itu sangat pencemburu.
"Emang ada yang namanya Zahra di sana?" Sekarang Zahra balas dengan ejekan.
"Ada dong, banyak malah."
"Tapi kan nggak ada yang secantik aku, hehehe..." Balasnya sangat percaya diri. Sembari tersenyum manis sekali.
Rendi terkekeh, bisa-bisanya Zahra memuji diri sendiri. Tapi jika mengingat sikapnya yang memang kekanakan, hal itu wajar dia lakukan. Memang, terkadang kita perlu memuji diri sendiri untuk sekedar menyenangkan hati, bukan untuk sombong yang malah mendatangkan penyakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Pilihan Allah ✓ [TERBIT]
EspiritualTersedia di Shopee LSP_BookShop |Spin off- Lantunan Kalam Aisyah| Semua berawal dari Rendi yang datang ke sebuah acara pernikahan. peristiwa itu membawanya ke sebuah takdir yang tak pernah dia bayangkan. Siapa sangka ketika dia datang sebagai tamu u...